21. Bermalam di Pesantren

51 1 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Hai..Hai..Hallo
Assalamu'alaikum

Gimana kabar kalian?
Semoga kabar baik ya..
Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin yaa Allah

Selamat membaca..

.
.

Dari Aisyah Ra. dia berkata: Rasulullah Saw bersabda "sesungguhnya setiap kaum memiliki kemuliaan yang mereka banggakan sesungguhnya kebanggan bagi umat ku dan kemuliaannya adalah Al-Qur'an.
(HR. Abu Nuaiman)

.
Hasbunallah wa Ni'mal Wakil Ni'mal Maula Wani'mannasir.

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallah wallahu akbar.

Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minaz zalimin.

La haula wa la quwwata illa billahil'aliyyil azhimi.
.
.

Sembari menunggu Arsha yang menjadi imam sholat di Masjid Pesantren, Aleesha memilih untuk merapikan pakaian-pakaian Arsha yang ada di lemari. Memang Arsha sengaja tidak membawa semua bajunya ke rumah Aleesha, katanya biar kalau menginap di Pesantren bajunya masih ada.

Masih menyusun baju Arsha di lemari, tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pinggang Aleesha. Ya, Arsha memeluknya dari belakang. Jantung Aleesha hampir copot dibuatnya.

"Bang?"

"Hm? Sayang, kebiasaan banget kamu, pintu kamar tidak di kunci." Arsha semakin mempererat pelukannya.

"Lho? Ngga ku kunci ya Bang? Berarti aku lupa kunci pintu." Sahut Aleesha enteng.

"Umi bilang, tadi kamu ngga ikut makan malam?" Arsha membalikkan badannya Aleesha agar berhadapan dengannya, istrinya itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Kenapa ngga ikut makan? Nanti lambung mu bisa kambuh lagi, sayang."

Aleesha tersenyum, ditatapnya wajah suaminya. "Memang udah sakit, Bang."

Arsha berdecak. Bisa-bisanya lambungnya kambuh tapi malah seperti tidak terjadi sesuatu. "Enteng bener kamu jawabnya." Arsha menyentil kening Aleesha membuat cewek itu langsung mengusap keningnya sendiri.

"Saya ambilkan makan ya? Kita makan di kamar aja." Tawar Arsha.

"Ngga usah Bang. Biar aku aja yang ambil ke dapur."

"No! Perut mu pasti sakit sekali. Kamu duduk aja, biar saya yang ambil." Arsha mendudukkan Aleesha di kasur kamar.

"Tunggu disini sebentar ya sayang? Jangan kemana-mana."

Aleesha menurut, setelah Arsha keluar dari kamar, Aleesha menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur. Perutnya benar-benar terasa sangat sakit, dan ia malah lupa membawa obat. Sesekali ia meringis menahan sakit dan mengusap perutnya berharap rasa sakit itu berkurang.

Setelah 5 menit lebih keluar dari kamar, Arsha kembali dengan membawa sepiring nasi dengan lauk ayam dan kentang semur, dan segelas air putih hangat.

Melihat istrinya yang kesakitan, membuat Arsha tak tega sendiri.

"Sayang, makan dulu ya? Biar saya suapin kamu."

"Abang makan juga, ya?" Arsha menganggukkan kepalanya. Lebih baik menuruti istrinya daripada istrinya tidak mau makan.

Langit Senja [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang