Incubus

9.1K 413 64
                                    

Langkah Febri tertahan, matanya bergetar menatap sosok yang berada didepannya. Saat sadar, Febri mundur perlahan, berbalik dan berlari dari gang sempit yang remang-remang itu.

Bulan diatas kepala terlihat penuh dan bulat, awan-awan gelap menyingkir perlahan untuk menampilkan sosok sang bulan yang terang benderang dengan warna putih yang cantik.

Tapi justru membuat Febri takut setengah mati, niatnya hanya ingin mempercepat jalan pulang sehabis bekerja shift malam malah bertemu dengan sosok aneh di gang sempit.

Sosok tinggi besar, dengan pakaian serba hitam dan tangan yang berbalut sarung tangan kulit hitam. Yang membuat Febri ketakutan bukan pakaiannya, tapi tanduk.

Iya, sosok itu memiliki dua tanduk runcing diatas kepalanya. Seperti tanduk kerbau, apa jangan-jangan makhluk itu siluman kerbau?

Febri menggeleng kasar, jalanan gang serasa lebih panjang dibanding saat ia masuk. Dia berbelok kekanan dan kekiri menjauhi sosok itu.

Napas Febri terengah, dia berhenti sambil membungkuk.

"Aduh, aduh. Malah kena sial," Febri menghirup napas banyak-banyak, "apa dia sebenarnya lagi pakai kostum halloween, ya?"

Febri berdecak, "ah, tapi kan halloween masih lama, ini masih bulan Juli."

Febri menegakkan badannya dan menatap sekitar. Dia baru sadar kalau jalan yang ia ambil ternyata malah jalan buntu. Dia berbalik untuk jalan menuju ke arah jalan raya.

Sayangnya, sosok tinggi itu sedang berdiri di tempat gelap bersandar santai sambil memainkan sarung tangan kulitnya.

Febri bergetar, dia mundur perlahan. Ludahnya ia teguk dengan kasar. Bagaimana bisa? padahal dia sudah lari sejauh mungkin.

"S-siapa?" Tanyanya.

Febri tidak melihat jelas bagaimana wajah sosok itu, tapi dilihat dari tanduk dan tingginya pasti seram.

Apa dia pembunuh?

Matanya berkaca-kaca, dia menggeleng beberapa kali sambil terus mundur perlahan.

"Siapa kau, hah? Kenapa malah mengejarku?" Teriaknya.

Sosok itu menoleh kearahnya, terdengar kekehan berat. Febri semakin bergetar takut, dia meneguk ludahnya kasar. Sambil terus mundur. Otaknya menyusun bagaimana caranya ia kabur dari sini, tapi sepertinya tidak mungkin.

Apalagi pertigaan gang berada disebelah sosok seram itu.

"Siapa kau, hah?!" Teriak Febri.

"Aku? Menurutmu siapa?"

Febri menoleh kebelakang, dua langkah lagi punggungnya mentok pada benteng gang. Sial, dia berhenti. Menatap sosok itu yang tengah berjalan maju perlahan.

"Aku tidak tau dan tidak mau tau. Yang jelas pergi dari hadapan ku!" Serunya lagi lebih kencang.

Si sosok itu terkekeh, serak dan berat. Angin berhembus lebih dingin dibanding yang tadi. Febri semakin bergiding, matanya memicing untuk melihat wajahnya, tapi sosok itu malah berhenti dengan wajah yang masih berada dalam gelap, hanya tubuhnya saja yang tersinari lampu.

"Sayang sekali, kau harus menjadi mangsaku untuk malam ini."

Perkataan itu membuat Febri melotot ngeri, dia mundur sampai punggungnya sudah mentok. Kepalanya menggeleng keras dengan air mata yang sudah bercucuran.

"Pergi!! Aku tidak mau, pergi kau!" Febri menjerit ketakutan.

Tapi sosok itu malah tersenyum, dia senang melihat aura ketakutan yang menguar dari tubuh Febri. Energi lemah dan lelah Febri terserap dengan baik olehnya, dia tersenyum miring.

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang