17. Maling

40 2 1
                                    

Hai hai
Assalamu'alaikum

Hasbunallah wa Ni'mal Wakil Ni'mal Maula Wani'mannasir.

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallah wallahu akbar.

Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minaz zalimin.

La haula wa la quwwata illa billahil'aliyyil azhimi.

.

.

Istirahat hari ini berbeda dari biasanya. Aleesha, cewek itu masuk keruangan Arsha sambil marah-marah tak jelas. Tentu saja hal itu membuat Arsha bingung. Pasalnya, ia belum pernah melihat istrinya marah-marah seperti ini.

"Abang!! Pulpen ku hilang. Ini pasti ada maling di kelas!" Aleesha berdiri didepan meja sang suami.

"Gapapa sayang. Nanti pulang sekolah kita beli pulpen baru lagi, ya?"

"Bukan gitu, Bang. Itu maling kalau di biarin bisa menjadi. Lama-kelamaan bukan pulpen lagi yang di ambilnya."

Arsha berdiri dari duduknya untuk menghampiri istrinya itu. "Terus kamu mau saya ngapain, sayang? Nangkap malingnya, gitu?"

Aleesha menganggukkan kepalanya. "Iya dong, Bang."

"Tapi saya ngga tau siapa malingnya."

Aleesha melipat kedua tangannya didepan, memasang wajah sok galak, tapi malah terlihat menggemaskan. "Abang kan bisa cari tau!!"

"Sayang, udah ya? Jangan dipermasalahkan lagi. Nanti kita beli pulpen yang banyak." Ucap Arsha sembari mengusap kepala istrinya.

"Masalahnya bukan pulpen ku aja yang hilang, Bang. Stipo ku juga hilang."

Arsha tersenyum. "Nanti kita beli stipo juga sayang, oke?"

Sudah emosi, malah melihat suaminya yang senyum tanpa beban. Benar-benar membuat Aleesha tambah emosi. "Kalau ngga bisa nangkap maling, bilang aja Bang!" Setelahnya, Aleesha berbalik ingin berjalan ke pintu keluar, namun Arsha dengan cepat menahan tangannya.

Sudah cukup! Dari tadi Arsha sudah mencoba untuk sabar, namun semakin lama, Aleesha malah meninggikan suaranya.

"Apa lagi, Bang?"

"Sudah berani meninggikan suara di depan suami, hm? Tidak sopan sekali. Jangan bertingkah seperti anak-anak Al, kamu sudah menikah. Masalah seperti itu saja kamu besar-besarkan."

Deg

Baru kali ini Aleesha mendengar ucapan Arsha yang benar-benar membuat Aleesha langsung lemas. Bagi Aleesha, Arsha sudah memarahinya, membentaknya.

"Bang?" Bulir-bulir air mata keluar begitu saja, dengan cepat Aleesha menghapusnya. Tanpa bicara lagi, Aleesha langsung keluar dari ruangan Arsha, meninggalkan suaminya itu yang masih diam di tempat.

Ingin menghindar dari Arsha, namun gerakannya kalau cepat. Karna baru beberapa langkah Aleesha keluar dari ruangan, Arsha menarik tangan cewek itu untuk membawanya masuk kembali kedalam ruangan. Sempat memberontak, namun tenaga nya kalah dengan sang suami.

Menutup pintu dengan kasar, setelahnya Arsha langsung memeluk istrinya. "Maaf." Arsha terus mengucapkan kata itu berulang kali.

"Humairah... maaf." Sekarang bukan hanya Aleesha yang menangis, Arsha pun ikut meneteskan air mata.

Langit Senja [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang