Bagian 27

2.5K 174 5
                                    

Happy Reading

Jangan Lupa Votmen ya <3

Typo Tandain yaa!!


Malam Hari telah tiba

Pukul 23.00 Di mana Raendra Seorang yang Berada di ruang Inap Aleta.
Pemuda itu Berulang kali Mengucapkan Kata maaf dengan Air mata yang sudah menggenangi Pipinya

"Maaf Aleta"

"Andaikan Ara Cepat Nemuin Leta, Leta gak bakalan kaya gini"

"Andai Ara Bisa jaga Leta, Leta Pasti Selamat"

"Andai Ara Bisa Lindungin Leta"

"Ini semua Salah Ara"

"Ara Minta Maaf"

"Maaf leta"

"Maaf"

Perkataan Yang Terus di Ulang-ulang Oleh Raendra Kepada Aleta yang Tertidur pulas dengan Wajah Pucat.

Tidak Ada Lagi Senyuman Manis Aleta yang membuat Ara Tersenyum.

Tidak ada lagi Suara Manis Yang selalu menganggu hari-harinya

Tidak ada lagi suara Merengek yang selalu Ia Dengar ketika Pulang Sekolah

Tidak ada Lagi Tangisan Kecil Yang selalu Membuat Ia Panik

Keluarga Dirgantara Di Hebohkan dengan Ucapan Dokter yang mengatakan Aleta Koma.

"Ara gagal jadi Kaka yang baik"

"Maaf, Leta Pasti kesakitan ya?" Tanya nya dengan suara bergetar

"Leta Jangan lama-lama ya di sana, Ara Kangen tau"

Suaranya mulai mengecil Karna Isak Tangisnya.

Ara Benar-benar Hancur Mendengar Kabar Buruk yang menimpanya

Cobaan Apa lagi kali ini?

Ara ikhlas Jika Cobaannya Hanya Kepada dia, Mau Di Keroyok 10 Orang pun ara sanggup, Mau Di Tusuk Beribu kali Dengan Pisau Pun Ara Baik-baik saja. Asalkan Jangan Aleta.

Ara Jatuh Terlalu Dalam Kedunia Novel, Perasaan Sayangnya kepada Aleta Begitu Besar. Dunianya seakan Hancur Ketika Aleta Terluka.

Gibran Yang berada di Luar Tak kuasa menahan Air matanya.

Baru pertama kali Ia Mendengar Raendra menangis Dengan Tersedu-sedu Seperti itu.

Jika Raendra yang Merasa Gagal menjadi Kaka Bagi Aleta. Lalu bagaimana dengan ku? Masih pantaskah dia Di sebut Kaka?

Ketika Aleta sakit aku Bahkan Meninggalkan Aleta. Masih pantaskah Kata Kaka untuk Seorang Sepertiku?

Gibran Benar-benar Kacau. Pikirannya Bergemuruh dengan Perasaan Campur aduk.

30 menit Gibran Terduduk Dengan Tatapan Kosong seolah-olah Jiwanya sudah hilang dari Raganya.

Gibran menatap Ruangan di depannya dengan Tatapan Kosong. Kakinya Mulai Bangkit guna Berjalan Menuju Ruangan Adiknya.

Kreitt

Suara Pintu Terbuka. Gibran Terdiam Menatap Raendra yang Tertidur Di samping Brankar Aleta Dengan menggenggam Tangan Aleta Erat.

"Bahkan Aku Tidak bisa Berbuat apapun dia saat Kalian Terluka"

Gagal.
Kata itu yang Cocok Untuknya saat ini.

Raendra Transmigrasi On-GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang