6

469 48 0
                                        

Terik matahari disiang hari begitu menyilaukan. lonceng sekolah telah berbunyi beberapa menit yang lalu pertanda aktivitas sekolah baru saja berakhir.

Lingkungan sekolah mulai memasuki suasana sepi. Sebagian murid-murid telah kembali menuju Asrama. Tapi tidak dengan kedua siswa laki-laki yang berjalan santai di tengah koridor kosong tanpa adanya siapapun.

Ketika kedua siswa laki-laki itu hendak melangkah turun dari tangga koridor. Sosok lain tiba-tiba muncul menghalangi jalan keduanya.

Keduanya terkejut bahkan gemetar melihat orang disana. lantas keduanya kembali berbalik untuk mengambil jalan lain. Namun sama halnya, dari arah berlawanan pun terdapat satu lagi cowok yang tengah berjalan menuju ke posisi mereka. Sosok di sana berjalan mengintimidasi, langkah yang lambat serta mata yang mencipit menatap mereka seperti mangsa.

Keduanya sontak saling merapat sembari bergandengan tangan dengan arah pandang yang terus bolak-balik melihat kedua lelaki aneh.

"Salah gue apa. Kenapa lo berdua natap kita seperti itu".  Karena tak tahan Paul cowok yang lebih pendek dari cowok satunya akhirnya bersuara.

Ucup lantas berdecih sinis dan bersedekap dada. "Ternyata lo berdua beraninya kalau ada Ansel doang".

"Ck iya anjing. Mana si sialan ini suka banget bentak-bentak gue". Olan mengangguk membenarkan sambil mengetuk kepala Ilham.

Ilham lelaki disebelah Paul repleks menyahut keras karena tak terima atas perkataan Olan. "Woi siapa yang Lo maksud Sialan?!. Bu–bukannya geng kita gak ada masalah ya bro". Katanya gugup. Kepalanya kembali menunduk takut melihat tatapan tajam Ucup

"Halah jangan sok ya lo!". Olan kembali mengetuk kepala Ilham. Membuatnya mengadu kesakitan.

"Langsung aja bro". Ucup memberi kode lewat dagunya.

Olan lantas mengangguk. Dengan segera ia bergerak memeriksa seragam sekolah Paul dan Ilham mencoba meraba-raba bagian tubuh mereka hingga sekitar celana. Ilham meringis ketika tangan Olan dengan sengaja menepuk area sensitif miliknya.

"Bab–!".

"Apa mau marah!". Ilham langsung menggeleng kuat.

Rasanya senang Olan bisa bertindak seperti ini ke dua orang yang pasrah dibawah pengawasannya. Walaupun dia tidak bisa memarahi Ansel sebab aura cowok itu yang begitu kuat. Setidaknya masih ada dayang-dayangnya yang bisa ia perlakukan seenaknya.

"Lepas tas lo berdua cepat gak pake lama".

Karena Olan tidak mendapat apa yang mereka sembunyikan. Ucup memutuskan menyuruh kedua dayang-dayang Ansel melepas tas.

Ilham dan Paul lantas menurut. dengan ogah-ogahan keduanya memberikan ransel milik mereka.

"Lo berdua mau ngapain kita sebenarnya". Paul mencoba berucap dengan pelan.

Namun, ia kembali menunduk bagai tikus ketika Olan lagi-lagi mengertaknya

"CK banyak tanya Lo. Udah kayak cewek aja!".

"Gue kan dari tadi diam aja". Racau paul melirik kesal.

"Nah ketemu!". Ucup tersenyum menatap sesuatu ditangannya.

Ilham dengan gagu menangkap tas miliknya yang barusan dilempar kasar ucup. Netranya kembali melotot ketika menemukan Ucup tengah tersenyum memengang sebuah majalah dewasa berisi potret vulgar wanita yang baru dibelinya lusa kemarin.

"Eh Bro jangan gitu dong bro." Katanya dengan intonasi terbata-bata.

Ucup segera menyembunyikan majalah itu ke punggungnya. Menghindari dari jangkauan Ilham. "Lo bilang apa tadi".

Live in a Boys Dormitory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang