Jin

25.5K 610 84
                                    

Febri mendengus pelan, tangannya ditarik oleh Kania untuk tetap mengikuti. Hari minggu seharusnya ia pakai untuk bersantai ria, rebahan, atau menonton maraton film seharian. Namun kenyataannya Kania sudah menggedor keras pintu apartemennya hingga membuat tetangga yang lain terganggu.

"Ayo kita ke pasar loak."

Begitu. Dengan senyuman lebar, langkahnya yang riang dan tarikan tangan yang keras. Untung Febri sudah mandi, karena tadinya ia akan pergi ke mini market.

Jadinya dia hanya pakai celana pendek serta kaos kuning bergambar spongebob tanpa tas atau apapun. Karena Kania yang membawa dompetnya.

"Buat apa lo kesana?" Tanya Febri setelah turun dari bus.

"Gue pengen beli barang antik, ada beberapa pajangan yang gue mau dari barang antik."

Febri hanya mengangguk, kembali pasrah saat Kania dengan semangatnya menarik dia menyusuri beberapa toko hingga sampailah pada toko yang berada paling ujung.

'Antique'

Plang besar yang terdapat didepan toko.

Suara 'kling' terdengar saat Kania mendorong pintu. Ada seorang kakek tua yang tengah mengelap gelas di meja kasir. Dia tersenyum lebar dan mengatakan selamat datang.

Kania membalasnya dengan riang. Hanya Febri yang diam sambil celingukan melihat-lihat.

Benar-benar antik. Barang yang dipajang memang barang-barang lama, unik, dan bahkan sudah punya umur puluhan tahun. Ah, atau mungkin ada sebuah pabrik yang memang memproduksi barang-barang seperti ini?

Entahlah, karena Febri tidak mau tau.

"Ini bagus tidak?"

Kania menunjukkan sebuah jam yang terbuat dari akar pohon.

"Emang pajangan yang gimana yang lo mau?"

"Sebenernya apa aja." Kania menyimpan kembali jam akar itu, "menurut lo kayak gimana?"

Febri tidak menjawab, matanya bergerak menyusuri setiap barang.

"Oh, liat Fe. Ini lucu."

Kembali dia menoleh, Kania menunjukan sebuah telur yang berhiaskan mutiara warna-warni.

"Terlalu ramai."

Kania mencebik kecil, "kalau ini?"

"Buat apaan lo pajang piring begitu? Selera lo nenek tua?"

Kania mencebik lagi, dia berjalan ke arah lain untuk melihat-lihat. Membiarkan Febri memindai barang-barang kecil.

Lalu matanya tertuju pada sebuah teko, tangannya meraih itu. Ia teliti badan teko kecil yang sekepal tangannya. Ada ukiran bahasa sansakerta, arab gundul, dan juga ukiran kaligrafi yang unik.

"Oh, itu kayak lampu Aladin." Kania kembali lagi lalu berkomentar tentang teko kecil yang Febri pegang.

"Apa ini ada jinnya?" Febri menggoyang-goyangkan teko lalu menempelkannya ke sisi telinga kiri.

"Ish, ya mana ada lampu Aladin di kocok kayak gelas arisan. Dia di usap Fe!"

Giliran Febri yang mencebik, "kalau ini jin lampu Aladin apa berarti yang lo pegang tempat jin perempuan?"

Kania menunduk, dia terkekeh dan menunjukkan sebuah kerang mutiara sebesar dua kali telapak tangan berwarna emas.

"Tapi gak bisa dibuka, Fe."

"Coba lo gosok."

Kania menuruti perkataan Febri, dia menggosoknya tiga kali dan menunggu. Tapi sampai satu menit berlalu tidak ada yang keluar atau cangkang mutiara terbuka sendiri.

Kumpulan OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang