Pagi harinya Jisung terbangun dengan keadaan yang kacau. Kepalanya terasa pusing dan juga perutnya mual.
Ia merutuki dirinya sendiri karena ia mabuk malam itu bersama Minho.
Oh ya, dia baru ingat jika dirinya ke bar bersama Minho. Jisung pun bangun dan mengecek keberadaan Minho. Jisung mengetuk pintu kamar Minho, tak ada sahutan dan pintunya terkunci.
Jisung pun turun ke dapur dan melihat ada secangkir minuman yang terasa masih hangat. Disana juga ada selembar kertas.
"Jisung, aku pergi menyusul Lia karena orang tuanya menghubungiku. Lia masuk rumah sakit karena akan segera melahirkan. Aku membuatkanmu minuman jahe panas untukmu."
Jisung pun meminumnya, berarti Minho pergi tak lama karena minumannya masih hangat. Jisung merasa tak sabar bertemu keponakannya yang akan segera lahir.
Sementara ditempat lain, Minho sedang memandangi anaknya yang baru saja lahir. Anaknya sangat cantik dan mirip dengan Lia.
Minho menyentuh setiap bagian tubuh anaknya yang masih merah. Dia melihat Lia yang berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anak mereka. Minho bersyukur Lia dan anaknya baik-baik saja.
"Minho, aku mau bicara"
"Tentang apa?"
"Karena aku baru melahirkan, Mama ngusulin buat kita sementara tinggal di rumah orang tuaku dulu. Aku belum bisa mengurus anak kita sendirian, aku butuh bantuan Mama"
"Hmm.. ya sudah"
Minho sedikit berat meninggalkan Jisung sendirian, namun bagaimana lagi. Lia tak bisa mengurus bayinya sendirian, apalagi Minho.
"Aku akan pulang mengemasi pakaian kita"
"Iya. Hati-hati, Minho"
Setelah kepergian suaminya, Lia menatap jendela kamar sambil melihat burung-burung yang terbang diluar jendela rumah sakit.
"Maaf, Minho.. hanya ini satu-satunya cara menjauhkanmu dari Jisung.. Jisung, aku harap kamu bisa menjaga diri dengan baik dirumah."
Setibanya dirumah, Minho tak melihat keberadaan Jisung. Minho mengecek kamar Jisung namun kosong, rumah sangat sepi. Minho tak tau kemana Jisung berada. Namun satu yang Minho tau, pasti Jisung pergi dengan Chan. Minho melihat jaket Chan yang tertinggal didalam kamar Jisung.
Hal itu membuat Minho semakin khawatir jika Jisung sendirian dirumah ini. Akhirnya Minho memutuskan untuk menunggu Jisung pulang saja sebelum ia pergi.
Tak lupa Minho menghubungi Jisung namun panggilan teleponnya tak dijawab. Minho juga mengirim pesan namun tak kunjung dibalas.
Akhirnya, sore hari Jisung tiba bersama Chan. Jisung melihat Minho yang duduk di sofa ruang tamu.
"Loh, kak Minho?"
Minho melihat sinis ke arah Chan.
"Minho, maafin gue buat yang lalu"
"Lo kan harusnya minta maaf sama Jisung, bukan sama gue"
"Udah, makanya gue ajak Jisung pergi sebentar tadi"
"Oh, yaudah"
Jisung pun membawa Chan naik ke kamarnya. Lalu Chan dan Jisung turun dengan membawa jaket milik Chan. Jisung juga mengantar Chan pulang setelah kekasihnya berpamitan pada Minho.
"Jisung"
"Iya, kak? Gimana keadaan anak kamu dan kak Lia?"
"Mereka semua selamat dan baik-baik saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY • ((MINSUNG)) • [END]
FanfictionMinho membenci saudara tirinya, Jisung. Namun berakhir dengan ia yang jatuh hati pada Jisung. Disclaimer: 🔹BxB 🔹100% fiction 🔹Pics from pin/ctto 🔹🔞 🔹Harsh words 🔹Toxic relationship Jangan membenci karakter yang aku bangun disini ya karena ini...