Rasanya seperti dibawa terbang, terseret cahaya putih dan menembus gumpalan serat-serat putih. Oh itu awan. Melayang pelan, udara sejuk menabrak halus pipinya. Hawanya segar, seperti bau embun di pagi hari. Tetapi tunggu, dimana ia berada sekarang?
Tiba-tiba semua terjadi begitu cepat, tubuhnya tertarik dan melesat secepat kilat. Mulutnya berteriak kencang dan matanya tertutup tidak kuasa menahan kecepatan tak manusiawi itu.
Brukk
Tubuh itu terjatuh keras, tapi tidak ada rasa sakit yang berarti. Ketika netra terbuka, hamparan ramput halus menyapa. Perlahan mencoba terduduk, matanya mengedar menelisik keadaan sekitar. Ia berada di sebuah taman (?).
Suara gemericik air mancur, cicitan burung dan itu menenangkan.
"Hai, aku melihatmu terjatuh disini. Ada yang sakit?" sapaan ramah itu, membuatnya harus memutar tubuh.
Lalu ia terpana, paras itu cerah, bersinar sekali layaknya malaikat. Tangannya mengulur dihadapannya dan ketika ia menerimanya, seakan ada aliran yang menyengat namun bukan sakit melainkan rasa hangat.
"Siapa, sayang?"
"Ohh, tamu kita tentu saja."
Ia ditarik dan didudukkan ke sebuah kursi kayu. Herannya itu empuk sekali.
"Nyaman dengan tempatnya ya."
Ia hanya bisa mengangguk dan tersenyum canggung.
"Aku Donghyuck dan ini suamiku, Minhyung."
Sebentar, kenapa nama itu tidak asing baginya. Tapi dimana ia pernah mendengar nama itu.
"Kami hanya tinggal berdua disini. Sebenarnya kami memiliki satu putra, tetapi karena rasa sayang Tuhan, kami harus meninggalkannya."
Tak tahu harus bereaksi seperti apa, lagipula apa hubungan cerita hidup kedua pasangan itu dengannya.
"Tahun 1999, Yeji melahirkan Mark. Tahun 2000, Sin Hyee melahirkan Haechan. Tahun 2001, aku melahirkan anakku."
Heran, bagaimana beliau cantik ini mengetahui asal-usulnya. Lalu jika diperkirakan, anaknya mungkin hampir setara jenjang dengannya. Ingin ia bertanya tetapi mengapa lidahnya kelu.
"Aku ingin menitipkan putraku padamu, ia sudah kutinggalkan sejak lama. Ia anak yang manis, penurut dan ceria. Temani ia maka akan banyak kejutan yang akan engkau dapatkan. Jika kau bersedia, mengasihinya lebih dari yang kuharapkan. Aku menjamin kebahagiaanmu selamanya."
Apa, apa maksudnya? Lalu siapa? Siapa putramu?
Sebuah sinar begitu terang-benderang tiba-tiba menyilaukan mata. Tubuhnya lagi-lagi ditarik paksa, kali ini terasa ia berlari.
Kenapa? Kenapa?
"Putraku Jung-Seo Chenle."
******* dream *******
.
.Chenle bangun kesiangan, dia terlambat masuk sekolah dan harus dihukum berdiri di lapangan basket. Kakak OSIS yang bertugas kedisiplinan mulai mengeluarkan ketegasannya. Suaranya pun meninggi-meninggi, Chenle hanya mampu menunduk dan meremat tali backpack miliknya.
"Kalian semua masih melaksanakan MOS saja sudah terlambat begini bagaimana jika sudah jadi siswa?" teriak Hyunjin, matanya menajam garang.
"Sekarang keluarkan nametag kalian, pakai disini!!" suruh Hyunjin.