chapter 29

1.1K 107 14
                                    

Tangkas menyemburkan air yang baru saja diminumnya hingga mengenai wajah Marlan. Ia terlalu terkejut mendengar berita tiba-tiba dari Geandaru. Sementara Marlan yang menjadi korban semburan air minum itu hanya menggerutu pelan sambil membersihkan wajahnya, ia sudah terlalu lelah untuk sekedar melempar protesan kepada Tangkas.

Tak jauh berbeda, Zidan yang menyantap makanan ringan juga tersedak, ia bahkan harus memukul pelan dadanya berkali kali untuk menetralkan rasa sesak akibat tersedak. Zidan tak menyangka dengan kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Geandaru dengan santainya.

Geandaru tertawa renyah melihat reaksi teman-temannya yang ia anggap lucu, tanpa menyadari jika Hakemma tengah menatapnya lurus dengan sorot yang sulit untuk diartikan. Tapi yang pasti, ada sorot kesedihan di dalamnya. Pikiran Hakemma jadi terasa penuh dan semrawut.

Hakemma merasa semakin takut akan kehilangan Lajuna, namun sayangnya ia tak dapat mengambil langkah lebar seperti yang Geandaru ambil. Hakemma masih terlalu takut, begitu pula hatinya masih terasa ragu-ragu untuk meneruskan hubungannya bersama Lajuna.

Hakemma kalut, bergulat dengan segala pikiran dan batinnya.

Tangkas melirik Hakemma sesaat, ia berhedam pelan setelah berhasil menetralkan rasa terkejutnya. "Lo bilang apa tadi?" Tangkas ingin memastikan kembali apa yang baru ia dengar.

Geandaru mengulum senyum, "Gue sama Lajuna bakal anniversary yang ke 4 tahun, dan di hari itu juga gue ada rencana lamar Lajuna. Tapi jangan bilang-bilang Lajuna dulu ya, soalnya gue juga baru rencana aja sih. Gue mau bikin surprise besar buat dia. Gue yakin, dia pasti suka banget." jawabnya antusias.

Teman-temannya tak lagi merespon, mereka hanya bisa tersenyum kikuk mendengarnya. Entah kenapa, bahkan Zidan dan Marlan yang tak tahu menahu tentang masalah perselingkuhan antara Lajuna dan Hakemma pun seakan ikut merasakan kecanggungan luar biasa sekarang. Keduanya hanya bisa mengangguk-angguk sambil mengiyakan ucapan yang keluar dari mulut Geandaru.

Sementara, Hakemma termenung. Telinganya seakan tuli karena ia terlalu sibuk dengan pikirannya. Haruskah ia mengakhiri hubungannya bersama Lajuna dan membiarkan Lajuna memilih kebahagiaannya besama Geandaru?

Rasanya sangat tak rela, Hakemma ingin memiliki Lajuna juga. Ia sudah melangkah hingga sejauh ini hanya untuk mendapatkan Lajuna, Hakemma sudah memberikan semuanya kepada Lajuna, entah itu cinta, perhatian, kasih sayang, apresiasi, dan hal hal lain yang selama ini dibutuhkan oleh Lajuna.

Sungguh tidak adil jika Lajuna hanya menganggap Hakemma untuk menghilangkan perasaan jenuhnya terhadap Geandaru. Meskipun dulu Hakemma tak mempermasalahkan hal seperti itu, tetapi tetap saja hatinya tak ingin menerima. Benar apa yang dikatakan Tangkas. Hakemma dan Lajuna sudah jatuh terlalu dalam pada lubang yang mereka buat sendiri.

Hakemma memijit pelipisnya karena terasa pening. Samar samar ia dapat mendengar suara tawa Lajuna dan Leonel yang berjalan menuju Gazebo yang mereka tempati. Kedua submissive itu terlihat sangat bahagia setelah melepas penat mereka dengan bermain air, kini mereka asyik menyantap es krim sambil bercanda tawa.

Lajuna dan Leonel mengernyit ketika merasakan suasana terasa begitu memberat dan sangat canggung. Keduanya saling melempar tatapan, menebak-nebak apa yang baru saja terjadi disini. Leonel mengangkat bahunya acuh lalu menghampiri Zidan yang terlihat kaku di tempatnya.

"Ziiii~ katanya mau makan! Ayo makan, perut gue udah minta di isi nih!!" rengek Leonel, ia merangkul lengan Zidan yang langsung mengangguk kikuk sambil tertawa canggung.

"Iya, yuk siap-siap."

Zidan bersorak di dalam hati karena Leonel dan Lajuna cepat datang. Ia sudah tak tahan dengan situasi yang tak mengenakkan ini. Zidan membereskan barang-barangnya diikuti oleh teman-temannya yang juga bersiap untuk makan siang bersama.

Edelweiss [HYUCKREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang