Ayah Baru

8.8K 325 83
                                    

Bahasa baku.

*****




Kehidupan baru..

Keluarga baru..

Rumah baru..

Lingkungan baru..

Dan ayah baru..

Febri harus mendengus kala mengingat yang terakhir. Tubuhnya dihempaskan keras keatas kasur, merasa kalau begitu lelah dan pegal yang teramat sangat.

4 jam hanya digunakan untuk berdiri tanpa melakukan apapun ditengah riuhnya pesta pernikahan.

Pernikahan sang ibu dengan ayah baru—yang sial—Febri tak tahu harus bilang apa tentang ini karena ayah barunya itu menakutkan.

Dia merasa aneh menatap wajah lelaki dewasa itu yang selalu memperhatikannya dengan tajam dan dingin.

Seolah Febri bergerak barang sesentipun rasanya dia akan ditembak oleh laser merah yang keluar dari mata si ayah baru itu.

Hanya bayangan imajiner yang ia rangkai untuk menjelaskan situasi yang sedang ia hadapi.

Sungguh membuatnya muak, pernikahan dadakan bahkan bayangan ayah aslinya saja masih berputar jelas dalam kantung memorinya.

"Ayah baru saja meninggal bu!" Seru Febri saat pertama kali mendengar berita dari sang ibu.

"Itu sudah 1 tahun yang lalu! Memangnya aku tidak boleh berharap dengan keadaan keluarga yang utuh? Aku juga butuh sosok yang menjagaku."

Febri diam, tergagap tanpa suara. Membiarkan sang ibu menjelaskan lebih lembut dan tenang tentang keadaan ekonomi dan juga keluarga mereka.

Pada akhirnya Febri hanya mengangguk, dua hari setelahnya pesta pernikahan mewah di gelar disalah satu hotel bintang lima.

Febri sama sekali tidak tau tentang seluk beluk sang ayah barunya. Hanya yang terpikirkan sekarang adalah seberapa kayakah ayah barunya itu?

Rumah mewah, tidak ini bukan rumah, tapi istana megah. Istana modern dengan segala fasilitas dan teknologi canggih didalamnya.

Febri tidak paham, ia bingung menjelaskan situasi yang ia hadapi. Di satu sisi dirinya kasihan karena sang ibu yang sudah bekerja keras banting tulang merawat dan mencari nafkah. Tapi disisi lain dia belum bisa menerima semuanya yang datang secara tiba-tiba.

Status keluarganya, bahkan keadaan ekonominya.

"Haiss." Febri mengusak kepalanya kepala kesal.

Dia memilih kamar di lantai satu ketika sang ibu lebih memilih di lantai 3. Istana ini punya 6 lantai yang Febri sama sekali tidak mau mencari tau apa isinya sampai harus memiliki lantai banyak hanya untuk rumah saja.

Dia tidak mau terlalu capek naik turun tangga atau menaiki lift hanya untuk makan malam bersama atau setidaknya sarapan pagi bersama.

Febri mendengus, terlintas begitu saja saat pesta berakhir. Dia melihat si ayah baru itu tersenyum miring sambil merangkul pinggang ibunya dengan mesra.

Febri langsung berpaling, dia berjalan menjauhi pesta dan berakhir berdiri disudut yang paling tidak terlihat orang-orang.

Setidaknya ini lebih baik.

Apalagi saat pulang, yang seharusnya ia di mobil terpisah tapi entah kenapa lelaki itu menyuruhnya untuk satu mobil.

Febri harus menahan dengusannya berkali-kali saat sang Ibu dan si lelaki itu seperti sengaja membuat adegan mesra yang membuatnya merinding, Febri tentu tidak ingin tau mereka melakukan apa dan apakah sang sopir merasakan hal yang sama atau tidak.

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang