chapter 32

1.2K 118 6
                                    

Parkiran basement terlihat sepi mengingat malam sudah semakin larut, dua pemuda yang masih asyik bergandengan tangan itu mengisi kesunyian dengan obrolan dan suara tawa keduanya. Setelah berkeliling kota selama tiga jam lamanya, Hakemma menghantar Lajuna untuk pulang.

Kini keduanya berdiri di depan pintu apartement milik Lajuna. Si manis tersenyum lebar, merasa sangat bahagia setelah menghabiskan waktu bersama Hakemma. Sekarang ia malah merasa tak rela untuk berpisah dengan Hakemma disini, Lajuna ingin mengajak Hakemma untuk menginap, tetapi ia tak bisa.

Geandaru bisa datang ke kediamannya kapan saja, maka dari itu Lajuna berantisipasi. Hakemma merapihkan surai berantakan milik Lajuna akibat menggunakan helm tadi.

"Masuk gih, langsung bersih bersih habis itu istirahat ya, Sayang. Ini udah larut." Hakemma bersuara, ia mengecup lama kening Lajuna sebagai salam perpisahan mereka hari ini.

"Kakak juga, jangan ngebut. Kalo udah sampe apart, kabarin aku ya. Aku sayang banget sama Kakak."

"Kakak lebih sayang sama kamu, Jun."

Lajuna menekan pin apartementnya, namun salah satu tangannya masih menggenggam erat tangan Hakemma seakan tak ingin melepaskannya. Hakemma terkekeh pelan, ia mengecup punggung tangan Lajuna berkali kali karena merasa gemas dengan tingkah Lajuna.

"Sebenernya kamu biarin Kakak pulang atau engga sih, Jun?" goda Hakemma.

Lajuna mengerutkan bibirnya, "Iya nih, genggaman aku gak bisa lepas. Kayak ada lem-nya gitu. Gimana dong?" Lajuna mendongak untuk memandang wajah Hakemma dengan raut polosnya.

"How so cute you are. Stop being cute, i want to fuck you so hard!!"

"Fuck me then."

Hakemma menghembuskan nafas berat, "Lajuna ..." panggilnya. Jika mengikuti keinginan nafsunya, Hakemma mungkin sudah akan menyerang Lajuna sekarang juga, tetapi ia masih merasa canggung untuk melakukan hal itu bersama Lajuna saat ini. Mengingat hubungan mereka cukup renggang.

Lajuna tertawa renyah lalu mencuri kecupan basah pada bibir Hakemma. "Iya deh. Aku masuk dulu ya! See you, Hakemma jelek!" ejek Lajuna lalu menjulurkan lidahnya.

Hakemma mengulum senyum, "See you too, Lajuna yang paling cantik sedunia, bahkan lebih cantik dari kata cantik itu sendiri. Kakak pulang dulu ya." Hakemma melepas genggaman tangan mereka dengan tak rela, akhirnya Hakemma pun melangkah pergi setelah Lajuna sudah memasuki apartementnya.

Senyum yang tadinya terpatri perlahan luntur bersamaan dengan kegelisahan hati yang kembali mengganggu suasana hatinya. Kata usai sangat sulit untuk Hakemma ucapkan, ia tak dapat melepaskan Lajuna begitu saja. Padahal tadi Hakemma berniat untuk membicarakan tentang hubungan mereka juga, tetapi Hakemma malah terlalu tenggelam pada momen manis yang mereka buat.

Momen yang akan menjadi kenangan menyakitkan jika mereka benar benar harus berpisah.

Jam sudah menunjukan pukul tiga dini hari, Hakemma melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membelah sepinya jalanan kota. Hakemma berharap segala kecemasannya akan pergi bersama angin malam yang menerpa tubuhnya dengan cukup kuat dan dingin itu.

Sesekali ia mendongak untuk menatap bulan yang bersinar dengan terangnya di tengah gelapnya malam. Hakemma mengingat Lajuna pernah mengatakan bahwa, jika sedang merasa tak baik, Lajuna akan menatap bulan semalaman. Dan dari sana Hakemma mulai mengikuti kebiasaan Lajuna tersebut, ia akan menatap bulan jika ia tengah gusar.

"Bulannya cantik ya, Jun? Pantes aja kamu suka tatap bulan, ternyata beneran bikin tenang." monolog Hakemma.

Ia membelokkan motor besarnya pada sebuah gedung apartement, tetapi bukan gedung tempat apartementnya berada. Tujuannya saat ini adalah menemui Tangkas, pemuda itu sudah menghubunginya sejak sore tadi tetapi Hakemma tak menggubris panggilannya karena terlalu sibuk menghabiskan waktu bersama Lajuna.

Edelweiss [HYUCKREN]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang