10

429 41 0
                                        

"Serong dikit gue mau lihat juga".

"Udah gak pas babi".

"Lo kebanyakan ambil tempat anak monyet sadar!".

"Woi Volume suara lo tolong dikecilin. Ketahuan gue lempar badan cungkring lo disana".

"Tahu ini Olan. Suaranya mirip toa masjid".

"Wuu ngapain juga sih kita ngajak dia ".

"Bro— bro dia mau lepas seragam bawahnya. Astaga ternyata Jingga sungguh mirip dengan warna senja".

Plak!

Plak!

Plak!

Olan langsung mendapat pukulan bertubi-tubi. Cowok itu mendelik. "Salah gue apa cok".

Ozil memicing menatap Olan galak. "Jangan keras-keras gue lempar lo di sana mau!".

Olan langsung menggeleng takut sembari menunduk dari tatapan laser pria yang barusan berbicara.

Merasa terintimidasi, Ozil lantas meraih kepala Olan mendekat ke arahnya. Dia berbisik kecil. "Liat sana cewek yang rambutnya dikepang. Tebak di mau ngapain".

Dibalik kaca jendela belakang. Tempat persembunyian mereka. Olan meneguk salivahnya tertahan turut memperhatikan sosok yang dimaksud Ozil. "Dia mau buka baju".

"Lo tahu kan harus ngapain?". Tanya Ozil.

Olan tampak mengangguk sembari terus melotot memperhatikan beberapa siswi yang tengah berganti pakaian di ruangan kelas tertutup. "Gue bawah teropong kok".

Dia langsung mengeluarkan sebuah benda kecil yang di cari pada saku celananya. Dan mengarahkan dikedua matanya.

"Uugh. Montok anjing!". Sedetik cowok itu langsung mengumpat kesenangan.

Hingga Fadillah ikut tertoleh berniat merampas teropong dari tangan Olan. "Jangan make sendiri lo!. Sini gue juga pengen lihat dari lubang kesesatan ini".

"Sialan main rampas aja lo kembaran gorila. Mana gue belum puas lihat".

"Anjing tu cewe". Fadillah menghiraukan ucapan Olan. Ikut menyipit dari balik benda yang dipegangnya agar bisa melihat sesuatu dari kejauhan. "Gila sengaja banget kancing seragamnya dibuka lambat-lambat ala slowmotion. Jiwa jantan gue langsung bergejolak minta dipuaskan".

Fadillah memberengut ketika Ucup malah menampol belakang kepalanya. "1 menit untuk satu orang. Lo tadi udah lebih lima menit jangan keasyikan lo cucu dugong".

"Halah. Gak usah munafik. Pasti lo juga bakal lebih dari sepuluh menit". Balas Fadillah sewot.

"Ck. Sibacot mulai mengeluh." Tukasnya merebut paksa benda itu. Ahkirnya Ucup mencoba fokus memposisikan letak teropong dikedua netranya. "Astagfirullah bro kita berdosa gak ya. Badan gue mendadak panas dalam".

"Lo kepanasan?. Buset jangan sampai jiwa lo dimasuki titisan siluman babi?. Mesti cek ni ke dukun ". Timpal Olan.

"Gak lucu njing. Selera humor Lo rendah amat. Minimal kalau mau ngelawak buat gue sampe guling-guling  di pasir". Ucup berahli menatap bosan Olan.

"Siapa yang ngelawak. Bibir gue repleks njing ngomong tadi".

"Pengalihan Isu". Setelah berhasil menampeleng kecil pipi Olan. Kembali Ucup melakukan aktivitasnya yang terhenti untuk mengintip beberapa siswi.

Jendela kelas terlalu kecil, sehingga cowok-cowok itu saling merapat berebut posisi demi bisa memperhatikan jelas. Apalagi Gorden yang di tutup menyisahkan sebagian cela persegi panjang dimana tempat mereka sedang mengintip.

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang