Mencoba yang Terbaik

488 42 2
                                    

Pesan Galih masih teringat dengan lekat dalam pikiran Wistara. Mencoba untuk mengikuti saran dari sahabatnya untuk melupakan semua kenangan pada masa lalunya.

Dalam pikiran Wistara selalu terlintas bayangan indah tentang hubungan keduanya dimasa lalu yang membuat berat untuk dilupakan.

Namun, ada kalanya bayangan buruk juga tidak kalah banyaknya dalam menjalin hubungan yang seringkali Wistara lupakan.

Dari situlah sedikit demi sedikit Wistara sudah mulai mengikhlaskan masa lalunya dan mulai membuka lembaran baru dihatinya mengisi dengan kehangatan yang sudah diberikan oleh Sabil.

Weekend ini Wistara berniat untuk bertemu dengan Sabil. Akan tetapi, Sabil masih belum bisa dihubungi bak ditelan bumi sejak kejadian di Kantin.

Bahkan Galih dan Fahmi juga tidak mau ikut campur atas apa yang terjadi kepada Sabil dan Wistara. Sehingga Wistara memutuskan untuk menghampiri kos Sabil langsung.

Sangat disayangkan bukan Sabil yang Wistara temui melainkan Ibu kos yang sedang menyapu di halaman dan mengatakan bahwa Sabil sedang pergi keluar. Wistara pun dengan langkah lunglai memutuskan untuk kembali ke rumah.

"Bu, apakah kak Tara sudah pergi?" tanya Sabil dengan pelan.

"Sudah, kenapa kamu tidak menemuinya saja dan membicarakan baik-baik, semua masalah pasti ada jalan keluarnya asalkan komunikasi tetap berjalan." ucap Ibu kos menasehati Sabil yang sudah berada disampingnya.

"Ibu nggak tahu perasaan Sabil. Jadi Sabil juga bakal capek bu. Kalau terus digantung seperti itu" Keluh Sabil membuat Ibu kos yang sudah dianggap sebagai ibu keduanya itu menggelengkan kepala

"Dasar percintaan anak muda sekarang. Terlalu diperumit sendiri."

Iya, sebenarnya ini adalah akal-akalan Sabil agar Wistara tidak menemuinya. Sabil terpaksa menyuruh Ibu Kos untuk membantunya berbohong.

~
Sudah berjalan hampir dua minggu lamanya dan masih belum ada tanda-tanda keduanya berdamai.

Wistara hanya bisa menatap Sabil dari kejauhan yang sedang bergurau bersama Fahmi di Kantin. Senyuman manis yang sudah lama Wistara tidak lihat kini kembali lagi.

Kegiatan itu terus berlanjut hingga seseorang menepuk pundaknya. Siapa lagi kalau bukan Galih, ya hanya Galih yang masih bisa berbicara dengannya disaat seperti ini.

"Mau sampai kapan? Sampai Sabil memiliki kekasih? Aku mendengar ada adik tingkat yang menyukai Sabil. Sebelum itu terjadi, ambil langkahmu dahulu."

"Gue masih nggak yakin. Apakah Sabil bakal maafin gue. Setiap akan membicarakan suatu hal penting, Sabil selalu menghindar."

"Itu karena lo yang terlalu lama. Sekarang gue akan ajak Fahmi pergi dan lo bicara empat mata sama Sabil. Gunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Semoga beruntung." ucap Galih menepuk kembali pundak Wistara dan berjalan ke arah Sabil dan Fahmi.

"Sayang, temenin aku ke perpus dong." ucap Galih merangkul pundak Fahmi.

"Tumben kamu ke perpus, biasanya juga paling malas sama hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran."

"Mungkin dia lagi tobat, udah temenin aja tuh bocah." sindir Sabil kepada Galih.

Galih mendengus, "heh yang sopan dikit sama senior, lo tuh yang masih bocah!"

"Sudah jangan berantem! Aku temenin kamu ke Perpus, lo ikut nggak bil?" ucap Fahmi yang membuat Galih sedikit mengeluarkan peluh di dahi nya.

Untung saja Sabil menolaknya sehingga rencanaya tidak sia-sia. Setelah Fahmi dan Galih pergi, dari kejauhan Wistara yang sudah mendapat lampu hijau dari Galih mulai mendekati Sabil dan duduk disampingnya.

"Hai." Sapa Wistara kaku

"Kaku amat tuh muka kayak kanebo kering." batin Sabil

"Ada yang mau aku omongin ke kamu." ucap Wistara sedangkan Sabil masih terdiam

"Aku minta maaf atas semua kejadian yang belakangan ini terjadi. Aku terlalu bodoh untuk mengerti semua perasaan yang sudah kamu berikan. Aku menyesal. Mungkin, untuk saat ini hanya kata maaf yang bisa aku ucapkan."

Wistara menunduk saat dirasa tidak ada tanggapan dari lawan bicaranya. Setelah cukup lama, suara halus yang dulunya menyebalkan itu mengalun di telinga Wistara kembali.

"Itu yang gue tunggu dari dulu kak, penyesalan dan permintaan maaf dari lo. Kalau emang kak Tara nggak bisa membalas perasaan Sabil tinggal bilang langsung saja, Sabil gapapa walaupun sedikit menyakitkan. Berbeda kalau kakak malah memberikan harapan ke Sabil yang jelas-jelas kak Tara masih belum move on dari masa lalu." jelas Sabil dengan tenang.

"Sabil sudah maafin kak Tara kok. Tapi Sabil juga butuh kepastian tentang perasaan kak Tara."

"Aku sudah melupakannya dan mencoba untuk menetapkan hatiku bahwa kamu lah yang memang terbaik untukku." ucap Wistara yang membuat Sabil tertawa geli mendengarnya.

"Percaya diri banget lo kak?" ejek Sabil masih tertawa.

"Aku serius bil. Kok kamu masih anggap bercanda?"

"Iya soalnya kak Tara suka mainin hatinya Sabil." sarkas Sabil yang diketahui Wistara.

"Jadi kita baikan nih?" tanya Wistara ragu-ragu yang hanya dibalas anggukan oleh Sabil.

Wistara memeluk tubuh Sabil dan mengucapkan terima kasih tepat di telinga Sabil yang membuat perasaan Sabil kembali senang bercampur sedih pastinya.

Entah karena afeksi apa yang sudah diberikan Wistara, dengan mudahnya menghancurkan dinding yang sudah dibangun Sabil hingga membuatnya mudah untuk terjatuh kembali ke dalam pesona seorang Wistara.

~
Dari kejauhan Galih dan Fahmi tersenyum melihat kedua sahabatnya sudah damai kembali.

"Jadi ini alasan kamu ajak aku ke perpus?" tanya Fahmi kepada Galih

"Jelek banget rencana kamu, nggak ada romantis-romantisnya!"

"Iya kan yang penting damai dulu sayang. Urusan romantis mah belakangan. Aku yakin si Tara juga nggak bakal nembak, paling cuma minta maaf doang."

"Bener juga sih."



Halo guyss, maaf baru bisa update sekarang🤗

Jangan lupa voteee guyss~
Maaf kalau ada beberapa yang typo dalam tulisannya.

Terima kasih🥰

Blue Orangeade (WinnySatang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang