Perhatian

500 45 0
                                    

Sabil pun membuka pesan tersebut dan langsung mengetahui siapa pengirim pesan tersebut.

From this

From this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To this

"Kenapa cuma diread aja sih sama mas Tara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa cuma diread aja sih sama mas Tara." ujar Sabil mengerucutkan bibirnya dan menghentakkan kakinya ke lantai.

Sabil pun meraih handuk, mulai membersihkan diri dan lanjut tidur menggunakan setelan piyama bergambar beruang favoritnya.

~~
Keesokan harinya Sabil merasa kepalanya sangat berat, tubuhnya lemas dan kedinginan, sedikit menggigil. Namun suhu tubuhnya sangat panas.

Sabil meraih handphone yang tergeletak diatas meja dekat kasurnya, menghubungi Fahmi.

"Halo, Mi. Tolong izinin gue nggak masuk kelas hari ini ya. Gue sakit, terima kasih." Setelah menelfon Fahmi, Sabil mengambil plester demam yang dia punya berharap demamnya turun dan mengistirahatkan kembali tubuhnya.

Hingga sore hari, Sabil terbangun merasakan handphone nya yang berdering terus.

"Mas Tara?" tanya Sabil dengan keheranan. Segera ia menerima panggilan tersebut.

"Halo mas?"

"Lo sakit kan? Buruan buka pintu kos lo, gue diluar dari tadi."

"Bentar ya mas."

Panggilan tersebut langsung ditutup oleh Sabil. Dengan perlahan, dia mencoba meraih pintu dan benar saja Wistara sudah berdiri disana dengan sekantung plastik makanan dan obat digenggamannya.

"Ayo masuk mas." Sabil mempersilahkan Wistara masuk

Sabil terkejut karena secara tiba-tiba Wistara mengendong nya menuju kasur. "Udah lo istirahat aja," ujar Wistara sebelum pergi menuju dapur.

Beberapa menit kemudian, Wistara sudah kembali dengan semangkuk bubur dan obat di kedua tangannya.

"Makan dulu cil." ucap Wistara yang membantu Sabil untuk duduk.

"Terima kasih ya mas." ujar Sabil dengan menyuapkan satu per satu bubur itu dengan malas.

Wistara memperhatikan Sabil dengan lekat. Sabil yang lemas, plester demam melekat di dahinya, piyama beruang kebesaran, pipi merah yang mengembung, mata berair. Menampilkan gambaran lucu pada sosok Sabil.

Wistara ingin mencubit kedua pipi itu, namun dia urungkan karena Sabil sedang sakit.

Malam pun tiba, Wistara masih menemani Sabil yang masih lemas.
"Demam lo kok nggak turun-turun ya?" Heran Wistara "Gue ganti aja kompres lo." lanjut Wistara.

"Terima kasih banyak ya Mas, sudah mau rawat Sabil." ujar Sabil.

"Iya, lagian ini juga udah tanggung jawab gue. Perasaan waktu di chat gue bilang lo jangan sakit. Kok lo malah sakit?" Tanya Wistara

"Ya nggak tahu lah Mas, emang Sabil bisa ngatur sakit atau nggaknya diri sendiri. Sabil nggak mau sakit juga kali. Sama halnya kek perasaan Mas, Sabil juga nggak bisa ngatur perasaan, kenapa Sabil bisa suka sama Mas Tara yang jelas-jelas sifatnya, kesukaannya beda banget sama Sabil." jawab Sabil dengan cengiran dibibirnya.

"Udah istirahat aja, suka ngaco lo kalo sakit." ucap Wistara sambil membenarkan kompres di dahi Sabil.

Sabil yang memang terpengaruh dari obat, langsung saja dapat tertidur kembali.

Sedangkan Wistara yang sejak tadi hanya menampilkan wajah datar, saat ini tidak bisa lagi menahan senyuman diwajahnya.

Ucapan Sabil sangat memengaruhi Wistara. Wistara pun mengelus surai hitam yang sedikit basah itu dan membisikkan suatu kalimat ditelinga Sabil, "kayaknyo lo berhasil bikin gue suka sama lo. Tapi untuk saat ini belum waktunya. Tunggu dulu ya, gue mau yakinin diri gue dulu."



Jangan lupa voteee~
karena vote mu adalah semangatku

Terima kasih gaisss🥰
-sky

Blue Orangeade (WinnySatang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang