17

364 34 4
                                        

Membolos paling keren adalah melakukan pertulangan menjelajahi seluruh kamar Asrama.

Rencana di atas sepertinya lebih seru ketimbang mendekam di kamar seharian tanpa tv, laptop, cemilan dan tentu saja minus bersama teman mengiba. Memang tidak ada yang aneh, Wiwi hanya sedang mencoba flashback saat dia masih memegang predikat siswi menye-menye di sekolah lamanya.

Menurutnya bakal kurang mengasyikan jika dirinya hanya ditemani se gengam ponsel dengan website membosankan dan trending sosial media yang unfaedah untuk diikuti. dan paling narsisnya bakal ada sesosok cowo mesum yang menemaninya dalam kamar yang luasnya kurang lebih dari 10 meter persegi panjang. Wiwi tidak bisa bayangkan jika dia harus rela mengawasi Ozil menonton bok*p sepanjang hari. Sembari gelagat tubuh yang tidak bisa leluasa bertindak melakukan sesuatu karena mendengar suara desahan desahan bernada menjijikan. selain itu, akan sangat berbahaya juga bila Ozil tidak bisa menahan hasrat emosionalnya untuk segera dituntaskan. Selama hukum alam masih berlaku. Tidak akan ada yang tahu nafsu setiap orang bagaimana.

Bukannya Wiwi mau berprasangkah buruk sama Ozil. Dan walau khayalan tadi masih presepsi kolot Wiwi. Tidak menjamin kemungkinan Ozil tidak bakalan melakukan tindakan tak senonoh padanya atau tiba-tiba menonton video ike-ike kimochi tepat dihadapannya.

Oleh karena itu, selepas memperbaiki seprai ranjang ozil dan memastikan tidak ada satupun kasur seprai itu terbonkar atau keluar dari sela-sela ranjang. Wiwi tak perlu waktu lama segera keluar dari kamar Asrama meninggalkan Ozil sendiri yang masih berada dalam kamar mandi.

Wiwi mengira selama perjalanan
Mengintari seluruh kamar Asrama hanya dirinya-lah satu satunya murid yang bebas berkeliaran dan membolos di jam sekolah. Gadis itu tidak mengira, saat baru saja membuka atap gedung asrama karena rasa penasarannya hal apa yang tersimpan di sana. Dia tidak menyangkah kedua netra pekatnya malah menemukan Ansel yang lagi duduk santai di sofa bersama sebuah rokok yang terapit pada sela-sela jarinya.

Posisi cowok itu sedang membelakanginya. Eh apa cowok itu bolos juga?!

"Pemandangannya indah sekali tuhan!". Wiwi segera menutup mulutnya ketika tersadar dia baru saja berbicara spontan. Beruntung ucapannya hanya bisikan yang hanya mampu terdengar oleh dirinya sendiri.

Mendengar suara pintu yang tampak dibuka dari luar, Ansel sontak membalikan badannya. Raut tegang diwajahnya tidak bisa menyembuyikan keresahan dalam hatinya. karena terkejut jika yang membuka adalah pak rudi, Pemuda itu segera beranjak setelah cepat-cepat membuang batang rokoknya yang masih tersisa setengah ke lantai marmer. Matanya kemudian menyipit tak suka saat tahu siapa lah seorang yang berdiri di sana.

"Barusan gue lihat sesuatu tuh!. Mau gue bilangan pak rudi lo ngerokok di Asrama?". Seru wiwi. Gadis itu melangkah mendekat langsung berpura pura memasang raut tak percaya seolah terkejut saat Ansel memandangnya tak bersahabat. "Aduh bro gak usah ngeluarin alasan. Gue lihat sendiri kok tadi lo lagi isap isap rokok yang baru aja lo buang".

Ansel mengangkat alis. "Kalo gue kasih. Lo mau ambil".

"Ambil?". Mata Wiwi melebar. Lantas menggoyangkan tanganya menolak.
"Cih maap tapi gue masih sayang paru-paru".

Ansel yang sudah mengeluarkan sebungkus rokok di kantung celananya terpaksa menghentikan kembali pergerakan tanganya di udara. Dia menatap wajah laki-laki yang baru beberapa hari ini menjadi teman sekelasnya dengan seksama. Mereka berdua sepertinya tidak pernah sedekat hingga saling berbicara berdua seperti ini. Dia ingat, mereka bakal terlibat cekcokan hanya jika laki-laki ini sedang bersama dengan ke lima anggota gengnya itu.

"Ck gue lagi malas adu bacot sama salah satu anggota geng alay disekolah". Decak Ansel langsung kembali membalikan badanya menatap jalanan trotoar di bawah gedung Asrama. "Jangan lupa tutup pintunya rapat-rapat".

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang