"Woi!". Fadillah berteriak setelah keluar dari ruang kelas sambil meneliti satu persatu murid yang memakai seragam sama dengannya. "Jangan pada iseng ya lu semua main tukar-tukar aja baju gue sembarangan".
Fadillah berdecak kesal. Omongannya sudah persis butiran debu yang beterbangan karena tersapu angin. Tiada satu pun yang peduli. Ozil dan yang lain malah sibuk berbincang tanpa menoleh sedikit pun padanya.
Alhasil dengan rasa kekesalan yang tertahan. Fadillah segera menghampiri Ucup dan menarik kerah seragam lelaki itu saat telah berada di dekatnya.
"Woi apa sih!. Main narik-narik aja lu setan!". Ucup yang tengah memperbaiki tatanan rambutnya segera menepis tangan Fadillah yang sudah berniat menaikan ke atas seragamnya minta dilepaskan.
"Tukaran. Seragam gue kebesaran njing. Kayaknya ini baju gue. Liat badan lo yang gede make baju gue jadi ketat gini. Sampai pentil tetek lo tuh tercetak." Jari telunjuk Fadillah bergerak menunjuk-nunjuk dada Ucup, membuat lelaki itu menepis tangan iseng Fadilah akibat rasa mengelitik disekitar tubuhnya.
"Ngawur anjing. Udah terlanjur sana lo pake yang itu aja. Males gue ganti lagi. Keburu pak Alimudin datang". Balas Ucup sangat malas.
"Masih ada sepuluh menit lagi tuh botak datang. Ayok lah ke kelas. Atau perlu lepas aja sekarang di sini. Gak bakalan lama nanti gue juga bakalan buka kok".
"Gue gak pake kutang". Ucup memberikan tatapan nelangsa kepada Fadillah. Sembari bola matanya bergerak kanan-kiri terlihat waspada. Ucup lantas maju turut mengecilkan suaranya untuk berbisik.
"Nanti mereka semua ngejek puting gue mirip biji pepaya. Gue gak mau yah dihina sama fuck boy fuck boy di kelas kita. Terlebih-lebih sama sih paduka raja lord Ansel titisan dewa zeus"."Lebay lo. Udah buruan buka. Baju gue ini taik!. Punya baju sendiri malah ngambil punya orang." Ucap Fadilah tetap kekeu memaksa Ucup agar segera membuka baju.
Ucup berdecak menepuk jidatnya. " Repot banget lo njing. Udah pake aja baju bola gue. Kapan lagi lo pake jersey bola yang nomor punggungnya 7. Mantap bro euphorianya berasa jadi ronaldo dadakan. Siapa tahu sebentar skil gocekan bola lo juga bakal mirip Cr.7. Dijamin lo pasti bakal berhasil bobolin bola ke gawang timnya Ansel. Tenang aja habis itu nanti kita selebrasi sama-sama, kita lari dari ke tengah lapangan terus loncat teriak keras-keras siuuuuuu".
"Gak lucu nying. Udah buka cepat."
"Si bangsat!". Ucup mencibir. Akhirnya mulai membuka bajunya namun terhenti ketika melihat ada Ansel yang berdiri di sampingnya seraya bersedekap dada.
Entah sejak kapan posisi pria itu ada di sini. Ucup mendadak keki. Ia kembali menurun baju bolanya cepat menutup sebagian tubuhnya yang sedikit terekspos.
Dengan tampang andalan yang sering diperlihatkan. Senyum paling mengejek telah tepatri jelas. Ansel malah berlaga layaknya bos geng yang paling ditakuti se kompleks saat berdiri menjulang dihadapan Ucup dan Fadillah.
"Ngeliat lo berdua lagi adu bacot. Gue berasa lagi liat dua anjing saling adu menggonggong mana yang paling keras".
"Lo kenal Cup". Kata Fadillah seolah bertanya pada Ucup. Sembari memandang aneh Ansel layaknya orang asing.
"Hah emang dia siapa. Anak baru kah". Balas Ucup mengikuti peran Fadillah.
Ansel tak menyahut namun tetap tegas memasang raut sombong bersama senyum miring yang kini tercetak disudut bibirnya. Ia mengulurkan tangannya di hadapan kedua lelaki itu.
"Kenalin gue adalah penguasa Asrama. Ketua dari geng kelompok katak". Ucap Ansel dengan nada sombong.
"JIAHAHAHA."

KAMU SEDANG MEMBACA
Live in a Boys Dormitory
Teen FictionBagaimana jika wiwi memilih membawa sendiri dirinya tinggal ke dalam Asrama putra. Demi menutupi identitas aslinya sebagai seorang cewek tulen Wiwi rela mengubah penampilan feminimnya agar bisa menyamar sebagai sosok pria. Predikat murid baru menja...