Jano menatap kesal kedua teman hendri, dia tau mereka menatap Zenan dengan tatapan nafsu dan dia sangat tau itu.
"Jan, dia habis satu botol" ucap Hendri mengadu pada Jano karena disana mereka sudah cukup lama.
"Em makasih bang, gue bawa dia. Ini buat lo" ucap Jano, dia menaruh botol itu di hadapan Hendri.
"Lah lo siapa dah?" Tanya teman Hendri.
"Calon suaminya" ucap Jano, dia menatap tajam teman Hendri yang memang terlihat mengincar Zenan.
"Jan, maaf gk bisa cegah dia biar gk minum" ucap Hendri dengan rasa bersalahnya.
"Gue yang salah bang, gue yang gk bisa jaga dia" ucap Jano, dia langsung menggendong Zenan dengan gaya koalanya.
"Thanks sekali lagi bang" setelah itu Jano langsung pergi meninggalkan Hendri begitu saja.
Jano berjalan keluar dengan menatap Zenan yang sedang tertidur, dia sangat kalut dan menyesal membiarkan Zenan seperti ini. "Nangis berapa lama lo Zen?"
"Eungh" Suara lenguhan Zenan terdengar oleh Jano, Jano menghentikan langkahnya dan menatap Zenan yang tidak membuka matanya.
"Wanginya kaya bang Jano" ucap Zenan.
Jano terkekeh, dia melihat Zenan mulai memeluk erat dan sangat erat Jano membuat rasa bersalah Jano semakin meninggi.
"Ini gue, iya ini Jano" ucap Jano dengan begitu lemah lembut.
"Hikss bang Jano" tiba tiba saja Zenan mulai menangis ketika mendengar jawaban tersebut.
"Maaf ya, gue ngebiarin anak 16 tahun ini jadi udah minum alkohol" ucap Jano mengungkapkan rasa bersalahnya.
"Hikss bang Jano, Enan suka bang Jano" ucapan itu keluar secara tiba-tiba membuat Jano tidak sangka.
"Wahh wahh, ternyata lo suka gue ya" ledek Jano, tapi Jano tau Zenan belum sepenuhnya sadar dan ini masih terbawa karena minumannya.
"Enan hikss mau bang Jano, tapi bang Riyan juga mau bang Jano. Kenapa Enan harus punya sepupu kaya bang Riyan, Enan gk benci bang Riyan, Enan gk benci" oceh Zenan dengan menangis.
Jano melangkahkan kakinya kembali, dia mendengar semua uneg uneg yang ada pada Zenan, yang selama ini Zenan pendam.
"Tapi kenapa dia benci Enan, jauhin Enan dari bang Jano" seakan mengadu dibawah alam kesadaran.
"Gue gk akan pergi meski lo di jauhin dari gue" ucap Jano.
"Bang Jano juga mesti bakalan pergi, Enan gk mau, Enan mau sekolah hikss tapi Enan mau bang Jano, bundaa, Enan mau pergi, Enan mau lupa hikss" ucap Zenan.
"Udah jangan nangis terus, gue disini gk pergi kemana mana ya. Tidur lagi ayo, gk papa" ucap Jano, dia berusaha keras menenangkan Zenan.
Setelah Jano mendekatkan wajahnya pada Zenan dan mencium keningnya, Zenan mulai terdiam dan memejamkan matanya kembali.
Jano merasa lega, dia langsung melangkah maju hingga melihat mobil milik Marka, dan disana Marka langsung keluar membukakan pintu mobil untuk Jano.
Hingga Jano mulai masuk kedalam mobil Marka, Marka juga masuk setelah itu dan Jano yang duduk menatap Zenan di pangkuannya.
"Gimana Jan?" Tanya Hafarell.
"Kacau, udah kena dia" ucap Jano setia mendekap Zenan.
Jano mengangkat tangannya dengan mengusap usap pipi Zenan, menyeka air mata yang tersisa dan mengusap usap kepala Zenan.
"Telat ya kita" ucap Marka dengan menunduk.
"Gk kok bang, gue salah gk pernah peka sama yang Zenan maksud" ucap Jano.

KAMU SEDANG MEMBACA
suddenly comfortable | nosung [ End ]
Teen Fictionawalnya cuman dipertemukan lewat sebuah sapaan singkat, dan saling kasih kesepakatan. Gimana jadinya kalo tiba tiba suka, padahal niatnya cuman mau bantu dia belajar dan jadi anak yang rajin. kisah jano yang akhirnya suka ke si adkel kelas 10 itu, m...