Waktu berlalu begitu cepat hingga kini sudah dua minggu lamanya Geandaru tak berbicara kepada Lajuna. Ketika didekati pun pemuda dua puluh dua tahun itu selalu menghindar dan beralasan agar ia tak lama lama bersama Lajuna.
Hal itu tentu saja membuat Lajuna semakin gelisah. Lajuna sangat takut jika Geandaru akan meninggalkannya begitu saja setelah semua hal yang telah mereka lewati selama tiga tahun lamanya.
Sudah banyak hal yang dilakukan oleh Lajuna untuk kembali menarik perhatian Geandaru, bahkan Lajuna sudah beberapa kali mengunjungi kediaman milik Geandaru. Namun sayangnya Geandaru tetap enggan menggajaknya berbicara.
Bukan hanya Lajuna, Tangkas sebagai sahabat Lajuna pun ikut khawatir melihat keadaan sahabatnya yang selalu murung. Kesal sekali rasanya melihat sahabatnya bersedih karena orang yang paling berharga untuknya. Terkadang Tangkas ingin menegur Geandaru, tetapi Lajuna selalu mengatakan bahwa ia baik baik saja dengan hal ini.
Padahal nyatanya, rasa kecewa dan air mata selalu menjadi penutup harinya. Bantal dan boneka karakter favoritnya yang menjadi saksi bisu kecemasan dan kekosongan yang Lajuna alami ketika malam menjemput.
Saat ini, Lajuna tengah berkumpul bersama teman teman Tangkas dikediaman milik Hakemma. Mereka semua bermain game, kecuali Lajuna yang hanya menyantap snack sambil sesekali melihat kehebatan Tangkas dalam bermain game tersebut.
"Woi! Tangkas anying! Lo curang bener!" seru salah satu temannya
Tangkas terkekeh pelan ketika kembali memenangkan permainan sebanyak tiga kali. Tangkas menepuk pelan bahu teman satu jurusannya —Zidan— yang baru saja kalah telak.
"Sabar, Ji. Lo kurang beruntung." ejek Tangkas mengundang gelak tawa teman temannya.
Salah satu dari mereka menatap ke arah Lajuna dengan tatapan menyelidik. Lajuna yang merasa ditatap pun merasa bingung dan merapatkan tubuhnya kepada Tangkas. Marlan, yang menatap Lajuna terlihat terkejut.
"Eh? Bentar. Gue kayak gak asing sama mukanya." katanya
Seluruh atensi menjadi terarah pada sosok manis yang duduk diantara Tangkas dan Hakemma. Lajuna tersenyum kikuk.
"Eung?? Kita pernah kenal sebelumnya?" tanya Lajuna ragu. Marlan menggeleng pelan. Alisnya menukik, mencoba mengingat dimana ia pernah bertemu dengan Lajuna.
"Dia pacarnya Gean, bro. Sama yang suka nongol di snapgram-nya Tangkas." ucap Zidan mengingatkan Marlan
"Lah iya! Anjir pantesan gak asing."
Tangkas merangkul bahu sempit milik Lajuna, ia menyandarkan kepala Lajuna ke pundaknya lalu mengusap surai halus milik Lajuna dengan lembu. "Dia punya gue." timpal Tangkas asal. Pukulan ringan pun mendarat di kepala Tangkas hingga si pemuda jangkung meringis pelan.
"Nanti lo bikin orang salah paham!" tegur Hakemma
"Ck, sensi banget sih." keluh Tangkas sambil mengusap kepalanya.
"Gue kira dia adek lo, Ta. Cakep bener anjir. Pantesan si Gean demen. Namamu siapa, cantik? Jurusan apa? Semester berapa? Oh, atau masih sekolah? Mau Kakak beliin es krim gak?" cerocos Marlan sambil tersenyum sumringah.
Mereka semua melempar tatapan jengah kepada Marlan. Sedangkan Lajuna tertawa pelan melihat tingkah Marlan. Seperti laki laki buaya pada umumnya. Marlan mengulurkan tangannya untuk berkenalan bersama Lajuna.
"Aku Lajuna, Ilmu Komunikasi semester 2." ucap Lajuna menerima uluran tangan Marlan.
"Gue Marlan. Panggil Arlan aja. Atau mau panggil sayang juga gak apa apa."
"Tai!"
Zidan memukul kepala Marlan, begitu pula Tangkas yang menarik tangan Lajuna agar melepaskan uluran tangan Marlan. Tak sampai disitu, Tangkas juga membersihkan tangan Lajuna menggunakan tisu basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [HYUCKREN]✔️
Hayran Kurgu[⚠️ BEBERAPA PART MENGANDUNG UNSUR DEWASA] Kurangnya afeksi dari kekasihnya membuat Lajuna merasa begitu jenuh dengan hubungannya. Geandaru-kekasihnya itu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga terkadang melupakan Lajuna yang membutuhkannya. ...