Bab Spesial 3

1.3K 65 17
                                    

Kita

***

"Yai, gambar apa yang akan dipamerkan di galeri? Artis yang mana?"

Aku berdiri di bawah pohon di depan rumah kecil itu, menuliskan rincian perluasannya. Ruang di bawah rumah kecil telah direnovasi menjadi ruang kaca untuk dijadikan galeri. Di sampingku ada seorang pria jangkung dengan fitur wajah yang jelas seperti pria setengah Thailand dan setengah Amerika.

...Yai.

Sudah sebulan sejak aku mengendarai mobil terjun ke Sungai Ping. Itu adalah sebulan yang penuh... Bagaimana aku mengatakannya? Patah hati, kesakitan, takjub, kegembiraan yang mendalam, dan kepuasan yang luar biasa.

"Hanya kamu."

Aku menoleh padanya. Yai lebih tinggi satu telapak tangan dariku, jadi aku harus mengangkat kepalaku sedikit. Mata coklatnya yang dalam menatap ke arahku membuatku mengalihkan pandanganku. "Izinkan aku menanyakan satu hal. Siapa yang mau membayar untuk melihat gambarku atau membelinya? Aku bukan seniman terkenal."

Aku tidak bersikap rendah hati tentang keterampilanku atau apa pun. Aku cukup terampil, tapi tidak terlalu luar biasa. Kenapa dia hanya menampilkan fotoku di galeri? Apakah dia mengira aku Picasso?

"Aku tidak akan menunjukkannya kepada siapa pun, dan saku juga tidak akan menjualnya."

"Hmm...?"

"Aku menyimpannya untuk diriku sendiri."

Ukh...

Kakiku tiba-tiba menjadi lemah karena panas menjalar ke pipiku. Apakah dia serius? Galeri gambarku hanya untuk dia? Bukankah dia malu kalau roh rumah melihatnya?

"Aku suka kalau kamu tersipu." Yai berkata sambil tersenyum lembut, dan itu membuatku semakin kehilangan keseimbangan.

"Tolong jangan terlalu menggodaku. Aku sedang bekerja sekarang." Aku bersikap serius, meskipun aku tahu aku tidak begitu teguh. Jika dia benar-benar mulai menggoda, aku tidak akan punya kekuatan untuk menolaknya.

"Mari kita lihat ke dalam. Kalau ada yang ingin disesuaikan. Aku akan bicara lagi dengan desainer interior. Dengan begitu, pengerjaannya akan cepat dan lancar."

Kami berjalan di atas batu ubin besar di jalan setapak melintasi halaman. Bayangan kami terbentang di tanah berdampingan, dan mau tak mau aku mengingat masa lalu.

Dari segala hal yang kita berdua lalui-suka, duka, cinta, dan yang paling menyakitkan, berpisah-hingga reuni kita, tak pernah ada satu hari pun aku mensyukuri apa yang kumiliki saat ini. Yai adalah orang berharga yang memberiku kebahagiaan maksimal.

Aku melirik profil sampingnya. Janggut hijau pucat melapisi rahangnya. Anehnya, hatiku berdebar-debar. Aku ingin melakukan segalanya untuknya untuk menebus berapa lama dia menungguku. Aku akan melakukan apa saja...asalkan dia merasa bahagia sepertiku.

Yai menoleh ke arahku. Sekarang dia tahu aku sedang melihatnya.

"Kau mengintipku lagi, Jom."

"Ya." Aku akui dengan malu-malu. Tidak ada gunanya berbohong karena aku sudah tertangkap.

"Kamu akan dihukum. Kamu tahu itu?"

"Ya."

Aku membuang muka sehingga dia tidak bisa melihat. Aku berusaha menahan senyum.

Yai milikku ini adalah malaikat terhebat, tampan, menggemaskan, dan baik hati. Di usia awal tiga puluhan, dia sudah dewasa. Namun, ada api yang menyala-nyala di dalam dirinya pada saat yang bersamaan. Dia lembut namun cukup posesif. Dan ketika dia mengungkapkan kepemilikannya atas diriku...itu di luar imajinasi. Rasanya seperti ada tiga orang dalam satu tubuh.

[BL] Aroma Manis CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang