Ciuman Tak Dikenal

9.4K 443 30
                                    

"Dasar bangsat!! Sialan si Anggun, gue nungguin dari siang taunya malah di tinggal."

Gini nih kalau punya temen tapi akhlaknya minus. Di tungguin dari siang sampe kelaperan begini dia malah ditinggal, dasar kampret!

Febri mengarahkan kakinya ke arah gerbang sekolah. Mau pulang saja karena hari juga udah mulai sore. Sambil menggerutu sebal kakinya menendang-nendang kerikil yang ada di trotoar.

"Haus anjir." Katanya pelan. Febri merogoh saku seragamnya.

"Buset, goceng lagi."

Lalu mendengus kesal, ini nih sebabnya si kampret Anggun. Kalau tidak ditinggal dia bisa nebeng sampai ke depan gerbang perumahan. Tapi ini?

Mana ongkos pulang itu 7 rebu. Mau beli minum takut kagak bisa pulang. Angkot udah sepi. Jalanan juga sesekali doang kendaraan yang lewat.

Ah, udah. Kalau begini Febri alamat ngesot ke rumah.

"Laperrr." Katanya berteriak kecil.

Febri mendengus, kembali berjalan dengan sesekali menghentak kesal. Bibirnya juga udah maju beberapa centi. Kesel banget. Sumpah demi apapun.

"Punya temen kok otaknya ngumpet kaya si patrick, jadi gini kan berabe sendiri. Ck, lagian kenapa juga gue masih mau jadi temen dia, arrghh." Febri mengusak rambutnya sampai berantakan.

Terus berjalan dengan gerutuan kecil. Bibirnya semakin maju. Kakinya semakin random menendang apa saja yang ia lewati.

Hingga tak sengaja dia menendang sebuah kaleng.

Febri menganga kaget, kalengnya bukan kena manusia. Tapi kena anjing liar yang lagi ngorek-ngorek sampah.

"Arghh, anjing.."

Dia kabur lari tunggang langgang saat si anjingnya menggonggong marah. Melihat si pelempar tak bertanggung jawab ya otomatis anjingnya kesel. Dia kejar Febri yang udah teriak-teriak ngepot gak karuan.

Sampai dimana ada segerombolan pemuda berseragam baju wearpack berwarna biru gelap tengah berkerumun disebuah warung makan.

"Tolong! Tolongin saya. Itu anjing, anjingnya ngejar saya bang."

Febri memeluk salah satu lelaki yang memunggunginya. Dia memutar badan lelaki jangkung itu untuk melihat ke arah si anjing yang masih menggonggong tak berani mendekat.

Gerombolan itu terdiam. Yang tadinya diisi dengan celotehan, tawa dan ledekan kini senyap.

"Hush, hush."

Yang ngusir bukan gerombolan pemuda itu. Tapi ibu-ibu warung yang merasa terganggu dengan gonggongan si anjing.

"Khm, khm. Ciee, si bos dapet peluk gratisan."

Febri yang mengkeret takut dibelakang punggung lelaki jangkung itu menoleh. Bibirnya sedikit menganga melihat gerombolan pria yang mukanya tercoreng oli.

"Asiikk, euy, manis pisan."

Lelaki yang tengah duduk diatas motor meledek dengan tawa yang disambut ledekan dari yang lain juga.

Febri mendengus pelan lalu tersadar dan melepaskan pelukannya, mundur dua langkah hingga dia terhalang sebuah motor.

"M-maaf. Abang-abang, s-saya cuma ketakutan tadi. Bukan bermaksud apa-apa." Katanya dengan gugup.

"Aduh manis, jangan abang-abang atuh. Emang kita abang ojeg mentang-mentang nongkrong dibawah pohon."

Lalu tawa kembali menggema setelah barusan ada yang menjawab.

"Wah bos, dari Sma Pelita nih. Kiw, kiw."

Febri menunduk untuk melihat logo disebelah lengan kanannya. Dia juga melirik baju yang mereka kenakan.

Aduh, anjir sial. Smk Bima Sakti lagi. Gerutunya dalam hati.

Smk yang terkenal anak nakal, suka tawuran, geng motor dan hal-hal yang berkaitan dengan sebuah Smk yang penuh dengan pemuda nakal.

Dan lebih takutnya dia adalah tahun kemarin Smk Bima Sakti di kalahkan sparing futsal oleh Sma-nya hingga menyebabkan mereka selalu merusuh dengan anak-anak sekolahnya. Padahal kan itu pertandingan ya kenapa di bawa perasaan?

"Manis pisan bos sikat aja."

Karena Febri menunduk. Dia tidak tau kalau bos yang tadi dia peluk sudah berbalik menatap ke arahnya.

Dagunya tiba-tiba dipegang dan diarahkan pelan sampai ia mendongak menatap wajah seorang pemuda yang menatapnya datar.

"M-maaf kak. S-saya gak sengaja meluk." Kata Febri takut.

Tapi si bos malah mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Febri.

Suasana hilang dari suara. Sepi senyap dan bahkan mereka menganga tidak percaya.

"Hallo manis."

Dan Febri langsung pingsan. Sesaat sebelum menutup matanya. Dia melirik nametag yang ada di baju si bos.

William sialan!!

***

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang