"WAHAHAHA".
Suara terbahak-bahak itu terus menggelegar keras di dalam kamar mandi sekolah. Ozil, Fadillah beserta Ucup Olan dan juga Faiz tak henti tertawa hingga terpingkal-pingkal.
Ketika suara tawa Mereka semua terhenti beberapa pasang mata itu saling berpandangan terdiam, namun tak cukup berapa detik suara terbahak mereka kembali terdengar lebih nyaring karena sama-sama memikirkan hal yang barusan terjadi.
"Kasihan pasti sekarang Ansel lagi ketakutan.". Ucap Olan ditengah keberadaan sepi. Membuat mereka kembali tergelak walau dengan suara rendah.
Faiz sebisa mungkin membuat raut wajah yang menakutkan untuk dilihat. "Pasti. Pasti dia sekarang lagi teriak histeris liat hantu yang mukanya dipenuhi darah".
"ughh....." dengan kompak mereka berseru pura-pura ngeri setelah Faiz selesai mengatakan itu.
Dan lagi-lagi suara tawa itu kembali menggema di ruangan kamar mandi pria yang begitu sunyi.
Ozil tersenyum menaikan alisnya. "Hebat kan rencana gue".
"Seratus buat rencana lo Zil". Fadillah langsung memberikan dua jempol ke arah Ozil. Lantas Ucup dan yang lain segera mengangguk membenarkan.
"Tapi Zil. Cerita lo yang itu gak benar kan". Ucap Olan tiba-tiba gelisah sembari mengusap tengkuknya.
"Ck ya tentu bohong lah. kan zil". Faiz menampeleng pipi Olan pelan kemudian berahli menatap Ozil.
Cowok itu balas mengangguk tersenyum tanpa ragu.
Fadillah tiba-tiba menyenggol Ucup disebelahnya. "Bro mantap hantu jadi-jadian lo. Btw lo sewa anak kelas mana?".
"Oalah. Mudah aja buat gue. Gue kasitahu Didit kalau mau dia harus jadi hantu buat nakut-nakutin Ansel. Nanti imbalannya gue kasih dua puluh ribu". Tuturnya percaya diri.
"Gila anjay. Lo cuman kasih dua puluh ribu. Buat bergadang namut-nakutin Ansel". Fadillah menatap seakan tak percaya.
"Ya mau lo berapa ha!. Emang duit gue banyak. Maap ya gue bukan Ansel!".
"Tapi si didit hebat juga. Dia berdandan mirip betul sama hantu beneran". Ucap Olan tertawa kecil.
"Hahaha setuju anjay".
Aiyaiya i'm your little butterfly.
Aiyaiya i'm your little butterfly.
Ringtone dering ponsel tanpa di undang berbunyi ditengah keberadaan cowok-cowok itu. Semua pandangan langsung mengarakannya ke sosok Ucup.
Merasa ditatap, Ucup bergerak segera menepuk-nepuk sisi saku yang terus bergetar dicelananya.
"Ada telpon". Kekehnya setelah berhasil menemukan ponsel di kantong celana.
"Angkat buruan! kasih speaker". Seru Ozil dengan suara pelan.
"Siap bosku!".
Ucup berdehem. Mencoba mengatur suaranya agar terdengar seperti cowok cool. Penelpon tanpa nama ini membuatnya mengira-ngira jika nomor asing ini yang menelponnya adalah seorang cewek cantik yang bersekolah di tempat sama dengan dirinya.
Siapa tahu cewe itu sudah lama mengagguminya dari kejauhan. Karena malu ketemu langsung. Jadi si cewek memutuskan untuk bisa dekat dengannya lewat nomor hp begitu pikirnya.
Ucup menekan tanda non speaker di ponselnya. Mengarahkan ke tengah-tengah agar yang lain dapat mendengarnya.
"Halo! ucup disini".
"Halo cup!"
"Didit!. Alahhhh elu rupanya. Gue kira nomor cewe. Anying kecewa gue". Ucup mendesah, namun tak urung bibirnya kembali mengeluarkan suara bertanya. "Gimana lo udah nakut-nakutin Ansel. Kencing gak dia dicelananya".

KAMU SEDANG MEMBACA
Live in a Boys Dormitory
Teen FictionBagaimana jika wiwi memilih membawa sendiri dirinya tinggal ke dalam Asrama putra. Demi menutupi identitas aslinya sebagai seorang cewek tulen Wiwi rela mengubah penampilan feminimnya agar bisa menyamar sebagai sosok pria. Predikat murid baru menja...