Jerman 2

2.3K 200 3
                                    

Pagi buta dirinya sudah terbangun dan bersiap untuk memasak. Febri mandi dengan air hangat terlebih dahulu agar tidak mengantuk ketika bekerja. Walau semalaman dia tidak bisa tidur karena takut sang tuan rumah memanggil, tapi pagi ini dia paksakan untuk bangun lebih awal dibanding biasanya.

Febri bersenandung pelan memasuki dapur. Rambutnya masih basah dan hanya memakai kemeja putih agak kebesaran dengan celana pendek bahan berwarna cokelat selutut.

Langkah Febri harus terhenti melihat seorang lelaki tinggi tegap tengah menyeruput kopi dan bersandar di depan meja makan.

Mata tajamnya menatap Febri seakan memang menunggu dirinya. Febri langsung menunduk membungkuk hormat. Berdehem dua kali untuk mempersiapkan suara berat buatannya.

"S-selamat pagi Tuan. Maaf saya tidak tahu anda disini."

Tidak ada jawaban sama sekali, benar kata Nyonya Gerta, aura lelaki ini sangat menyeramkan. Mengintimidasinya walau Febri sama sekali tidak melihatnya.

"Ya."

Suara berat dan serak itu menyahut setelah dua menit hening. Terdengar suara cangkir beradu dengan piring kecil yang sepertinya tengah diletakkan.

"Siapa namamu?"

"Ellard, Tuan."

"Umurmu?"

"26 tahun, Tuan."

Febri masih menunduk, meremas tangannya merasakan gugup. Ini pagi buta, matahari belum naik sama sekali dan udara memang dingin, hanya saja rumah ini mempunyai sistem penghangat udara yang bagus, maka dari itu Febri jarang memakai jaket ketika di rumah.

"Asia?" Tanya suara berat itu lagi.

"I-iya, Tuan."

"Darimana?"

"Indonesia, Tuan."

Lalu hening kembali, Febri melirik dari atas matanya. Sang tuan rumah masih ada di depannya dan tidak bergerak sama sekali.

"Buatkan aku makanan."

Febri mengangguk seraya membungkuk satu kali lagi, walau setengah mati ia penasaran tapi dengan sekuat tenaga ia jaga pandangan. Dia tidak ingin terlibat masalah dan malah dipecat hanya karena tidak sopan melihat wajah tuan rumah.

Febri membuka lemari membawa beberapa bahan makanan segar yang sekiranya pas untuk sarapan. Tangannya juga meraih beberapa buah-buahan yang sengaja ia masukkan kesana.

Febri meletakkannya di atas konter dapur. Meraih pisau dan talenan, dengan cekatan ia mencucinya terlebih dahulu lalu memotongnya dengan ukuran pas.

Febri membuat Kartoffelsalat. Makanan ini terdiri dari potongan kentang, tomat, cuka, mayonnaise, bawang bombai, susu, telur, dan daging sapi.

Lalu Gulaschsuppe, sup yang berisi potongan daging sapi agak besar.

Selanjutnya roti brotchen yang ia sajikan dengan sosis dan daging ham. Selanjutnya ia potong buah-buahan dalam satu piring agar sang tuan lebih mudah memakannya.

Ia sajikan semua itu dengan cekatan. Febri sibuk ke sana kemari, mengiris ini itu dengan cepat lalu meletakkannya di meja makan.

Tuannya masih di sana, membaca koran seraya sesekali melirik Febri yang sibuk dengan masakannya. Bau yang tercium sangat menggugah selera. Ia lipat korannya dan menatap tanpa ekspresi makanan yang sudah tersaji.

"Silakan, Tuan."

Febri masih tetap menunduk, menautkan jemarinya merasa gugup.

Sang tuan masih diam, tanpa bicara dia mencicipi semuanya lalu mengangguk pelan. Makannya sangat tenang, bahkan tanpa mendengar sendok yang beradu dengan piring sekalipun.

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang