Part 29

19.9K 1.4K 120
                                    

Tubuhnya melayang turun layaknya hembusan angin, matanya tertutup dan jatuh ke bawah. Rasanya sakit sekujur tubuh, entah minuman apa yang diberikan Mak Lampir kepadanya hingga membuatnya seperti hampir sekarat. Dia kenapa?

Berhenti, tergeletak pasrah tubuhnya di sebuah kumpulan kapas rasanya namun begitu sejuk. Jadi rindu kasurnya.

"Tidak akan ada yang berubah dalam dirimu, hanya kau akan mengecil. Jiwamu kembali ke masa kecilmu lagi dan jemputlah kebahagiaan barumu, Chenle."

Siapa itu? Apa yang mengelus kepala-nya juga suara lembut itu? Langkah kaki siapa itu? Seperti mengelilinginya.

Rasa sesak ia rasakan lagi, semakin mencekik, kebas seluruh anggota tubuhnya. Kenapa? Ada apa dengan dirinya. Ingin teriak tidak bisa, kenapa? Tolong, sungguh ia tidak kuat.

AAAAAAAAAAA

.
.
.

Tengah malam Mark dan Haechan jatuh tertidur, tak menyadari jika Chenle diselimuti cahaya putih yang begitu terang dan menyilaukan mata. Semakin lama cahaya itu membesar dan menelan tubuh Chenle. Bergerak cahaya kekanan dan kiri, berputar seperti diaduk kesana-kemari semakin lama gerakannya semakin cepat dan perlahan meredup-meredup.

Menampilkan seorang bayi berpipi gembul, bibirnya mengerucut dan mata terpejam. Telapak tangannya merayap kecil menggenggam telunjuk Haechan seakan mencari perlindungan.

.
.
.

Fajar menyingsing, sinarnya mengintip di sela-sela gorden sebuah kamar hotel. Disisi samping ranjang, Mark dan Haechan masih asik terlelap. Berbeda dengan yang ditengah-tengah, mata bulat kecil terbuka, mulutnya sudah berdecak-decak dengan kaki yang menendang-nendang udara.

Bosan dengan kegiatannya, si bayi menyamping ke arah kanan. Memandang punggung Mark terbalut kaos putih, naik-turun tenang mengikuti nafasnya. Si bayi berceloteh acak, telapak tangannya mengepal diangkat lalu dibawa ke mulut. Beralih ke kiri, wajah tentram Haechan tertangkap netra si bayi.

Bayi merubah posisinya perlahan, menjadi tengkurap. Memekik ketika tangan dan kakinya berhasil menumpu badan terangkat. Anak tersebut pun bergerak mendekati Haechan, terduduk masih berceloteh ria. Tangan basah karena air liurnya, ia gunakan untuk menepuk pipi Haechan.

"Myy.. Myy..."

Empunya pipi yang merasakan basah jadi terganggu, tubuhnya menggeliat kecil dan netranya malas sedikit terbuka menyesuaikan cahaya. Mengernyit kening Haechan, sesuatu basah masih betah menepuki pipinya. Ketika sepenuhnya terbuka, terkejut setengah mati Haechan.

"HAH?! BAYI SIAPA INI?!" seru Haechan memegang dadanya.

Ikut terkejut si bayi mendengarnya, sedetik setelah itu cekikikan renyah mengudara. Berhasil menyurutkan rasa menggebu-gebu dalam dada Haechan.

"Mmy... mmy ngunnn..." celoteh si bayi, merangkak dan meraih tangan Haechan.

Belum bisa mencerna keadaan, bengong Haechan menghadapi tingkah bayi mungil nan lucu tersebut.

"Uhh uhhh... Nnn ni uh uh myy.."

Berubah nanar tatapan Haechan. Kala si bayi merentangkan tangan, seakan ingin memanjat tubuhnya.

"Gendong?" lirih Haechan tanpa sadar.

Terulur mengangkat bayi itu dalam pangkuannya dan seakan bahagia, bayi itu menyengir bertepuk tangan. Memancing senyum Haechan terbentuk. Kepolosan dan keceriaan bayi itu menimbulkan kehangatan dihatinya.

"Kamu lucuuu banget..." decak gemas Haechan.

Raut bingung Haechan kembali lagi.

"Tapi tunggu... Kamu siapa? Dan darimana?... Kenapa bisa--- LOH CHENLE??? KOK NGGAK ADA?!" luar biasa panik Haechan, tak menemukan atensi Chenle di atas kasur.

ReinkarnasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang