Hubungan Sabil dan Wistara kini mulai membaik, hal ini tidak terlepas dari peran Galih dan Fahmi yang memang sudah berjanji akan membantu hubungan keduanya.
"Kayaknya gue mau confess ke Sabil." ucap Wistara kepada Galih yang saat ini berada di kantin sedang meminum kalengan soda.
Galih yang mendengarnya terkejut dan langsung menyemburkan soda yang tengah ia minum sehingga membuatnya sedikit kesakitan.
"Alay." cicit Wistara menatap Galih malas.
"Sialan! lo pikir gue nggak kesakitan. Lagian lo aneh, nggak ada hujan nggak ada angin, tiba-tiba lo ngomong gitu!"
"Gue cuma ngikutin kata hati gue aja. Sudah saatnya gue confess."
"Kayak punya hati aja lo, gaya banget ngikutin kata hati!" ejek Galih membuat Wistara menatapnya dengan tajam.
Galih hanya tersenyum, "gue setuju kok lo confess ke Sabil. Gue tunggu kabar baiknya ya."
Wistara hanya tersenyum mendengar ucapan dari Galih membuatnya makin bersemangat.
"Tapi gue butuh bantuan lo."
~
Sore ini Wistara berniat untuk mengajak Sabil di Cafe biasa tempat dia dan wistara pertama kali keluar bersama yang pastinya langsung disetujui oleh Sabil.Sudah lama Sabil menunggu akan tetapi belum nampak batang hidung Wistara, membuatnya mengeluh.
"Lama banget sih kak Tara! Tidak seperti biasanya." keluh Sabil masih setia menunggu Wistara
Tiba-tiba telepon Sabil bergetar, namun bukan nama Wistara yang tertera melainkan nama Fahmi membuat Sabil menghela napas panjang dan mulai mengangkatnya.
"Sabil!." teriak Fahmi
"Apaan sih! Gue mau ngedate nih sama kak Tara."
"Belum jadian aja sombong lo! Buruan ke rumah sakit geemem sekarang! Kak Tara masuk rumah sakit."Tanpa basa-basi lagi Sabil mematikan telefonnya dan meminjam sepeda ke Ibu kosnya dengan segera menuju ke rumah sakit geemem.
Sesaat setelah melangkahkan kaki masuk ke rumah sakit geemem pandangannya sudah di sambut oleh Galih yang menunduk dan Fahmi disebelahnya yang mencoba menenangkan Galih di depan ruang UGD.
"Kak Gal! Mi!" teriak Sabil menghampiri keduanya.
"Maafin gue bil, gue nggak bisa jaga Tara tadi. Pliss maafin gue." ucap Galih dengan bertumpu dihadapan Sabil membuatnya sangat kebingungan dengan kejadian yang terjadi saat ini.
"Kak Galih bangun dulu, coba jelasin sebenarnya kenapa Kak Tara bisa sampai masuk rumah sakit." ujar Sabil sambil membantu Galih untuk berdiri.
"Seharusnya hari ini menjadi hari bahagia lo-" ucap Galih tidak sanggup untuk melanjutkan ceritanya.
"Teruskan!" tegas Sabil masih dengan memegang pundak Galih.
"Sore ini Wistara berniat untuk confess ke lo. Dia minta bantuan ke gue untuk nemenin beli hadiah buat lo, tapi saat itu gue nggak bisa karena ada urusan penting keluarga. Alhasil dia mencari hadiah buat lo sendirian dan dari pihak polisi yang berada di TKP saat itu bilang kalau Wistara mencoba untuk membantu menghadang seorang pencuri yang kabur, namun saat itu Wistara lengah hingga sebuah belati tajam menusuk bagian dada dan perutnya-"
"dan ini hadiah dari Wistara yang sudah dia beli buat lo bil." Galih pun memberikan paper bag putih besar bercampur dengan bercak darah yang memenuhi sebagian warna dari kantung itu.
