chapter 20

1.7K 149 3
                                    

Lajuna melangkah ragu ke arah toilet, sesekali ia juga mengedarkan pandangannya, khawatir jika Geandaru akan datang lebih dulu. Ia pun mempercepat langkahnya meski seluruh tubuhnya terasa nyeri. Apa lagi kepalanya yang sempat terbentur membuat Lajuna sedikit merasa pusing.

Saat akan melangkah masuk ke dalam toilet, Lajuna dikejutkan oleh jaketnya yang di tarik seseorang dari belakang hingga tubuh mungilnya terhuyung ke belakang. Lajuna langsung berbalik dan menatap siapa pelaku penarikan tersebut.

"Mau kemana?" dingin Geandaru.

"Minus lo?! Mau ke toilet lah!!" ketus Lajuna.

Dahi Geandaru mengerut sebelum akhirnya sebuah kekehan kecil terdengar. "udah berani ngelawan ya?" sinis Geandaru. Lajuna mendengus lalu menepis tangan Geandaru dari jaketnya.

"Lepasin, gue mules!" bohong Lajuna.

"Gue tunggu di sini."

"Terserah."

Lajuna meninggalkan Geandaru yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lajuna-nya sungguh berubah drastis setelah kejadian tadi pagi. Geandaru jadi semakin tertantang.

"Lo gak akan bisa lepas dari gue, Jun." gumamnya. Ia menyeruput es kopi yang sempat ia beli tadi lalu bersandar pada dinding. Menunggu Lajuna selesai dengan urusan alamnya.

Toilet terlihat sepi ketika Lajuna melangkah masuk ke dalamnya. Apa mungkin Tangkas belum datang? Tetapi Leonel mengatakan bahwa Tangkas sudah menunggunya sejak lima belas menit yang lalu. Lajuna menoleh kesana kemari, ia juga memeriksa beberapa bilik toilet.

Sesekali ia juga menoleh ke belakang, khawatir jika Geandaru memperhatikan gerak geriknya. Dirasa aman, Lajuna berdeham pelan.

"Tata?" panggil Lajuna.

Tiba tiba sebuah tangan menarik tubuhnya hingga memasuki salah satu bilik toilet disana. Lajuna terkejut, terlebih ketika tubuhnya dihimpit pada dinding yang cukup dingin. Indra penciumannya mendapati aroma parfum yang khas, ia pun mendongak. Menatap sosok tinggi yang langsung merangkul pinggangnya.

"Kak Kemma ..."

Hakemma menatapnya dengan tatapan teduh, tangan besar itu menangkup pipi Lajuna. Mengamati setiap inchi penampilan si manis saat ini. "Kenapa kamu luka begini, Jun? Kenapa kamu biarin dia lukain kamu?" lirih Hakemma. Ibu jarinya mengusap bibir Lajuna yang sobek itu.

"Kakak ... aku minta maaf ..." bisik Lajuna

Hakemma menggeleng pelan mendengarnya. "Maaf buat apa? Kamu gak salah, Jun. Kakak yang minta maaf karena gak bisa jagain kamu. Maaf, maaf karena Kakak biarin kamu terluka." Hakemma beralih pada tangan Lajuna yang masih terlihat memerah dan sedikit lecet.

Si pemuda tan meringis pelan, ia mendudukan tubuhnya pada closet yang sudah tertutup, lalu menarik Lajuna untuk duduk di atas pangkuannya. Hakemma mengeluarkan beberapa plester luka yang sudah ia persiapkan jika saja Lajuna terluka, dan ternyata benar saja dugaannya.

Hakemma memasangkan plester itu pada jemari Lajuna yang terluka, setelahnya ia mengecup jemari Lajuna dengan lembut. Sang empu memerah padam, terlebih melihat Hakemma yang mendusalkan pipinya pada tangan Lajuna. Seperti kucing yang tengah menempelkan aromanya pada pemiliknya.

"Kakak khawatir banget sama kamu, Jun. Kakak bener bener pengen rebut kamu sewaktu Gean maksa kamu buat ikut dia. Kakak marah banget lihat kelakuan Gean ke kamu, apa lagi kamu sampe luka luka begini, Kakak gak terima ..." ujar Hakemma, ia menggenggam tangan Lajuna erat.

Lajuna menitikan air matanya lalu berhambur ke dalam dekapan Hakemma. "Dia gak mau lepasin aku, Kak Kemmaa ... Dia gak mauu, aku bingung harus lakuin apa supaya aku bisa lepas dari dia. Aku takuuutt, aku takut kehilangan Kakak. Aku gak mau hal itu terjadi ..." lirih Lajuna, isakan pelan pun mulai memenuhi bilik toilet tersebut.

Edelweiss [HYUCKREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang