"KYAAAKH".
Teriakan memekikan telinga itu terendam kembali.Ozil yang baru saja keluar dari kamar mandi sontak melemparkan handuk miliknya hingga menutupi setengah wajah Wiwi.
Wangi
Wajah yang tertutup di balik handuk itu dengan tak tahu malunya malah tersenyum-senyum gila.
"Eh. Bro santai!."
Wiwi terkesiap ketika Ozil tanpa aba-aba langsung menarik paksa handuknya yang masih menutupi keseluruhan wajahnya.
Badannya secara refleksi ikut terdorong maju. Hal itu malah membuat Wiwi bisa melihat lelaki yang masih bertelanjang dada itu sedang berjalan menuju ke tempat rak lalu mengambil sebuah kaos untuk dipakai.
Wiwi langsung membawah langkahnya masuk lebih dekat ke keberadaan Ozil. "Lo gak nanya kenapa gue pulang terlambat?."
"Wah gak tuh. Emang lo siapa?".
Ozil melewati wiwi dengan santai. Menuju tempat dimana ranjangnya terletak.
Wiwi mengikuti langkah cowok itu. Dengan seragam putih abu-abu yang masih melekat dibadannya. Ia memposisikan pinggulnya agar bisa menaiki ruang kosong di ranjang kecil milik Ozil.
Ozil lantas mendengus ketika cewek itu malah ikut duduk disebelahnya. "Ngapain lo. Astaga kenapa lo suka banget naik di ranjang gue. Beneran gak ada takut-takutnya ya lo!".
Seakan tuli. Wiwi malah berucap tentang hal lain. "Ozil kita harus buat rencana lagi buat ngerjain Ansel. Lo mau tahu alasan gue pulang terlambat tadi karena apa. Karena gue baru aja dikerjain Ansel sama dua teman menyebalkannya itu." Saking gregetnya mengingat kejadian barusan, Wiwi bahkan sampai meremas kuat seprei ranjang membuat kini bad cover itu tak tertata rapi lagi. "Ansel jahat banget. Masa tadi dia nakut-nakutin gue pakai tikus got. Iih kesel banget tahu liat mukanya sama senyumnya yang angkuh.".
Ozil memadang sinis gadis disebelahnya yang tampak memasang raut kesal malah kembali melunakan wajahnya ketika menceritakan sosok biang kerok yang kerap adu mulut dengannya.
"Pokoknya besok kita harus kerjain dia lagi!". Lanjutnya dengan intonasi membara.
"Sepre gue Anying jangan rusakin". Decak Ozil menepis tangan wiwi yang terus menarik-narik paksa seprei tempat tidurnya. "Pindah gak lo!".
"Gak mau eh bentar". Gadis itu berdehem. Suara yang sengaja diberat-beratkan itu kembali terdengar melengking. Wiwi menyorot Ozil sangat serius. "Mau tahu gak tadi Ansel apain gue aja".
Pertanyaan yang sama sekali tidak membuat Ozil tertarik. namun tak ada salahnya mendengarkan omongan gadis di hadapannya ini agar sosoknya bisa segera pindah dari ranjangnya. Ozil melipat kedua tangannya didada. Memandang rupa cewek itu seakan begitu penasaran.
"Jadi kan tadi—."
"Woi Win buruan lama banget lu. Kayak cewek aja". Fadillah baru saja menyahut keras. Cowok itu sedang berdiri di ambang pintu tampak sabar menunggu.
Wiwi lantas buru-buru memasukan peralatan belajarnya ke dalam tasnya. Setelah semuanya telah beres, dengan setengah berlari dia segera menghampiri sosok yang masih setia menunggunya dipintu kelas.
Fadilah menggeleng. Wiwi malah cengar-cengir tidak jelas dihadapannya. "Lama banget bro. Hampir aja kaki gue niat tinggalin lo sendiri disini. Untung gue cepat-cepat ngomong sama kaki perkasa gue ini untuk tungguin lo lima menit lagi".
"Kenapa gak bilang aja sebenarnya lo yang gak mau nungguin gue. Malah nyalahin kaki lo lagi".
Ahkirnya, mereka memutuskan melangkah bersama di koridor kelas untuk balik ke Asrama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Live in a Boys Dormitory
Novela JuvenilBagaimana jika wiwi memilih membawa sendiri dirinya tinggal ke dalam Asrama putra. Demi menutupi identitas aslinya sebagai seorang cewek tulen Wiwi rela mengubah penampilan feminimnya agar bisa menyamar sebagai sosok pria. Predikat murid baru menja...