Empat pemuda yang tengah terduduk di gazebo menatap ke arah Lajuna yang baru saja datang bersama Tangkas. Salah satu dari mereka yang sedang beradu mulut bersama Zidan pun menatap kaget ke arah Lajuna.
"JUNA!!"
"LEOO!!!"
Keduanya menjerit heboh, mereka saling menghampiri lalu berpelukan sambil melompat lompat. Seakan mereka baru saja bertemu kembali setelah lima puluh tahun berpisah. Zidan menepuk dahinya frustasi, sementara yang lain terkekeh gemas melihat interaksi dua submissive itu.
Terlebih lagi Hakemma yang terperangah melihat penampilan Lajuna hari ini. Lajuna menggunakan turtleneck berwarna putih dan dibalut oleh jaket berwarna biru yang terlihat sedikit kebesaran hingga tangan mungilnya itu tenggelam. Dipadukan oleh celana bahan berwarna putih dan riasan tipis berhasil membuat Hakemma ingin mengecupi setiap inchi dari wajahnya.
'Cantik, selalu cantik. Matanya, bibirnya, hidungnya, senyumnya. Fuck! Semua tentang Lajuna selalu cantik!! Gimana gue bisa mundur kalo begini caranya?!!' Hakemma membatin.
Tangkas menendang pelan kaki Hakemma sambil tersenyum miring. "Biasa aja kali lihatnya." sindir Tangkas pelan. Hakemma berdecak pelan lalu memutar bola matanya malas. Tangkas sangat merusak suasana, pikir Hakemma.
Dua submissive yang baru bertemu setelah satu minggu itu akhirnya melepaskan pelukan mereka setelah menyalurkan rasa rindu. Tangkas membuka hoodie-nya, kini tubuhnya dibalut oleh baju renang yang menunjukan otot otot kekarnya. Beberapa dari mereka berdecak kagum melihat proporsi tubuh Tangkas.
"Ayo pemanasan dulu, habis itu baru berenang."
"Gue ganti baju dulu. Leo, ayo anterin!" Lajuna menarik tangan Leonel tetapi ditahan oleh pemuda tersebut.
"Tapi gue lagi cari handuk, gara gara si Zidan nih!!"
"Kenapa emangnya?"
"Dia lupa simpennya dimana, nanti gue mandinya gimana kalo gak ada handuk? Anterin sama Tata aja." ucap Leonel, ia kembali mengeluarkan seluruh isi tasnya, dibantu oleh Zidan. Lajuna melirik ke arah Tangkas yang mengangguk mengiyakan, saat akan melangkah, Hakemma tiba tiba membuka suara.
"Sama gue aja, gue juga mau ganti baju."
Hakemma bangkit dari duduknya sambil menggenggam pakaian yang akan ia gunakan saat berenang. Lajuna menahan nafasnya sesaat, hatinya bergemuruh karena akhirnya dapat kembali mendengar suara berat yang berkesan riang milik Hakemma. Parfum khas Hakemma juga seakan langsung memenuhi indra penciumannya. Pipi Lajuna bersemu, ia tersenyum simpul kepada Hakemma.
Namun, Hakemma hanya melewatinya dan berjalan duluan. Lajuna merasa terkejut, ia baru saja diacuhkan oleh Hakemma. Seketika dadanya terasa sesak, dengan langkah ragu, ia pun menyusul Hakemma menuju ruang ganti. Tangkas yang melihat kejadian itu pun hanya menggelengkan kepalanya heran.
'Gini nih, kalo dua remaja labil ketemu.' batin Tangkas
Geandaru mendudukan tubuhnya di gazebo, Marlan menatap bingung ke arah kekasih Lajuna tersebut. "Lo gak ganti baju?" tanya Marlan, ia mengamati penampilan Geandaru yang begitu santai.
"Engga, gue gak ikut renang. Gue cuma mau anterin Lajuna aja."
Marlan hanya ber-oh ria menanggapinya, mereka sama sama terdiam seakan tak ingin memulai topik terlebih dahulu. Suasana sangat canggung, untung saja masih terdengar keributan kecil antara Leonel dan juga Zidan.
Sementara di ruang ganti, Lajuna mengganti pakaiannya dengan pikiran yang terasa penuh. Banyak pertanyaan pertanyaan yang menghantui pikirannya sehingga Lajuna kembali merasa pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [HYUCKREN]✔️
Fanfic[⚠️ BEBERAPA PART MENGANDUNG UNSUR DEWASA] Kurangnya afeksi dari kekasihnya membuat Lajuna merasa begitu jenuh dengan hubungannya. Geandaru-kekasihnya itu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga terkadang melupakan Lajuna yang membutuhkannya. ...