Hakemma menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kemudinya sambil menunggu Lajuna yang tak kunjung datang. Pikirannya pun melayang, memikirkan malam panjang yang mereka lewati tadi malam. Bibirnya mengulas senyuman kecil, hatinya terasa menghangat jika Lajuna berada disisinya.
'Kapan ya lo bisa jadi milik gue seutuhnya, Jun? Kalo saat itu dateng, gue pasti jadi orang paling beruntung dan bahagia di dunia.' Hakemma membatin.
Ketika tengah asyik membayangkan wajah Lajuna, Hakemma dikejutkan oleh suara gaduh. Ia menajamkan penglihatannya hingga matanya pun terbelalak ketika melihat Lajuna yang tengah diseret keluar oleh Geandaru. Wajah pemuda itu terlihat sangat marah, begitu pula Lajuna yang masih menangis sambil memohon untuk dilepaskan.
Hakemma yang panik segera membuka seatbelt-nya, berniat untuk menghampiri Lajuna. Tetapi niatnya urung ketika mendapati Lajuna menatap ke arah mobilnya sambil menggeleng pelan, memberikan isyarat kepada Hakemma bahwa ia tak mengizinkan Hakemma untuk keluar. Hatinya seketika merasa gusar. Geandaru sudah mengetahui hubungan mereka?
"Gawat nih. Malah kasar banget lagi dia, kalo Lajuna luka gimana?!!" panik Hakemma ketika melihat Geandaru mendorong paksa tubuh Lajuna untuk memasuki mobilnya hingga Lajuna beberapa kali terjatuh.
Keduanya terlihat kembali beradu mulut, namun Hakemma tak dapat mendengarnya dengan jelas. Hakemma memperhatikan bagaimana Geandaru memperlakukan Lajuna hingga mobil hitam itu pun kini bergerak meninggalkan gedung.
"Gue harus apa brengseekk?!! Mikir, Kem. Mikirr!! Kenapa otak lo selalu tolol kalo lagi ada hal mendesak gini?!!" racau Hakemma.
Hakemma memutar otak, sangat tak mungkin jika Hakemma menghubungi Lajuna saat ini. Ia pun bergerak gusar pada duduknya. Terbesit dipikirannya jika ia harus menghubungi Tangkas dan memberitahu tentang hal yang baru saja terjadi. Mungkin saja Tangkas bisa membawa Lajuna pulang dari Geandaru.
Karena bagaimanapun, Tangkas seakan menjadi benteng terdepan jika Lajuna terluka dan selalu siap menjadi pembela. Pemuda itu pasti akan marah jika mendengar Lajuna diperlakukan kasar oleh kekasihnya sendiri.
Jari Hakemma dengan lincah mendial nama Tangkas, tak perlu menunggu lama Tangkas langsung menerima panggilannya.
'Ha—'
"Woi! Gawat! Lo bisa bantu gue gak?!"
'Apa sih brengsek?! Pagi pagi udah bikin orang emosi aja. Kalo gak penting gue mat—'
"Ini soal Lajuna."
⊱ ✻ ⊰
"Terus?"
Tangkas mengerutkan dahinya setelah mendengar cerita dari Hakemma. Ia bersedekap dada sambil menatap Hakemma yang terlihat sedikit kacau dari biasanya. Baru kali ini Tangkas melihat ekspresi frustasi yang dikeluarkan Hakemma. Padahal biasanya wajah itu selalu terlihat tengil dan menyebalkan dimatanya.
"Lajuna dikasarin sama Gean, masa lo diem aja?!! Kalo Lajuna diapa apain sama Gean gimana?! Tadi aja Lajuna berkali kali jatuh sambil nangis gara gara di dorong! Di hadapan publik aja Gean udah sekasar itu sama Lajuna, gimana kalo mereka cuma berdua?!!" tanya Hakemma menggebu gebu, wajahnya sudah memerah begitu pula rahangnya yang mengeras.
Tangkas menghembuskan nafas berat, ia melepas kacamata yang bertengger pada hidung bangirnya lalu memijit pelan batang hidungnya. Ia sudah menduga jika hal ini akan terjadi pada Lajuna, tetapi ia tak menyangka akan terjadi secepat ini.
"Gak bisa." tegas Tangkas
Hakemma mendongak, menatap Tangkas yang berdiri dihadapannya. "Kenapa?" tanya Hakemma penuh selidik. Tangkas pun mendudukan dirinya disamping Hakemma, saat ini mereka tengah berada dikediaman milik Tangkas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [HYUCKREN]✔️
Fanfic[⚠️ BEBERAPA PART MENGANDUNG UNSUR DEWASA] Kurangnya afeksi dari kekasihnya membuat Lajuna merasa begitu jenuh dengan hubungannya. Geandaru-kekasihnya itu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga terkadang melupakan Lajuna yang membutuhkannya. ...