Sabil menangis dan menjatuhkan dirinya di lantai dingin rumah sakit dengan memeluk erat hadiah dari Wistara, Fahmi mencoba mendekati dan memeluk sahabatnya itu sekadar untuk memberikan rasa tenang.
"Sabil lo harus kuat! Gue yakin kak Tara bakal sembuh." ucap Fahmi
"Gue menyesal Mi, seandainya dulu gue nggak naruh hati ke kak Tara nggak bakal kayak gini! Nggak bakal sejauh ini! Seandainya dulu gue nyerah aja! Seandai-"
"Stop lo ngomong kayak gitu Bil! Tidak ada gunanya. Yang bisa lo lakuin sekarang cuma berdoa untuk kak Tara."
Sabil menangis dipelukan Fahmi cukup lama, keadaan sudah lebih tenang hingga suara pintu ruang UGD dibuka menampilkan sosok dokter dalam balutan kain putih yang melingkar ditubuhnya.
"Bagaimana kondisi pasien dok!" tanya Sabil langsung kepada dokter.
"Pasien sempat tidak sadar karena kehilangan banyak darah dan saat ini masih sangat lemah mungkin beberapa minggu akan pulih. Luka tusukkan di bagian dada dan perutnya tidak terlalu dalam sehingga keadaannya tidak terlalu parah." jelas dokter yang langsung pergi diikuti beberapa perawat yang memindahkan pasien dari ruang UGD ke ruang inap.
"Terima kasih dokter!" ucap ketiganya bersamaan.
~
Sudah dua hari sejak kejadian, hari ini Wistara sudah mulai tersadar dari tidur sementara nya dan langsung disambut oleh ocehan"sudahlah kalian berdua menikah saja." ujar Owen menatap malas anaknya yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Jangan gitu yah, Tara belum bekerja dan Sabil juga masih kuliah."
"Untuk apa kamu punya Ayah kaya raya sepertiku! Akan kubiayai tujuh turunanmu itu pun ayah masih sanggup!"
"Iya si paling maniak kerja." ucap Wistara lemah membuat Owen hanya melirik Tara tajam.
Wistara menoleh ke sisi satunya, memegang telapak tangan Sabil dan mendekapnya, "maaf ya kalau buat kamu nunggu lagi, salahkan pencuri itu! Ekhemm- aku ingin berbicara empat mata saja dengan Sabil. Apakah kalian bisa meninggalkan tempat ini."
"Apa-apaan bocah ini, ayahnya sudah datang jauh-jauh malah yang dipikirannya hanya pac-"
"Sudah om, ayo kita keluar. Ada es krim didepan rumah sakit yang enak om." ucap Galih dengan mendorong tubuh Owen yang enggan untuk keluar dibantu dengan Fahmi.
"Yee, kalian pikir saya anak kecil, yang hanya dengan es krim bisa luluh. Belikan saya lima saja ya, saya diet!" ucap Owen dengan tersenyum membuat Galih yang menatapnya ingin sekali memukul orang ini jika tidak ingat dia orang tua.
"Iya Om, nanti aku rekomendasikan es krim yang terenak." ucap Fahmi membuat Owen langsung merangkul pundak Fahmi, membuat Galih terpatung menatap kejadian ini dan langsung berlari mengikuti Fahmi dan Om Owen dibelakangnya.
Wistara dan Sabil hanya tersenyum melihatnya. Cukup menghibur keduanya.
"Ada yang mau aku sampaikan ke kamu-"
•
•
•Jadi confess nggak nih???
Tinggal satu bab lagi nih cerita alias bakal tamat🤭
Jangan lupa voteee guyss~
Maaf kalau ada beberapa yang typo dalam tulisannya.Terima kasih🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Orangeade (WinnySatang)
Fanfiction"Apa itu cinta dalam diam, aku akan mencintaimu dengan ugal mas Tara." - Sabil "Dasar, bocah gila." - Wistara Keduanya memiliki sifat yang berbeda, lalu apakah mereka berdua bisa bersama-sama? Cerita ini terinspirasi dari lagu TXT - Blue Orangeade...