Bahasa baku...
*****
Febri tersenyum dan membungkuk sopan saat semua orang bertepuk tangan dan menyambutnya dengan hangat. Dia kembali duduk dan mengangguk pelan saat di sodori satu kaleng soda .
"Ayo minum, anak baru."
"Terima kasih, senior."
"Kita harap kamu betah di rumah sakit ini, karena sudah 7 kali perawat yang pindahkan ke sini itu selalu saja merengek ingin pulang. Terlebih lagi perawat di sini memang hanya sedikit, besok juga kamu sudah hapal dengan semua staff rumah sakit."
Febri mengangguk, "ya, semoga saja senior, tapi kalau boleh tau kenapa mereka tidak kerasan?"
Senior yang ditanya oleh Febri terkekeh, wajahnya sedikit memerah karena minum soda lumayan banyak.
"Itu karena rumah sakit jiwa ini terpencil, kita kan berada di desa yang jauh sekali dari kota. Aku juga tak paham sebenarnya, tapi menurutku mereka yang baru saja pindah tidak suka tempat ini."
Febri langsung mengerti, dia mengangguk dan langsung meneguk soda yang tadi disodorkan.
Dia baru saja pindah, lebih tepatnya dipindahkan setelah 3 tahun menjadi perawat sebuah rumah sakit jiwa di kota. Katanya, karena dia tidak keberatan dipindah tugaskan jadi pihak rumah sakit memindahkan ia ke rumah sakit yang berada disebuah desa. Jauh dari kota.
Febri tak masalah. Toh, yang namanya tugas apalagi dia seseorang yang mengabdikan diri tidak akan keberatan sama sekali. Semua tempat itu sama saja menurutnya. Dan Febri langsung dihubungi oleh senior tempat barunya bekerja untuk penyambutan saat dirinya baru sampai sore hari.
Yang Febri dengar rumah sakit jiwa ini hanya ada 11 perawat, digenapkan dengan dirinya menjadi 12. Tapi ternyata semuanya tidak dapat hadir. Yang hadir sekarang hanya 8 orang.
Febri senang karena semuanya menyambutnya dengan baik. Bahkan yang belum hadir pun memberinya pesan hangat. Febri langsung bergabung dengan grup para perawat di rumah sakit ini.
"Yang terpenting, kamu hanya harus memantapkan hati, aku berharap kamu yang terakhir dikirim kesini. Karena kalau tidak kita semua khawatir terdengar rumor buruk bahkan saat rumah sakit kita baik-baik saja."
Febri mengangguk dan tersenyum sopan, "akan saya usahakan untuk tetap di sini sampai tugas untuk pindah lagi saya terima."
Senior itu mengangguk dan sedikit tertawa. Mereka kembali mengobrol ini itu dengan akrab. Sesekali perawat yang lain bertanya tentang kehidupan Febri
****
Pagi tiba, Febri sudah bersiap dengan seragam perawatnya. Dia berjalan pelan melewati lorong rumah sakit yang masih sepi dari aktivitas. Dia berbelok ke kiri, mengetuk pelan sebuah ruangan yang bertuliskan 'Kepala Rumah Sakit'.
"Masuk."
Febri memutar knop pintu, saat masuk terlihat seorang pria paruh baya dengan seragam dokter yang sedang mencatat sesuatu.
"Ahh, Suster Febri, ayo duduk."
Febri mengangguk, duduk di kursi yang berhadapan dengan sang kepala rumah sakit.
"Maaf aku tidak hadir tadi malam, aku harus lembur mengerjakan laporan."
"Tidak apa, Pak Kepala."
Kepala rumah sakit tertawa pelan dan mengangguk.
"Aku harap kamu betah disini, ya. Dan aku tidak akan menjelaskan kamu harus apa di sini karena aku yakin kamu juga pasti paham,"
Febri mengangguk dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Oneshoot
Historia Cortakumpulan cerita oneshoot, atau bisa saja berchapter pendek. Dari cast Pemuas Mereka dengan berbeda karakter, tempat cerita, jalan cerita, maupun setting waktu. rate 17+, 18, 21+. ⚠⚠🔞🔞