Hakemma menatap datar kedatangan Tangkas ke Apartementnya, padahal ia baru saja menyuruh Marlan untuk pergi membelikan kebutuhan lemari es-nya agar Hakemma memiliki alasan untuk sendiri. Sekarang malah datang lagi pemuda bertubuh tegap dengan eye smile dan senyum konyol namun berkesan manis itu.
"Jenguk orang itu harus bawa buah tangan." tutur Hakemma asal.
"Bawanya buah dada."
Hakemma mendelik mendengar jawaban ngawur dari Tangkas. "Bocah gila." cibir Hakemma. Tangkas terkekeh pelan, ia menggeser tubuhnya lalu memperlihatkan Lajuna yang tengah berdiri sambil memegang sekeranjang buah segar.
Tubuhnya terlalu kecil sehingga benar benar tertutup sempurna oleh tubuh Tangkas, jika Tangkas tak menggeser tubuhnya mungkin Hakemma tak menyadari ada orang lain disana. Hakemma terkesiap sesaat ketika kembali menatap netra indah milik Lajuna. Tatapannya terlihat polos dengan senyum tipis di wajah pucatnya.
Lajuna mengangkat tangannya lalu melambai kaku ke arah Hakemma. "H—Hai .... Eumm anu ... udah ngerasa lebih baik?" tanya Lajuna canggung, begitu pula Hakemma yang meresponnya dengan senyum kikuk. Mata Tangkas memicing melihat hal tersebut.
Hakemma seakan masih mencoba mencerna keadaannya sebelum akhirnya segera menyuruh dua tamunya untuk memasuki apartementnya. Hakemma memegangi dadanya, jantungnya seakan menjerit ingin melompat dari tempatnya. Hakemma belum siap untuk berbagi oksigen dengan pemuda manis itu. Begitu pula Lajuna yang malah dejavu tentang kejadian semalam.
Tangkas berdeham pelan ketika menyadari atmospir yang memberat dan terasa canggung. "Marlan mana? Katanya dia udah disini?" Tangkas mencoba mencairkan suasana. Hakemma pun ikut serta untuk membuat suasana kembali ringan agar tak terlalu dicurigai.
"Beli jajanan. Mau aja dia gue jadiin babu selama disini." Hakemma terkekeh pelan diakhir kalimatnya. Hakemma menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa tepat disamping tubuh Lajuna. Tubuh si manis terlihat membeku sesaat ketika hidungnya mencium aroma parfum milik Hakemma.
"Yang lain belum dateng?" Tangkas kembali bertanya, Hakemma menggeleng pelan sebagai jawaban. Suasana menghening sebelum akhirnya suara getaran ponsel terdengar mengisi ruangan tersebut. Hakemma menyambar ponselnya
yang tergeletak di atas meja lalu mengecek pesan yang baru saja masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [HYUCKREN]✔️
Fanfiction[⚠️ BEBERAPA PART MENGANDUNG UNSUR DEWASA] Kurangnya afeksi dari kekasihnya membuat Lajuna merasa begitu jenuh dengan hubungannya. Geandaru-kekasihnya itu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga terkadang melupakan Lajuna yang membutuhkannya. ...