chapter 34

1.1K 114 20
                                    

Sinar mentari pagi mulai menerangi bumi, seperti biasa jalanan akan dipadati oleh motor dan mobil membuat kemacetan pun tak dapat terelakan. Geandaru bergerak gusar dalam duduknya, sesekali ia melirik arlojinya yang sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi.

Pada kursi penumpang di sampingnya, terdapat buket bunga besar beserta boneka dam cokelat. Geandaru sengaja membelinya sebagai hadiah untuk Lajuna. Kini, Geandaru terjebak macet disaat ia akan menjemput Lajuna untuk berjalan-jalan. Namun, ia merasa gelisah karena Lajuna tak membalas pesan dan panggilannya sejak tadi malam.

"Ck! Macet banget lagi ini. Buruan dong woy!!" omel Geandaru. Ia merasa kesal melihat mobil di depannya begitu lambat meskipun lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.

Setelah berhasil melewati kemacetan yang begitu menguji kesabarannya, Geandaru melangkah dengan gagah menuju apartement Lajuna tanpa membawa hadiah yang akan ia berikan. Ditekannya pin apartement Lajuna dengan tergesa.

Saat pintu terbuka, Geandaru disuguhi oleh pemandangan apartement Lajuna yang terlihat seperti kapal pecah. Sampah tisu hampir memenuhi meja, di sofa juga terdapat sweater dan celana bahan yang tergeletak begitu saja, terdapat pula beberapa serpihan vas bunga yang pecah di atas lantai dengan bunganya yang berceceran. Alis Geandaru menukik, apa yang terjadi pada kekasihnya tadi malam?

Kaki panjangnya pun melangkah, membawa Geandaru memasuki kamar Lajuna. Mata Geandaru membola ketika netra gelapnya mendapati Lajuna tergeletak di lantai dengan hidung yang mengeluarkan darah. Buru-buru Geandaru menghampiri Lajuna dan memindahkan tubuh tersebut ke atas kasur.

"JUN?!! LAJUNA?!! KAMU KENAPA?!!"

Geandaru panik, ia mengguncang tubuh Lajuna berkali-kali sambil berharap Lajuna akan membuka matanya. Namun nihil, pemuda itu tetap memejamkan matanya yang membengkak itu dengan tenang. Tubuh Lajuna terasa begitu panas, sepertinya Lajuna mengalami demam tinggi.

Tanpa pikir panjang, Geandaru langsung menggendong tubuh Lajuna untuk di bawanya ke rumah sakit. Beberapa orang terlihat terkejut mendapati keadaan Lajuna yang begitu berantakan, mereka membantu Geandaru untuk memasuki mobilnya.

Mobil hitam miliknya membelah padatnya jalanan kota, sesekali Geandaru memarahi orang-orang yang menghalanginya karena sudah terlalu panik melihat keadaan Lajuna. Hingga akhirnya Lajuna pun mendapatkan pertolongan dokter.

Geandaru terduduk disamping brankar dimana Lajuna terbaring sambil memandangi wajah pucat kekasihnya. Dokter yang memeriksa Lajuna mengatakan bahwa Lajuna mengalami stress yang berat sehingga pemuda itu mencoba melukai dirinya sendiri.

Tentu saja hal itu membuat hati Geandaru terasa sakit. Ia merasa gagal dalam menjaga Lajuna dan saat itu juga Geandaru menyadari bahwa masih banyak hal yang Lajuna sembunyikan dari dirinya.

Geandaru tak marah dengan hal itu, ia hanya merasa kecewa. Bukankah artinya Lajuna belum mempercayainya secara penuh? Tetapi Geandaru juga sadar diri, ia sempat kembali mengacuhkan Lajuna karena terlalu sibuk mempersiapkan kejutan untuk Lajuna.

Sekarang, Geandaru sudah menghubungi benerapa orang kepercayaannya untuk membatalkan semua rencana yang sudah ia persiapkan dari jauh-jauh hari. Ia tak mungkin memaksa Lajuna untuk merayakan peringatan tahunan hubungan mereka.

Meskipun sebenarnya Geandaru sedikit kecewa karena semua hal yang ia persiapkan harus batal, namun Geandaru pikir tak ada salahnya melakukannya di lain waktu, ia tak ingin ada hal apapun yang merusak momen indahnya bersama Lajuna.

Tangan besarnya bergerak untuk surai halus milik Lajuna. "Jun? Can you just tell me? Kenapa gak bilang sama aku kalo kamu lagi gak baik baik aja? Maaf, maaf aku gagal jagain kamu, Jun. Maafin aku karena aku gak hubungin kamu beberapa hari ini .... Sekarang bangun, ya?" lirih Geandaru.

Edelweiss [HYUCKREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang