13

321 39 0
                                        

"Win mau kemana!".

Wiwi kembali membalikan badannya ketika dibelakang sana Fadillah berseru memanggil namanya.

Dengan memasang raut meringis juga satu tangannya yang baru saja memegang engsel pintu. Wiwi berucap kaku. "Gue mau ke wc ganti baju".

"Seriusan? kenapa gak di sini aja." Fadillah tertawa keras. Entah leluconnya se lucu itu atau memang ucapan Wiwi yang cukup terdengar aneh. Fadillah sontak menghampiri wiwi dan langsung menarik lengannya agar kembali masuk ke dalam.

"Ngapain ganti baju ke Wc. Ah lo malu ya liatin otot badan lo". Fadillah berdecak. Seperti tidak mencurigai sesuatu tangannya lantas bergerak menepuk-nepuk kecil perut wiwi dibalik pakain bola yang dipakainya. "Sixpack gak".

Cowo gila!.

Wiwi nyaris saja memekik jika saja tidak mengingat bahwa sekarang ia tengah berperan sebagai jelmaan cowok-cowok rese.

Wiwi tidak mungkin lupa. Di aliansi laki-laki tukang ngibul seperti mereka ini. Membahas masalah otot dan sentuhan fisik adalah hal biasa. Meskipun tindakan Fadillah masih dikategorikan hal sepele. karena pada dasarnya masih ada kontak fisik yang bahkan lebih ekstrem lagi dari sekedar sentuhan-sentuhan kecil seperti tadi. Namun tetap saja wiwi itu seorang perempuan normal. Disentuh di bagian pundak polosnya tanpa penghalang baju apapun oleh lawan jenis bahkan sudah membuatnya tegang dan mati kutu. Apalagi tangan kekar itu yang meraba-raba perutnya.

Wiwi mencoba menarik pasokan oksigen dalam-dalam. Dia menatap kaku Fadillah dan Ucup yang kali ini menatapnya aneh.

"Sebenarnya gue mau buang air besar juga. Nah sekalian aja gitu ganti baju."Jelasnya setelah mampu lebih rileks.

"Pantesan dari tadi kecium bau lain. Rupanya lo yang diam-diam sebar bau oksigen mematikan sedunia. Hampir aja tadi gue nuduh Olan yang kentut". Fadillah tampak melap tetesan keringat dari bajunya.

Badannya yang tadi membungkuk kembali ditegakkan. Tiba-tiba saja pikirannya malah berkelana ke arah lain. Fadillah memasang raut seserius mungkin. "Tapi lo gak lagi bohong kan. Soalnya gue kayak aneh aja liat lo sekarang".

Di tatap seserius seperti itu oleh Fadillah membuat wiwi kembali merasa kalut. Mirip bagai tersangka pencurian yang dicurigai oleh pihak berwajib.

"Maksud Lo apa bro. Gue gak paham?". Katanya pelan. Wiwi tak berani menatap lama-lama netra pekat cowok itu. Karena itu dia sengaja memutuskan menatap Ucup yang berdiri tampak lugu.

Fadillah menaikan alis. Segera dia menggeleng kecil sembari mesem-mesem tak jelas hingga gigi rata cowok itu sampai kelihatan. "Gak lupain aja. Hari ini gue banyak pikiran".

Wiwi hanya meringis mengusap leher belakangnya gugup. Fadillah kelakuannya hari ini aneh banget.

"Ck apaan sih omongan lo gak jelas babi. Gak usah diambil pusing Win omongannya yang tadi". Ucup mendorong pundak Fadillah agar mundur se jengkal dari posisi Wiwi.

Fadillah balas berdecak akibat dorongan kasar Ucup mengakibatkan punggung bagian belakangnya sampai terbentur mengenai meja Ozil.

"Bukannya lo mau berak. Kesana gih gak boleh ditahan-tahan nanti wasir". Bibir itu mengerendul naik seperti perempuan yang tengah mengosip. "Mulut Fadillah emang gitu gak jelas. Ngapain juga kan dia ngatur-ngatur lo mau ganti pakaian dimana. Terserah lo juga kan. Sok ganteng emang. Berasa dia aja yang punya bentuk tubuh bagus padahal aslinya mah sekali buka eh mirip donat kembang".

"Hahaha bisa aja lo". Wiwi berpura-pura tertawa tetapi sangat kaku. Dia tahu Ucapan Ucup hanya sekadar lelucon. Di teliti lebih dekat pun postur tubuh Fadillah semua orang langsung menebak kalau pasti Fadillah memilih bentuk tubuh yang bagus. Apalagi perawakannya yang jangkung sebelas dua belas dengan tinggi badan Ozil dan Ansel.

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang