Wanita yang merangkap sebagai orang tua Wiwi baru saja pulang setengah jam yang lalu dari Asrama. Hal yang harus Wiwi syukuri, dia tak perlu cemas lagi Mamanya akan berbicara asal mengenai dirinya kepada Ozil. Ataupun melakukan tindakan apapun di kamar Asrama ini sesukanya seperti beberapa menit yang lalu.
Mamanya baru saja membuat acara minum teh di Asrama barunya. Mamanya layaknya tengah berada di dunia kerajaan everland. menyuruh Ozil agar duduk di karpet merah yang digelar di lantai. lantas menuangkan air panas menyeduhkan segelas teh manis yang telah ditata rapi di atas karpet. Tentu saja Ini bukan acara pesta perjamuan untuk para wanita bangsawan.
Dia bahkan tanpa menanyakan kenginan wiwi, malah menyodorkan segelas susu coklat kental manis padanya.
Kenapa bukan kopi aja sih!
Astaga!
HARGA DIRI WIWI SEBAGAI LAKIK JADI-JADIAN TERCORENG SUDAH.
Melihat Ozil langsung menahan bibirnya untuk tidak tertawa. Wiwi merasa yakin dalam hati cowo itu pasti mengatakan 'Lakik kok minum susu'
Dasar! Dia kan juga pas bayi pernah menyusui!!
Dan setelah itu hanya ada suara jangkrik yang memenuhi ruangan Asrama ini ketika Mamanya menghilang dari pandangan pintu. Apalagi saat melihat Ozil lebih tertarik dengan ponsel pintarnya dari pada berkenalan dengannya membuat hati Wiwi sedikit kecewa. Apa Pria itu tidak tertarik dengan adanya murid pindahan yang sekarang mengisi kekosongan ranjang di sebelah tempat tidurnya?. Bukan kah seharusnya Ozil juga penasaran padanya kenapa Wiwi memutuskan pindah disini?.
Tidak ada tanda-tanda Ozil akan melakukan seperti yang ada di bayangannya tadi. Justru hal membuat Wiwi memilih segera mengemasi barang-barang yang ada di koper untuk di pindahkan ke lemari kosong yang telah di sediakan pihak sekolah.
Apa semua cowok gitu kalau ketemu teman baru. Cuih!
"Woi!". Kuping Wiwi berdenging tak kalah seruan yang sejak tadi telah dinanti-nantikannya terdengar di gendang telinganya. Wiwi lantas berbalik merekah menemukan figur Ozil yang tengah memandangnya aneh.
Apa perasaan Wiwi saja kalau makin di lihat ternyata Ozil itu sedikit nyebelin. Raut wajahnya yang memperhatikan Wiwi bagai tai sapi benar-benar ingin membuatnya segera maju menutupi kedua mata Ozil agar berhenti mencari sesuatu dari penampilannya.
"Kenapa bro?". Mau tak mau Wiwi membalas dengan friendly. Memperhatikan senyumnya seolah dia adalah murid pindahan yang ramah.
Dan gelengan cowok itu seolah tidak ingin mengatakan sesuatu yang penting justru kembali mendatangkan dorongan kuat untuk segera mencekik Ozil.
Tidak, tidak maksudnya Wiwi hanya bercanda. Dia tidak mungkin merusak citra buruknya di depan cowok ganteng.
Iya Wiwi ternyata harus mengakui bahwa teman kamarnya cukup ganteng dan itulah mengapa ia seharusnya tidak perlu marah jika Ozil mau melihatnya seperti kotoran bahkan marah-marah padanya.
"Nggak jadi".
"Ahaha." Wiwi hanya tertawa lebar atas reaksi Ozil barusan. "Bro Lo bisa aja". Melihat tidak ada tanda-tanda cowok itu ingin membalas ucapannya membuat Wiwi kembali berbalik dengan bibir cemberut. Wiwi sontak menarik handuknya dari dalam koper lalu berdiri mendekat percaya diri pada Ozil yang tengah duduk di ranjangnya.
"Hei". Panggilnya.
Wiwi tersenyum Ketika pandangan Ozil yang fokus di ponsel beralih melihatnya.
"Kita berdua belum kenalan kan?."
Ozil melihat bagaimana tangan laki-laki di depan nya terulur padanya. Dia belum berniat menjabat. Ia hanya ingin melihat seberapa banyak cowok di hadapannya ini mengeluarkan beberapa kata yang akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Live in a Boys Dormitory
Teen FictionBagaimana jika wiwi memilih membawa sendiri dirinya tinggal ke dalam Asrama putra. Demi menutupi identitas aslinya sebagai seorang cewek tulen Wiwi rela mengubah penampilan feminimnya agar bisa menyamar sebagai sosok pria. Predikat murid baru menja...