Febri tengah bersembunyi, dia mengintip sedikit dari celah lemari yang menyembunyikan tubuhnya. Dari dalam sini, dia bisa melihat seseorang berpakaian hitam-hitam dari ujung kepala sampai kaki memasuki kamarnya.
Febri hanya berdoa supaya orang itu tidak membuka pintu lemari baju yang ia jadikan tempat bersembunyi. Kini ia lihat orang itu tengah menoleh kesana kemarin mencari sesuatu.
Febri bersumpah, keringat dingin memenuhi sekujur tubuhnya. Seluruh sel-sel sendinya tengah bergetar hebat ketakutan. Dia membekap mulutnya sendiri kala orang yang memakai masker itu menghadap lemari yang ia tempati.
Dia menyesal, dia sungguhan menyesal kala sang ibu tadi siang mengajaknya untuk berkunjung ke rumah sang kakek yang berada di kota sebrang ia tolak. Dia beralasan kalau sekarang akan ada banyaknya tugas jadi dia tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Itu kebohongan belaka, karena yang menjadi kenyataannya dia hanya akan menghabiskan seluruh malamnya untuk menonton maraton anime.
Pikirnya ini kesempatan langka, kapan lagi dia akan sendirian di rumah tanpa adanya gangguan dan larangan tidur diatas jam 10 malam.
Tapi kemudian dia harus pupuskan rencananya begitu saja kala mendengar suara nyaring dari arah dapur. Febri yang tadinya berpikir itu tikus atau kucing langsung tersentak kaget, di rumah ini tidak ada tikus sama sekali dan mereka tidak memelihara kucing karena sang ayah dan dirinya itu alergi bulu hewan tersebut.
Febri langsung beringsut mematikan komputernya dan masuk kedalam lemari tanpa mengunci pintu kamarnya terlebih dahulu.
Dia berani bersumpah sekali lagi kalau ini lebih horor dari scene film yang pernah ia tonton bersama teman-temannya. Febri merasa tubuhnya lemas, dia ingin menangis tapi harus menahannya kalau tidak ingin tertangkap.
Si lelaki yang sedang maling ini berputar kearah lain. Febri mau tak mau menghembuskan napasnya lega. Tapi hanya sebentar, karena ia tidak tahu rencana Tuhan, begitupun dengan ponsel yang ia kantongi berdering nyaring.
Teet tretet teet saha ieu? Teet tretet teet guk guk aiyaiyay bang joni suka jablay aiyaiya bang joni suka jablay
Febri gelagapan, buru-buru dia meraih benda itu dan mematikannya. Sang ibu barusan menelepon. Febri harus meneguk ludahnya kasar kala pintu lemari terbuka dan terpampang lah seseorang yang sedang menginpeksi rumahnya malam-malam.
Yang pertama kali Febri lihat adalah sepasang mata tajam dengan alis tebal dengan rambut yang ditutupi topi. Febri meneguk ludahnya lagi, kali ini lebih berat.
"A-aku.. aku.." Febri tergagap jauh, dia meliarkan matanya kesegala arah.
Dengan keberanian setipis lembaran keju, Febri keluar dari lemari dan langsung bersimpuh.
"Ampun, tuan. Saya mohon jangan bunuh saya, tuan bisa ambil apapun dari sini tapi tolong jangan bunuh saya, tuan." Febri menyatukan kedua telapak tangannya dan menggeseknya seperti orang yang tengah berdoa.
Si lelaki berpakaian serba hitam ini diam memperhatikan Febri dengan seksama.
"Sungguh tuan, tolong lepaskan saya dan saya tidak akan melapor pada polisi. Anda bisa ambil apapun dari rumah ini." Lirih Febri. Posisinya masih sama, dia mendongak dengan wajah sedih ketakutan. Menatap si lelaki yang masih diam memperhatikannya.
"Apapun?"
Febri tersentak kaget kala mendengar suara berat itu bertanya, dia mengangguk ribut.
"Ya, apapun itu. Apapun." Jawab Febri cepat.
Si lelaki mengangguk, dia tersenyum miring didalam masker. Dia berjalan pelan kearah kasur dan duduk dipinggirannya. Tangannya di bawa untuk menepuk pinggiran kasur disebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshoot
Short Storykumpulan cerita oneshoot, atau bisa saja berchapter pendek. Dari cast Pemuas Mereka dengan berbeda karakter, tempat cerita, jalan cerita, maupun setting waktu. rate 17+, 18, 21+. ⚠⚠🔞🔞