chapter 19

1.4K 127 5
                                    

Hakemma memarkirkan mobilnya disalah satu hotel ternama di kota. Setelah dari kediaman Tangkas, Hakemman langsung mengajak Sofia untuk bertemu. Penampilannya sudah lebih rapih dari sebelumnya, begitu pula ekspresinya yang terlihat datar dan tegas. Kaki panjangnya melangkah menuju kamar dimana Sofia berada.

Ia mengetuk pintu yang diyakini merupakan kamar sewaan Sofia. Beberapa saat kemudian pun pintu terbuka, Hakemma langsung menerobos masuk tanpa permisi lagi. Ia menoleh ke arah Sofia, wanita itu tersenyum manis kepadanya lalu memeluk tubuh kekar Hakemma untuk menyambut kedatangan kekasih tampannya ini.

"Sayaaangg .... Kamu kemana aja sihh?? Aku rindu banget sama kamu!! Sekarang kamu selalu nolak kalo aku minta ditemenin, aku kesepian tauu!!" rengek Sofia manja.

Tubuh Hakemma membeku. Bukan karena sikap manja Sofia kepadanya, tetapi yang menjadi masalah saat ini adalah pakaian yang tengah digunakan oleh wanita itu. Hakemma sungguh tak habis pikir dengan kelakuan Sofia yang selalu diluar nalarnya.

Bagaimana bisa wanita itu menggunakan pakaian yang bahkan sama sekali tidak menutup lekuk tubuh dan area area sensitifnya? Oh, hal seperti itu tak layak disebut sebagai pakaian! Sebenarnya apa gunanya Sofia menggunakan lingerie tersebut?

'Kenapa gak sekalian telanjang bulat aja dah?! Lagian siapa sih yang jual baju beginian?!! Bikin jalang makin gatel aja!!' batin Hakemma menjerit.

"Aku mau bicara sama kamu." ucap Hakemma sambil melepaskan pelukan Sofia dari tubuhnya. Hakemma bahkan tak minat sama sekali untuk melirik dua bongkahan besar milik Sofia.

Menurut Hakemma, tubuh Lajuna-lah yang paling menggoda. Bahkan tak mencoba untuk menggoda Hakemma pun, Lajuna selalu berhasil membuat Hakemma bertekuk lutut untuknya. Tak ada yang bisa menandingi keindahan sosok Lajuna di mata Hakemma.

Sofia masih tersenyum manis meski merasa penasaran dengan topik yang akan dibahas oleh Hakemma. Jarang sekali Hakemma mengajaknya bertemu terlebih dahulu. Biasanya Sofia yang akan menghubungi Hakemma untuk menemuinya. Sofia jadi tak ingin menyia nyiakan kesempatan berduaan dengan Hakemma, ia menarik lengan Hakemma untuk dibawanya ke arah kasur.

"Jangan buru buru, lagian ini masih pagi. Chill aja dulu sama aku." sahut Sofia dengan nada menggoda, ia juga dengan sengaja menggesekkan area dadanya pada lengan Hakemma yang membuat pemuda tan itu merinding karena jijik.

Hakemma hanya mengikuti sambil mengamati Sofia yang menuangkan wine pada dua gelas yang terdapat pada nakas. Mata elangnya mendapati beberapa bercak keunguan pada tengkuk dan punggung Sofia. Begitu pula pantat yang memerah, sepertinya Sofia mendapatkan berkali kali tamparan manja pada pemuas nafsunya tadi malam.

Hakemma semakin geli melihat kondisi tubuh Sofia, terlebih ketika matanya membali menemukan hal menjijikan di kaki ranjang. Terdapat beberapa kondom yang masih dipenuhi oleh sperma. Perut Hakemma menjadi terasa mual. Hakemma kembali menatap Sofia yang masih membelakanginya.

Satu pertanyaan terbesit di kepalanya. Kemana rasa malu Sofia?

Entah sudah berapa banyak tangan yang sudah menggerayangi tubuh molek itu, dan entah berapa banyak penis yang memasuki lubang surgawi itu selain Hakemma dulu. Hakemma jadi mengingat tentang Sofia yang langsung mengajaknya berhubungan intim ketika mereka resmi menjadi sepasang kekasih saat mereka sendiri masih menempati bangku sekolah menengah atas.

Saat itu, Hakemma masihlah pemuda polos. Ia sangat takut, bahkan untuk menatap tubuh Sofia pun Hakemma tak berani, tetapi Sofia selalu memaksa. Hal itulah yang membuat Hakemma menjadi dirinya yang sekarang. Hakemma tak dapat membayangkan bagaimana reaksi Ayah dan Ibu Sofia jika mengetahui kelakuan asli anaknya.

Dan untuk sekarang, Hakemma yakin betul jika Sofia beralasan tengah menginap di kediaman Hakemma. Karena ia sempat mendapatkan telepon dari Ayah Sofia tadi malam namun Hakemma udah tak ingin meresponnya. Ia sudah malas beralasan untuk Sofia lagi.

Edelweiss [HYUCKREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang