Perut Ozil tiba-tiba saja berbunyi. Padahal Ozil sedang berusaha menghalau rasa risih setelah aksi kurang ajar Wiwi yang berani menyentuh wajahnya. Hei siapa bilang dia bakal degdegan dan tersipu dengan tindakan Wiwi. Justru Ozil sekarang merasa enek. Sangat menyesal telah mengantar cewek itu berganti pakaian.
Lagian kenapa juga sih dia harus berbaik hati menolong gadis itu hanya karena tanpa sengaja melihat Wiwi yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Fadillah.
Ozil sontak mengalihkan wajahnya ke sembarang arah ketika suara perutnya mengundang tatapan menyebalkan Wiwi. Ah Ozil ingin sekali mencekik gadis itu.
Wiwi menyengir bodo. Ia tahu pria itu sedang menahan malu namun Wiwi tak ingin berbuat banyak untuk kembali menjahili Ozil. lantas Wiwi segera mengikuti langkah Ozil yang mulai berjalan meninggalkannya menuju kantin.
Ozil beberapa kali harus memberikan raut sinisnya, ketika di setiap langkah yang mereka lalui. Wiwi seperti sengaja melakukan hal-hal yang membuat Ozil kesal demi mendapat perhatian cowok itu. Menurut Wiwi berjalan saling diam-diaman sangat membosankan. Maka dari itu, mengusili Ozil sampai membuat lelaki itu kesal adalah pilihan yang benar. Wiwi menoel-noel pinggang Ozil bahkan Wiwi baru saja mengeluarkan kalimat rayuan yang bermakna vulgar membuat Ozil segera berbalik menatapnya tajam. Seolah ingin mengulitinya hidup-hidup.
(◍•ᴗ•◍)
Area kantin sekolah terlalu luas. Wiwi jadi paham kenapa pemerintah membangun sekolah ini begitu besar melihat banyaknya siswa-siswi yang berebutan mencari tempat kosong untuk duduk. Wiwi mengedarkan pandangannya ke segala Arah. Ia belum menemukan figur cowok-cowok yang sekarang menjadi temannya selama sebulan penuh ini.
Sampai sebuah lambaian tangan terangkat dan tanpa memberinya aba-aba. Ozil tiba-tiba menarik kerah bajunya dan menuntunnya seperti hewan peliharaan.
Wiwi tersentak kaget. Wiwi tahu Ozil sangat lapar. Tapi bisakah dia berhenti menarik bajunya dan berjalan pelan-pelan!
"Gue tahu lo laper banget. Tapi pikirin juga dong baju gue. Kasihan Ibu gue belinya mahal-mahal. Kalau robek gimana. Lo juga kan yang repot mesti gantiin".
Ozil memilih tidak menyahut. Namun tangannya masih terus menuntun Wiwi agar lebih cepat berjalan.
Ozil baru melepaskan tangannya setelah keduanya berada di salah satu meja kantin. Tempat Fadillah dan yang lain berada. Entah sejak kapan Ozil telah memesan makanan. Bukannya mereka berdua tadi baru saja tiba. Wiwi tidak melihat Ozil pergi ke salah satu stand makanan. Tiba-tiba saja mendapatinya telah duduk bersama sepiring nasi goreng di hadapannya.
Wiwi tidak ingin memusingkan hal itu terlalu jauh. Saat ini kepalanya lebih memilih menunduk melihat seragam sekolahnya yang sebagian telah keluar dari sela celananya.
"Masih rapi kok Win".
Wiwi mengangkat pandangannya menatap Ucup yang tengah mencomot bakwan goreng. Hanya untuk memastikan ulang tubuhnya kemudian berbalik memperlihatkan punggungnya pada cowok itu.
"Kusut gak!". Wiwi berbalik hanya untuk melihat Ucup menggeleng keras. Reaksi itu justru menghadirkan dengusan sebal dibibirnya. Harus berapa kali dia mengedipkan matanya. Kalau Ucup sendiri tidak mengerti arti kode agar berpura-pura berbohong.
"Bro harusnya tadi Lo iyain!."
Ucup mendekik panik. "Sori sori mana tahu tadi kalau niat lo mau ngibulin Ozil".
Wiwi berpura-pura kesal lantas maju mencekik leher Ucup sembari menggoyang-goyangkan hingga bakwan yang masih dikunyah ucup kembali terjatuh ke piring.
"Uhukh!".

KAMU SEDANG MEMBACA
Live in a Boys Dormitory
Teen FictionBagaimana jika wiwi memilih membawa sendiri dirinya tinggal ke dalam Asrama putra. Demi menutupi identitas aslinya sebagai seorang cewek tulen Wiwi rela mengubah penampilan feminimnya agar bisa menyamar sebagai sosok pria. Predikat murid baru menja...