Terasa menyenangkan bila diam diam mendoakanmu ternyata doamu juga untuk diriku.
—Anesha Ayu Dira——
Aneesha Ayu Dira merupakan seorang gadis yang sedikit pendiam. Banyak orang yang suka kepada Aneesha karena kecantikannya. Hingga suatu hari, Aneesha menyukai seorang laki-laki yang bernama Muhammad Faris Alfatih.
Aneesha tau jika dia merupakan lulusan pondok yang sekarang mengabdikan diri di pondok tersebut, maka dari itu Aneesha tak ingin mengungkapkan rasa cintanya kepada Faris secara langsung. Namun Aneesha menyukai Faris di dalam diamnya, di dalam sujudnya, dan di dalam doa-doanya.
Berbulan-bulan Aneesha mencintai Faris, hingga suatu hari Aneesha mendengar kabar yang membuat hatinya sakit. Faris ... mencintai salah satu gadis yang ada di pesantren itu.
Saat itu itu, hatinya sakit. Sangat sakit. Tak menyangka bahwa cintanya akan bertepuk sebelah tangan. Namun apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada.
Kabar itu membuat hidup Aneesha kian memburuk, tak ada yang dapat Aneesha lakukan selain bersujud dan berdoa. Meminta bantuan kepada-Nya untuk menyatukan dirinya dan Faris.
Saat makan dan minum pun Aneesha tak henti hentinya berdoa kepada-Nya agar dijadikannya Faris sebagai pelabuhan terakhir untuk hati Aneesha.
Di tengah keterpurukannya, Aneesha berusaha untuk bangkit dan menerima takdir. Aneesha mencoba menjalani hari-harinya seperti biasa, meskipun sulit tetapi Aneesha harus bangkit.
----
Pagi itu, Aneesha di suruh oleh Ummah untuk pergi ke pasar. Karena Aneesha juga ingin mencari sesuatu, dia pun menjalankan perintah dari Ummah.
Setelah Aneesha keluar dari pasar, dirinya merasa jika ada salah satu barang yang tertinggal disana, sehingga membuatnya harus kembali untuk mengambil.
Meski tubuhnya sudah lelah, tetapi demi makanan yang sudah dia inginkan berhari-hari namun baru hari ini membelinya.
"Assalamu'alaikum dek, ini punyamu tadi, ya?" tanya seseorang, yang membuat Aneesha pun menoleh ke sumber suara.
"Wa'alaikumsalam, eh iya tadi barangku tertinggal disana," balas Aneesha sembari tersenyum ke arahnya. Itu Faris, orang yang Dia cintai.
Faris memberikannya kepada Aneesha, dan di terima secara langsung oleh Aneesha. Dia berterima kasih kepada Faris karena membuat Aneesha tak harus kembali masuk ke dalam pasar.
"Ana¹ duluan ya dek," pamit Faris, dia membalikkan badannya tetapi Aneesha menahannya.
¹Aku
"E-eh afwan² kak, bolehkan ana bertanya sesuatu?" tanya Aneesha dengan penuh harapan.
²maaf
Faris kembali berbalik menghadap diri Aneesha. Memandang bingung ke arahnya. Faris tersenyum kecil, membuat jantung Aneesha kembali berdetak cepat.
"Kenapa dek?" tanya Faris, dia terus memandang Aneesha membuatnya menundukkan kepala, malu.
"A-apakah berita itu benar?" tanya Aneesha sembari meremas jemari tangannya.
"Jika ana¹ bilang iya bagaimana?" pertanyaan itu membuat hatinya semakin sakit, berarti benar jika Faris mencintai perempuan lain.
"Tak apa, aku turut bahagia mendengar kabar itu," Aneesha mendongak, berusaha tersenyum kepadan Faris agar dia tidak merasa tak enak hati kepada Aneesha.
Faris tersenyum kecil, "Percayalah kepada hatimu, tetaplah berdoa meski itu tak mungkin," perkataan itu keluar begitu saja dari mulut Faris.
"Bolehkah aku meminta sesuatu?" Mendengar itu membuat Faris tertawa kecil.
"Boleh, emang mau minta apa?" tanya Faris
"Tolong cintailah aku!" seru Aneesha. setelah itu dia lari begitu saja tanpa memandang ke arah Faris lagi. Namun di sela langkah larinya, Aneesha mendengar sesuatu yang membuatnya tak percaya.
"Na'am³,"
³Ya
Tapi Aneesha tak memperdulikannya, dirinya terus berlari meninggalkan Faris. Aneesha malu karena telah menyatakan cintanya kepada Faris. Tetapi jawaban dari Faris membuat Aneesha selalu memikirkan itu.
---
Halo semuaa!
Semoga suka jangan lupa vote dan komenn yaa
Bye byee. 😋
Surabaya, 17 Oktober 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintailah Aku, Mas Santri! [TERBIT]
Teen Fiction~SEASON 1~ BACA YANG INI DULU YA, BARU KE YANG LIVING WITH MAS SANTRI! THANKYOU Aneesha, seorang gadis yang sedikit pendiam. Dia menyukai seorang laki-laki yang bernama Muhammad Faris Alfatih. Aneesha tau jika dia merupakan lulusan pondok, maka dari...