Bab 13- morning!

48 15 1
                                    

Pagi hari tiba, Zora dan Gio telah bangun dari tidur mereka yang nyenyak. Sepertinya benih-benih cinta telah mekar diantara mereka. Mereka bahkan tidur dengan posisi saling memeluk.

Zora bangun lebih dulu, ber ide jahil untuk membangunkan Gio. Walaupun idenya sedikit nakal, tak apa. Yang penting Gio bangun.

"Gio, bangun Gio!" Zora menggoyangkan badan Gio.

"Hm!" Gio menggeliat.

Cup!

"Morning kiss!" seru Zora lalu berlari ke kamar mandi.

Gio membeku di tempat, tidak bergerak dan menjadi patung. Zora menciumnya? Biasalah! Zora kan bocah kematian yang memiliki jiwa jahil sejahil-jahilnya.

"Jahilnya gitu banget Zor! Kecepetan tadi, lamain lagi lah!" teriak Gio terdengar oleh Zora di dalam kamar mandi. Zora hanya terkekeh sebagai respon, Gio meraih ponselnya.

06.15

Gio pun mengecek pesan di ponselnya, alias kerjaanya. Sekarang semua pekerjaan Gio, bergantung pada benda pipih sejuta umat alias ponsel. Bahkan Author membuat cerita ini di Ponsel.

Hari ini hari Gio dimulai dengan hal yang tak terduga, benar-benar tak ia duga. Gio berbaring lagi, karena Zora yang lama di kamar mandi.

Ia tersenyum sendiri sambil menatap langit-langit. "Gio! Mandi sana!"

"Katanya morning kiss, tapi gak ampe 5 detik. Kiss lho, bukan kecup. Beda!"

"Tau banget bedanya kiss sama kecup?" goda Zora.

"Au deh, aku mau mandi. Minggir!" Gio memang agak emosian kalau baru bangun tidur.

Zora harus mencoba memakluminya, karena mereka akan tinggal bersama. Zora mengenakan baju seragamnya, dan meraih ponsel. Memesan makanan untuk suami sendiri tak apa bukan?

"Gio, mau makan apa?!" teriak Zora.

"Terserah kamu aja, yang penting bisa dimakan!" balas Gio dari dalam kamar mandi.

Akhirnya Zora menunggu dan menunggu makanannya sampai, ia memesan bento untuk sarapan. Karena pagi-pagi, bagusnya makan nasi.

"Permisi! Gopud!"

Gegas Zora keluar dan mengambil pesanannya. Kemudian menatanya di meja makan agar saat Gio keluar sudah siap.

Makanan telah tersaji di meja, tetapi Gio lama sekali mandinya. Zora memutuskan untuk melihat ke kamar apakah Gio sudah selesai. Ia membuka pintu, tak menemukan Gio. Tetapi suara gemercik air masih ada.

Artinya Gio masih mandi, astaga manusia itu mandinya lama sekali. Seperti siput. Zora mengetuk pintu kamar mandi.

"Gi, buruan makan," panggil Zora.

"Gio! Nanti keburu dingin di mej- Aaa!!" Zora kaget saat Gio tiba-tiba membuka pintu dan tidak mengenakan baju.

Hanya menggunakan handuk sepinggang, Gio keluar dengan pede membuat Zora berteriak tadinya. Gio menatap heran.

"Kamu kenapa?" tanya Gio bingung.

"Kamu ngapain keluar kamar mandi gak pake baju? Cuma pake handuk sepinggang."

'Jantung gue gak aman Gio goblok!'

"Emang kenapa? Orang abis mandi, kaget tadi kirain kenapa teriak-teriak," ujar Gio mengambil baju dari lemari.

"Pokok nya buruan ya! Aku laper, awas kalo lama aku liatin kamu disini pas pake baju."

"Itu namanya kamu kesempatan maimunah!" ejek Gio.

Zora menutup pintu, dan menetralkan detak jantungnya. Ia rasanya tak karuan saat melihat perut dan dasa sixpack Gio. Ingin tersenyum sendiri, takut disangka orang alig.

"Gini terus, bisa-bisa gue serangan jantung!" gerutunya sendirian sambil berjalan menuruni tangga.

Tak lama, Gio turun dengan baju jas rapi tetapi dasinya terlihat berantakan. Zora menyerngitkan kening.

"Itu dasi kamu kenapa? Sakit? Enggak makan?" tanya Zora.

"Lupa cara masang, hehehe!" cengir Gio.

"Hm! Sini," titah Zora dipatuhi Gio.

Zora memperbaiki dasi Gio agar kembali menjadi utuh dan bagus. Berbeda dengan tadi yang seperti dasi berandalan sekolah Zora, tidak teratur.

Gio tersenyum salah tingkah saat Zora memperbaiki dasinya, hampir ia tertawa. Karena Zora agak berjingkit, kadang ia akan jatuh kecil karena memang Gio tinggi seperti tiang listrik.

"Kamu tinggi banget kayak tiang listrik," ejek Zora.

"Kamu yang kependekan, tinggiin lagi badannya!" ujar Gio tak mau kalah.

"Mana bisa, tahun ini udah 19 tahun. Gak akan naik lagi tinggi badanku."

"Kapan umur 19? Tahun kemaren udah legal dong!"

"Iya, 17 Oktober nanti 19 tahun."

"Oh, udah deket. Mau kado apa?" tanya Gio peka.

"Terserah, yang penting ikhlas ngasihnya."

TBC ( To Be Continue. . . )
See you next bab!

Gue Bukan Cewek Biasa (END) | Dahyun & EunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang