14

133 25 0
                                    

Berawal dari perut Ozil yang tiba-tiba berbunyi. kekesalan yang tertahan akibat Ucapan impulsif Wiwi berganti dengan rasa malu. Ozil berusaha mengalihkan wajahnya setelah suara tak diundang malah berdengung keras, hal itu malah justru mengundang tatapan menyebalkan dari Wiwi yang ingin sekali Ozil mencekiknya sekarang juga.

Mau gak mau wiwi memilih mengikuti kemauan Ozil pergi ke kantin. Ozil juga beberapa kali harus memberikan raut sinisnya, ketika di setiap langkah yang mereka lalui. Wiwi seperti sengaja melakukan hal-hal yang membuat Ozil kesal demi mendapat perhatiannya. Berjalan saling diam-diaman terlihat sangat membosankan. Maka dari itu, mengusili Ozil sampai membuat lelaki itu kesal adalah pilihan yang benar. Seperti hendaknya menoel-noel pinggang Ozil ataupun wiwi yang akan mengeluarkan kalimat rayuan bermakna vulgar hingga Ozil kerap kali menggelengkan kepalanya dan menatapnya tak habis pikir atas tindakan bar-barnya.

Area kantin sekolah hingga kesudut-sudut tersembunyi dipenuhi para murid-murid yang tampak berantrian memesan makanan. Untuk menemukan keberadaan Ucup dan ke empat cowok konyol yang berseragam sama dengannya nyaris sulit. Wiwi sampai memicingkan matanya, menelusuri dari setiap sudut kantin hingga penjuru deretan meja-makan.

sebuah lambaian tangan terangkat dan tanpa memulai aba-aba, Ozil sontak menarik kerah bajunya dan menuntunnya seperti hewan peliharaan. Wiwi tersentak kaget, karena merasa belum siap. Jelas ia melotot kesal.

Ozil berniat menyeretnya bagai babu.

Lihatlah pemuda yang terserang kelaparan ini. Saking gak sabarnya ingin memberi asupan gizi pada cacing-cacing diperutnya. Wiwi harus merelakan tubuhnya berjalan terseok karena tarikan Ozil yang begitu kencang.

"Ya ampun jadi cowok kok ga ada lembut-lembutnya sih. Pelan-pelan Zil". Tubuh wiwi berjalan mundur. Karena itu pula matanya tak bisa melihat jelas raut wajah Ozil yang mungkin tercetak sangat kusut akibat ingin secepatnya mengisi kekosongan perutnya.

"Gue tahu lo lagi laper banget. Tapi pikirin juga dong baju gue. Kasihan mami gue belinya mahal-mahal. Kalau robek gimana!. Lo juga kan yang repot mesti gantiin".

Ozil memilih tidak menyahut. Namun tangannya masih terus menuntun Wiwi agar lebih cepat berjalan.

Ozil baru melepaskan tangannya setelah keduanya berada di salah satu meja kantin. Tempat Fadillah dan yang lain berada. Entah sejak kapan cowok itu telah memesan makanan, setahunya Ozil pasti benar-benar lapar hingga tanpa merasa bersalah mencomot satu makanan dipiring Fadillah.

"Nah kan jadi kusut pastinya". Rajuk wiwi.

Dia mencoba memeriksa tetapi, tindakannya percuma.

"Masih rapi kok Win".

Wiwi mengangkat pandangannya menatap Ucup yang tengah mencomot bakwan goreng. demi ingin memastikan ulang. Tubuhnya kemudian berbalik memperlihatkan punggungnya pada cowok itu.

"Kusut gak!". Wiwi berbalik hanya untuk melihat Ucup menggeleng keras. Reaksi itu justru menghadirkan dengusan sebal dibibirnya. Harus berapa kali dia mengedipkan matanya. Kalau Ucup sendiri gak mengerti artian kode agar berpura-pura berbohong.

"Kenapa gak di iyain aja Cup. Biar Ozil merasa bersalah".

Ucup mendekik panik. "eh.. Sori sori mana tahu tadi kalau niat lo mau ngibulin Ozil".

Wiwi lantas maju mencekik leher Ucup lalu menggoyang-goyangkan hingga bakwan yang masih dikunyah ucup kembali terjatuh ke piring.

"Uhukh!".

Kejadian itu justru mendatangkan tatapan tatapan pengen muntah, jijik, sinis, ataupun kesal dari cowok-cowok yang semeja dengannya.

"Anjing jorok banget lo". Faiz berseru keras sembari menutup mata dengan rapat. Namun demi memanfaatkan situasi semua orang yang mendadakfokus ke Ucup, diam-diam tangannya bergerak mencuri satu tusuk somay dipiring Olan lalu mengunyahnya cepat-cepat.

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang