chapter 1

5.4K 312 41
                                    

Vote and Comment

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan dongkol menyelimuti hati Lajuna, bibir tipisnya dengan fasih menyebutkan segala sumpah serapah kepada Tangkas yang menganggu waktu tidurnya yang sayangnya baru berlangsung satu jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perasaan dongkol menyelimuti hati Lajuna, bibir tipisnya dengan fasih menyebutkan segala sumpah serapah kepada Tangkas yang menganggu waktu tidurnya yang sayangnya baru berlangsung satu jam.

Ia baru saja mengistirahatkan tubuhnya karena semalam terlalu sibuk berperang bersama tugas tugas kuliah yang tak ada habisnya itu. Mau tak mau pemuda itu merelakan waktu istirahatnya untuk sahabat tak tahu dirinya ini.

"Brengsek lo Tangkaaasss!! Awas aja, gue cabik cabik muka lo!" cibirnya

Tanpa merapihkan penampilannya, Lajuna langsung menuju tempat yang dikirimkan oleh Tangkas untuk menjemput pemuda sipit itu dan menyelamatkannya dari hukuman sang Dosen killer.

Lajuna berharap setelah menjemput dan menghantarkan Tangkas ia bisa kembali merebahkan dirinya sebelum kelas siangnya di mulai.

Jalanan kota sudah terlihat padat walau masih pukul enam pagi, hal itu membuat Lajuna berdecak kesal melihat kemacetan di depannya, sementara ponselnya tak henti hentinya mendapatkan panggilan telepon dari Tangkas yang menyuruhnya untuk cepat datang.

Lajuna mengacak surainya frustasi. "Aarrghh!! gue obrak abrik juga nih bumi lama lama!" Ia menekan klakson berkali kali dengan perasaan kesal karena mobil di depannya berjalan begitu lambat.

Akhirnya setelah lima belas menit berlalu, Lajuna sampai di tempat dimana Tangkas berada. Ia dapat melihat mobil milik Tangkas yang terparkir di pinggiran jalan. Begitu pula pemiliknya yang berdiri dengan wajah panik.

"LAJUNAAAA!!!" pekik Tangkas ketika melihat kedatangan sahabat mungilnya dengan wajah masam. Surai halus milik Lajuna masih terlihat begitu berantakan, begitu pula penampilannya yang hanya menggunakan hoodie dan celana pendek.

"Cepet naik!"

Tangkas mengangguk dan langsung menaiki mobil Lajuna, merasa bersyukur karena sahabat dengan sumbu kesabaran setipis tisu itu masih mau direpotkan olehnya. Lajuna melirik sinis ke arah mobil Tangkas.

Edelweiss [HYUCKREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang