3

646 63 0
                                        

Wiwi dan lainnya berhasil kembali ke kamar masing-masing. Malam sudah semakin larut, arah jarum jam bahkan kini menunjukan pukul sepuluh lewat tiga puluh menit.

Dengan intens wiwi menyorot pintu kamar mandi sambil menunggu seseorang itu keluar dari sana.

Ozil keluar dengan wajah segar sehabis membasuh wajahnya. Ozil Melangkah mendekati ranjang yang berdampingan dengan milik gadis itu. Tubuhnya kemudian direbahkan, terasa pas dengan ukuran tubuhnya yang cukup besar."

"Jadi apa motif lo menyamar jadi laki-laki di Asrama ini?". Bola mata Ozil  menghunus  tajam tepat pada gadis yang duduk bersandar di ranjang sebelahnya.

"Karena Ingin!".

Alasan yang ingin segera Ozil menyeret gadis aneh itu ke Pak Rudi.

"Emang gila ya lo!". Ozil bangkit dari posisi terlentang.

Wiwi segera turun dari ranjang membawa tubuhnya menaiki tempat yang sama pada keberadaan laki-laki itu.

"Lo mau alasan yang logis?. Jawabannya emang benar, Karena gue pengen di sini. Tapi sebenarnya gue juga penasaran sih!. Bagaimana rasanya kalo gue jadi bagian seperti kalian".

Perlahan Wiwi merangkak lebih maju kehadapan cowok itu. Sikap repleks Ozil membawah tubuhnya mundur hingga punggungnya terhenti di kepala ranjang.

"Stop!. He sadar lo itu cewek. Ngapain naik ke ranjang gue!".

Kok malah kebalik!,

Kenapa dia yang tiba-tiba takut sama perempuan. Semestinya gadis itu yang harus takut karena sekamar sama cowok.

Ozil mengumpat. Cewek. Ini sadar gak sih ada dikandang serigala.

Wiwi cemberut menangkap lemparan bantal dari laki-laki itu. "Gue senang berteman sama Fadillah juga teman-teman lo yang lain. Tolong jangan bongkar identitas asli gue ke teman-teman lo ya".

"Gak bisa!. Gue ada rencana mau bongkar!". Keras Ozil.

Wiwi menghela nafas. Mencoba meraih kedua tangan Ozil yang disilangkan ke dada, bentuk defensif melindungi diri dari jangkauannya.

"Gue baru aja dapat genk. Masa lo tega ceritakan rahasia gue ke mereka. Tolong lah gue masih pengen sama-sama kalian semua. Meski pertemuan kita belum genap sehari tapi gue udah sesayang banget sama kalian. Rasanya berat kalau berpisah". Ungkapnya memohon dengan mata puppy eyes.

Wiwi melemaskan otot bahunya melibat Ozil yang hanya diam memandangnya waspada. "Zil masa lo teg-".

"Iya- iya gak bakal gue sebarin. Sekarang turun dan pindah ke ranjang lo sendiri!". Ozil menarik kembali tangannya, memandang Wiwi was was. Setuju adalah tindakan yang tepat agar gadis aneh itu segera pindah dari ranjangnya.

Dia sudah seperti perjaka yang di paksa meniduri tante-tante.

"Makasih Ozil!". Wiwi tersenyum Riang. Akting berkaca-kacanya tadi sungguh mendramastis. Sampai Ozil kasihan ahirnya terpaksa setuju. Alhasil tubuh kecil itu segera berpindah ke ranjang di sebelahnya.

"Tapi benar kan lo ke sini cuman pengen senang-senang. Ngga ada maksud lain?". Tanya Ozil waspada.

"Sekalian mencuri sih!. Bercanda". Wiwi meringis kecil ketika tatapan di seberang sana menyorot tajam padanya.

Ozil mendengus memperbaiki posisi bantal untuk tidur. "Awas aja lo aneh-aneh di sini. Gue seret lo ke pos pak Rudi!".

"Siap bro. Kalau begitu selamat malam!".

Wiwi langsung merosotkan seluruh badanya ke ranjang. Memilih berbaring membelakangi Ozil yang masih memandangnya rumit.

L(*OεV*)E

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang