TIGA PULUH EMPAT

150 10 0
                                    

Bismillah
Happy reading 📝
   •
   •
   •
Typo bertebaran

"Bisa dijelaskan apa yang tadi bunda sama Ayah lihat saudari Audy Putri Ana?" Tanya sang Bunda dengan nada ketus.

Rev menyenggol lengan Audy yang berada disebelahnya agar cepat menjawab.

Audy melirik kearah Rev sebentar lalu menatap Ana yang menatapnya tajam. "J-jadi gini Bun, T-tadi uhukk!" Audy tiba-tiba terbatuk.

"Bun, Audy boleh minum dulu ngga? Tenggorokan Audy serek nih" ucap Audy meminta izin.

Ana mendelik, "Gaada minum, Cepet jelasin!" Ucap Ana tegas.

Wajah Audy memelas, "yaudah, jadi gini uhukk!" Belum sempat menyelesaikan ucapannya Audy terbatuk lagi.

"Bun kasih minum dulu, kasian itu anaknya" sela Sudy yang menatap anaknya kasian.

Ana mendelik, kemudian dia bangkit ingin mengambil minum untuk Audy. Belum sampai di dapur, Ana menghentikan langkahnya lalu balik lagi ke ruang tamu.

"Kenapa malah Bunda yang ngambilin! Sana ambil sendiri!" Ucap Ana tegas sembari duduk disofa yang tadi dia dudukki.

"Hehehe" Audy menyengir, lalu pergi dari sana untuk mengambil air, meninggalkan Rev yang sedang ditatap intens oleh Ayah Bundanya.

Ana menatap Rev dari atas sampai bawah lalu berhenti dan menatap kearah dada dan leher Rev.  Rata, ada jakun? Batin Ana bertanya.

Berbeda dengan Ana yang sedang meneliti tubuh Rev, Sudy malah asik menonton film kesukaannya, sepakbola.

"Kamu cowok atau cewek?" Tanya Ana ke Rev.

Rev yang tadinya menunduk itu langsung mendongak menatap kearah Ana.

"Cowok lah Bun!" Bukan Rev yang menjawab melainkan Audy yang baru saja sampai diruang tamu.

Ana menatap kearah Audy yang sudah duduk. "Kok bisa?" Tanya Ana tidak jelas.

"Ya bisa lah Bun, dia kan emang cowok!" Ucap Audy sambil melirik Rev.

Ana menatap kearah Rev lagi dan mengangguk mengerti, "Terus kenapa rambutnya?" Tanya Ana yang tidak sengaja melihat rambut Rev.

"Gatau Bun, rambutnya Rev emang panjang, cepet tumbuh kali" ucap Audy malas.

Ana bernafas lega, "syukurlah kalo emang Rev cowok. Bunda kira kamu belok"

Audy menatap tidak suka kearah Bundanya. Yakali dia belok, Audy tuh masih lurus, masih menyukai cowok. Tapi... Cowoknya harus si Rev pastinya.

"Udah kan Bun! Masalahnya beres. Bunda restuin Audy sama Rev kan?" Tanya Audy antusias kearah  Bundanya.

Ana berpura-pura berfikir, dia menatap dua remaja didepannya sinis. Audy yang melihat wajah Bundanya seperti itu langsung menelan ludahnya sendiri, dia takut Bundanya tidak merestui.

Eh, tapi ngga papa si kalau Bundanya tidak merestui dia bisa kawin lari. Audy tersenyum devil.

Rev menjadi anak pendiam, setelah keciduk tadi. Sedangkan Ana yang tadinya sinis langsung tersenyum lebar, dia berpindah tempat duduk menjadi didekat Rev.

"Restuin dong. Dapet mantu paket komplit masa nolak" paket komplit yang dimaksud Ana adalah 'udah ganteng cantik pula'

Yess! Audy bersorak gembira dalam hati. Jadi dia tidak perlu mengajak Rev pergi.

"Tapi keluarga Rev udah merestuin?" Tanya Ana membuat Rev menunduk.

"Orang tua Rev udah ngga ada Bun" ucap Audy memberi tau. Dia langsung menjelaskan apa yang Rev bilang waktu itu.

Yap, Rev sudah menceritakan tentang keluarganya yang sudah meninggal kepada Audy.

Ana yang mendengar cerita Audy langsung menatap Rev kasihan, lalu mengusap punggung Rev.

"Maafin bunda. Udah ya, jangan sedih" ucap Ana menenangkan.

Ana mengusap rambut Rev yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri, " Rev boleh kok tinggal disini. Tapi ngga sekamar sama Audy!" Kalimat terakhir Ana ucapkan  sambil menatap anaknya sinis.

"Kok gitu si Bu?!" Tanya Audy tidak terima.

"Ini hukuman karna kamu udah melakukan hal yang Bunda ngga suka!" Ucapan Ana mengingatkan Audy tentang apa yang dia lakukan tadi. Rev menatap mengejek kearah Audy.

Audy berdecak, "terus Rev tidur dimana? Kan gaada kamar lagi"

Ana tersenyum, "Rev tidur sama ayah"

Sudy langsung menengok ketika mendengar ucapan sang istri, "emangnya bunda bisa tidur tanpa ayah?" Tanya Sudy ingin memastikan ucapan sang istri.

Ana terdiam beberapa saat lalu menjawab, "bisa lah, kalo gitu bunda sama Audy kekamar dulu ya, ayah sama calon mantu berbincang-bincang aja ya itung-itung mengakrabkan diri" ucap Ana panjang lebar lalu berlalu bersama Audy yang murung.

Rev tertawa dalam hati melihat wajah Audy yang murung.

Mampus, siapa suruh nakal. Ucap Rev dalam hati.

"Gara-gara kamu nih, bunda jadi ngga bisa tidur sama Ayah!" Ucap Ana menyalakan Audy ketika mereka sudah mulai menjauh dari ruang tamu.

"Kok aku si? Kan Bunda sendiri tadi yang mau tidur sama Audy dan yang ngasih hukuman juga Bunda" ucap Audy tak terima.

Ana menatap Audy tajam, "emang salah kamu. Kalau kamu ngga ngelakuin yang ngadi-ngadi  mungkin nanti malam Bunda masih bisa tidur sama Ayah!"  Ucap Ana ngegas.

"Tapi kalau aku ngga ngelakuin itu, mungkin kalian gabakal tau kalau Rev cowok" ucap Audy membela diri.

Ana mengangguk membenarkan, "iya juga si, tapi kamu tetap salah pokoknya!"

"Iya deh Audy yang salah" ucap Audy mengala dari pada berdebat tapi ujung-ujungnya dia yang tetap disalah lebih baik dari awal kan.

"Nah gitu dong, ngala sama yang muda" ucap Ana sambil merangkul bahu Audy berjalan menuju kamar.
•••
  Pov Voka on                       
        
                           -Para jomblo sesad-
Anda
[•kerumah Cencen yok! Minta PJ•]

{ PJ:Pajak jadian }

Duit berjalan
[•Mintain apaan ya kira-kira yang enak?•]

Anda
[•minta jajan ae lah•]

Si wibu
[•minta mobil keluaran terbaru sama duit•]

Duit berjalan
[•gaboleh gitu Ege!•]
[•gue mau minta kartu ATM Audy aja cukup•]

Anda
[• tau nih si Gege! Gaboleh
memeras teman sendiri•]
[• gue gajadi jajanan dah,
gue mau minta rumah aja•]

Pacarnya cocen
[•SAMA AJA LO BERTIGA•]
[•gaada yang bener!•]

Dirumah masing-masing, Gege,Momo, Voka menepuk dahinya masing-masing karna lupa masih ada Audy di grup itu.

Pov Voka off
_____
             Moshi Moshi!
      Konichiwa Minasan ( ◜‿◝ )

Gimana part ini? Gaje? B aja? Atau lumayan?

Jangan lupa vote

NEXT!

Revan Transmigrasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang