18

209 18 5
                                    

"Jadi, kenapa lo bolos?". Olan bertanya. Dengan lengan kanan yang menyangga dipipi, Olan mencoba menunggu wiwi yang masih berupaya mengunyah sesuatu dimulutnya.

Mata wiwi mengerjap merasa seseorang tengah memperhatikannya. Ia lalu ikut melihat olan, ahkirnya wiwi terpaksa menelan semua makanan dimulutnya. meski belum hancur, namun tetap saja tenggorokannya terasa aneh. Wiwi seperti habis menelan tulang ikan lalu tulang itu malah tersangkut di kerongkongannya.

Gue keselek nasi bjir!

"Uhuk uhuk".

Wiwi sontak merebut sebuah gelas di tangan Ozil yang baru akan diminum pria itu. Dan tanpa bersalah meminumnya dalam sekali tegukan.

"Woi!". Seru Ozil melotot.

"Maap gue udah gak tahan".Wiwi memasang raut bersalah melihat tatapan jengkel Ozil yang di tunjukan padanya. Lantas segera mengembalikan kembali air minumnya.

Ozil mendengus. Kenapa cewek itu selalu saja menganggunya!.

"Ah sori bro gue seharusnya gak maksa lo buat jawab sekarang". Olan menggaruk rambutnya menatap tak enak wiwi. "sori, sori lo makan aja. Nanti kita gosip lagi kalo lo udah selesai makan".

"Santai gue gak papa kok sekarang". Jawab wiwi sembari berdehem pelan. "Cuman keselek nasi".

"Serius".

"Ya" wiwi mengangguk.

"Ck. Tetap saja Nyawa taruhan bro". Sela Ucup berseru.

"He si anying!. Gau usah ikut bacot suara lo di sini gak dibutuhkan". Cibir Olan.

Tangan Ucup lantas terangkat melewati muka wiwi hanya untuk menarik jambul olan.

"Bangsat!".

"JIAHAHAHA. rasain lo jamet kerdil".

"Kurang ajar lo bekicot sawah".
dengan muka cemberut Olan lantas memungut kembali sebutir nasi yang berhamburan di meja. Gara-gara si ucup markicup yang tega menepis tangannya. Padahal mulutnya baru saja ingin menyapa nasi dengan sapaan selamat malam, tapi cowok itu tiba-tiba menarik jambul kesayangan yang baru dikasih pomet membuat kepalanya tertunduk ke bawah hingga sendok yang berisi nasi dipegang bukannya masuk di mulutnya malah menabrak matanya.

"Gimana tadi kalo gue muntahin nasi di mulut gue. Mau lo makan?".

"Bekas lo? Ya kali. Makanya orang lagi makan jangan maksa ngomong. Gak sopan kata guru agama sd gue". Kata Ucup sok menasehati.

"Mana ada gue maksa. bukannya lo juga sering gitu ke gue".

Ucup mendecakan lidah. "Kapan jangan ngadi-ngadi ya". Bantahnya. Bisa-bisanya pria sopan santun yang tertanam didirinya sejak dulu diklaim sebagai lelaki yang tak paham tatakrama. Pikir Ucup, olan terlalu sok tahu.

Ucup menggeleng lantas berpindah tempat di kursi sebelah wiwi yang harusnya diisi oleh Fadillah, namun pemuda itu sama sekali tidak ada di rombongan mereka. Ucup tampak menepuk-nepuk bahu wiwi yang meringis memperhatikan keduanya. "Lo gak papa win?. Ah yang tadi gak usah ditanggapi omongannya biasa pemuda caper".

"Anying!. Mau lihat gue dobrak ni meja makan sampai hancur!". Olan cukup tersinggung.

"berani?!".

"Ya enggak lah tolol. Ngapain lo balik nanya".

"Situ yang nantang njing!". Ucup ikut tersulut. Merasa tak ada gunanya adu bacot dengan Olan. Ia hanya berdecak lalu kembali mengalihkan atensinya pada wiwi seraya tersenyum ramah. "Mau makan ayam gue win. Ambil aja gak papa gue ikhlas kok".

Wiwi melotot. sontak menahan tangan cowok itu yang akan memindahkan ayam dipiringnya. "Gak usah bro".

"Gak papa kalo lo mau gue kasih nih. Gue lihat lo natap minat mulu ayam gue. Sebagai teman yang pengertian gue rela bagiin jatah ayam gue ini ke lo".

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang