Bab 12- tidur sekamar?!

71 16 1
                                    

Tak terasa malam hari telah tiba, sepasang pasutri Zora dan Gio tengah menyantap nasi goreng buatan Gio yang memang tak bisa dibohongi lezat.

"Kamu pake micin ya bikinnya, enak banget jadi nasi goreng nih!" ucap Zora setengah memuji.

"Micin dikit doang kok, gak ngaruh."

"Hm, pantesan!"

Mereka terus melahap nasi sambil kadang berbincang kecil. Selesai makan, Gio mengambil piring mereka berdua dan berniat mencucinya. Namun Zora menepisnya, dan ingin mencuci piring.

"Biar aku aja, kamu udah masak!"

"Engga, biar aku aja. Kamu duduk aja di ruang tamu," balas Gio tak setuju.

"Kamu mulu, aku kapan?" tanya Zora tepuk jidat.

"100 tahun lagi, kalo bisa gausah. Semuanya biar aku yang kerjain."

"Dimana harga diri aku sebagai istri Gio? Kalau kamu semua yang kerjain, namanya kamu jadi istri! Aku malah jadi suami, kerjanya santai doang."

"Aku rela jadi istri asal suaminya kamu, udah ah! Biar aku cuci." Gio yang menang, ia mencuci piring itu di wastafel.

Zora agak salah tingkah dibuat Gio, Zora dengan pipi memerahnya pun menuju ruang tamu untuk menonton televisi.

Tak berselang lama Gio datang dan duduk di sampingnya. Ikut menikmati televisi yang memutar kartun.

"Kamu masih nonton Upin & Ipin?"

"Emang kenapa? Gaboleh emangnya?!" jawab Zora melayangkan bombastic side eyes.

"Boleh, aku juga suka." Gio tak berani bicara banyak takut Zora akan marah.

Zora sangat fokus menonton hingga terbawa suasana, episode sedih yang membuat Zora menangis.

"Gio! Kasian banget kak Ros, masa dibentak gitu sih!" rengek Zora.

"Sht! Udah udah, jangan nangis." Gio menghapus air mata Zora.

"Adek ga punya akhlak emang Upin Ipin!"

Zora kesal sendiri, sedangkan Gio terkekeh sendiri. Bagaimana tidak? Seorang gadis yang bahkan sudah hampir lulus SMA, menangis melihat kartun Upin & Ipin.

Malam semakin larut, acara kartun telah berubah menjadi acara komedi. Namun Zora agak bosan hingga tertidur. Gio menggoyang-goyangkan badannya, tetapi ia tidak bangun.

"Zor, bangun Zor! Tidur di kamar ya, jangan disini, dingin."

Zora menggeliat, dan mengucek mata. "Jam berapa ini?"

"Jam 11.00 malam," balas Gio.

"Yaudah, ayo ke kamar."

Gio mematikan televisi dan lampu ruang tamu. Saat mereka berjalan Gio mematikan lampu utama, hingga seluruh ruangan jadi gelap. Zora kebingungan harus berjalan ke mana.

"Gi, gelap nih! Jalannya kemana?" Gio menggandeng tangan Zora lalu menunjukkan jalan menuju kamar.

Dikamar lampu memang selalu hidup, kecuali saat Gio tidur.

"Mau lampunya dimatiin atau di dinyalain?" tanya Gio menatap Zora.

"Nyala, aku takut kalo gelap."

Oke, Gio mengalah dan mungkin akan mengubah kebiasaan tidurnya agar bisa tidur dengan lampu menyala. Demi Zora.

"Kamu gapapa 'kan kalo lampunya dinyalain?"

"Ah, gapapa. Udah, sana tiduran!" titah Gio.

Ranjang yang lumayan besar ini akan ditempati mereka berdua. Gio sedikit bergetar gugup, bagaimana tidak? Pertama kali dia tidur se kasur dengan perempuan, apalagi perempuan itu langsung istrinya.

"Gi ... " panggil Zora.

"Hm? Kenapa?" Gio berbalik menghadap Zora.

"Maaf ... "

"Maaf buat apa? Kamu gak ada buat salah kok." Gio tersenyum.

"Maaf buat semuanya sih, aku bukan istri yang baik buat kamu. Aku gak bisa kasih hak kamu yang harusnya kamu dapetin malam ini," ucap Zora panjang lebar.

"Ah, itu. It's okay, kamu belum siap aku gak akan maksa Ra. Gak usah terburu-buru," balas Gio lembut.

Zora mendekat kearah Gio dan memeluknya secara tiba-tiba. Sontak Gio kaget, tetapi memeluk Zora balik.

"Makasih udah mau nunggu."

TBC (To Be Continue . . . )
See you next bab, sorry lama gak up:^

Gue Bukan Cewek Biasa (END) | Dahyun & EunwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang