Geandaru melangkah lebar menuju pintu apartement milik Lajuna, sedari tadi kekasih mungilnya itu sulit sekali untuk dihubungi dan membuatnya gelisah. Apalagi mengingat Lajuna tak pernah mengacuhkan telepon atau pesannya. Geandaru pun memutuskan untuk memeriksa langsung keadaan Lajuna sambil sesekali mengigit bibirnya pelan karena terlalu gugup.
Geandaru menekan pin dengan tergesa-gesa, ingin melihat keadaan Lajuna secepatnya. Setelah pintu berhasil terbuka, Geandaru langsung menerobos masuk ke dalamnya. Ruangan terlihat sepi, seperti tak ada seorangpun di dalamnya. Alis tebal milik Geandaru menukik.
"Lajuna?" panggil Geandaru
Tak lama terdengar suara Lajuna yang menyahuti. "Iyaa?" Suaranya terdengar dari arah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Buru buru Geandaru membuka pintu tersebut.
"Jun, kamu susah banget di teleponnya jadi aku khawatir ... Kamu—Lajuna?" ucapan Geandaru terhenti ketika melihat Lajuna yang tengah berdiri di sisi kasur, sementara tubuhnya tengah digerayangi oleh seseorang yang masih asyik membuat beberapa ruam merah keunguan pada lehernya, satu tangannya juga terlihat meremat bongkahan sintal milik Lajuna dan tangan lain mengusap pinggang ramping Si Manis.
Pemuda itu seakan tak mempedulikan kehadiran Geandaru disana, tangannya malah semakin gencar menggoda tubuh Lajuna, hingga si submissive menggeliat kenikmatan. Lekukan tubuh Lajuna bahkan sudah tercetak jelas karena baju yang dikenakannya sudah tak lagi rapi. Lajuna juga memeluk leher pemuda tersebut dengan posesif.
Geandaru meneguk kasar ludahnya dan menatap Lajuna tak percaya. Tubuhnya juga melemas sehingga Geandaru merasakan kakinya seakan tak dapat menopang berat tubuhnya lagi. Geandaru mengepalkan tangannya erat. Perasaan marah, kecewa, sedih sudah bercampur dihatinya.
"J—Jun? Kamu ..." Geandaru tak dapat berkata kata lagi, terlebih ketika melihat Lajuna yang menunjukan senyum penuh kemenangan, ia juga terlihat sangat menikmati permainan pemuda berbaju hitam dengan surai berantakan itu.
"Udah lihat, kan? Let's break up, Geandaru!" kalimat itu menghantam keras hati Geandaru. "Aahh fuckhh it ... You makes me extremely horny, boyhh. Fuck me, please?" ucap Lajuna sambil mendesah pelan lalu menyatukan bibirnya dengan pemuda tan, mengacuhkan kehadiran Geandaru.
"JUN?!!"
"LAJUNA?!!"
"LAJUNAAA!! AARRGHH!!"
Geandaru terbangun dari tidurnya dengan dada yang naik turun. Nafasnya memburu, begitu pula pelipisnya yang dibasahi oleh bulir bulir keringat. Sial, mimpi apa tadi?!! Geandaru melirik jam yang menunjukan pukul satu malam. Ia menyandarkan punggungnya pada headboard kasurnya sambil mengatur nafasnya.
"Brengsek! Gue terlalu kepikiran sampe kebawa mimpi." gerutunya, surai miliknya pun ia acak dengan cukup kasar. Otaknya kembali memutar mimpi yang baru saja ia alami.
Siapa pemuda yang berani menyentuh Lajuna-nya itu? Mengapa Lajuna terlihat begitu bahagia bersamanya? Terlebih senyum itu .... Senyum yang tak pernah Geandaru lihat selama ia menjalin hubungan bersama Lajuna. Senyum yang seakan meremehkan Geandaru dan menginjak harga dirinya.
Geandaru menggeram pelan. "Sial! Gue udah gila kayaknya." Ia memutuskan untuk bergegas ke dapurnya, tenggorokannya terasa kering dan tak nyaman.
Setelah menenggak air dengan cukup rakus, Geandaru mendudukan diri pada sofa apartementnya. Ia menoleh ke arah meja kecil disana, dimana terdapat figura dirinya bersama Lajuna. Geandaru mengambilnya sambil menatap lamat wajah Lajuna yang terlihat sangat ceria itu.
"Gue udah banyak berubah buat lo, Jun. Gue gak akan pernah terima kalo lo beneran main belakang dari gue!" tajamnya. Geandaru kembali menyimpan figura tersebut. Ia menyandarkan tubuhnya sambil menatap langit langit apartementnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss [HYUCKREN]✔️
أدب الهواة[⚠️ BEBERAPA PART MENGANDUNG UNSUR DEWASA] Kurangnya afeksi dari kekasihnya membuat Lajuna merasa begitu jenuh dengan hubungannya. Geandaru-kekasihnya itu terlalu sibuk dengan urusannya sendiri hingga terkadang melupakan Lajuna yang membutuhkannya. ...