Di kursi taman, Donghyuck dalam tubuh Haechan duduk bersama Yeji atau Bunda Lee dan Shin Yee atau Mama Lee. Sengaja Donghyuck minta disini, supaya obrolannya tidak mengganggu tidur putranya.
"Hai apa kabar dua sahabatku?" tanya Donghyuck ceria, masih sama seperti dulu.
Kedua wanita di samping Donghyuck tak menjawab, satu membuang wajah sedangkan yang satu menunduk.
Donghyuck menaikkan alisnya, "Eh, diam semua? Tidak mau menjawab?"
"Hahaha... Baiklah jika maunya kalian tetap mutung seperti itu. Tapi jangan kira aku tidak tahu sama sekali keadaan kalian ya? Yang tega menjadikan Mark dan Haechan sebagai alat balas dendam kalian dan menutupi keberadaan Chenle." suara rendah Donghyuck, membuat Yeji dan Shin Yee menoleh seketika.
"Donghyuck tahu batasanmu, jangan melanggar perjanjian." peringat Yeji, raut wajahnya menajam.
"Melanggar perjanjian? Aku? Coba kau raba dirimu dahulu, siapa yang mulai pelanggaran terlebih dahulu?" balas Donghyuck tak kalah tajam.
"Donghyuck, ka-kau tidak akan mengambil alih raga ini kan?" panik Shin Yee.
Menyeringai Donghyuck, menyenderkan punggungnya ke kursi.
"Dariawal kita bertiga yang berencana, mengikuti syarat, membuat aturan, menentukan sanksi dan melakukannya dengan keadaan tak terjadi apa-apa. Tapi kenapa kalian membelot, jika anak-anak kita yang menjadi korban maka aku juga tak segan-segan membawa mereka bersamaku." ancam Donghyuck.
"Jangan berani-beraninya kau Donghyuck!" murka Yeji.
"Ya marahlah, marahlah. Malah semakin menunjukkan kalian tak punya hati. Mengadu domba anak, yang padahal tidak tahu apa-apa. Kalian berdua egois." kata Donghyuck menusuk hati.
Anggap saja, ketiga manusia ini gila karena percaya pada ramalan masa depan dari madam hitam di pasar malam. Yang mengatakan jika diantara mereka bertiga, akan ada yang kehilangan nyawa terlebih dahulu. Mereka kalut sendiri, ucapan Madam terbayang-bayang karena tak ingin persahabatan mereka terpisahkan.
Akhirnya mereka nekat, membuat perjanjian dengan Sang Kegelapan Malam. Menyajikan segala hal yang dibutuhkan dan meminta pengubahan wajah salah satu anak mereka dengan satu pasangan diantara mereka yang meninggal terlebih dahulu. Namun ada efek yang timbul yaitu, orang-orang sekitar mereka kehilangan ingatan saat itu juga.
Semua berjalan semestinya, bahkan melupakan perjanjian itu seiring kebahagiaan mereka dengan keluarga masing-masing. Berita jatuhnya pesawat yang ditumpangi Minhyung dan Donghyuck sangat begitu mengejutkan. Yeji dan Shin Yee menangis, bergetar hebat di depan jenazah Donghyuck.
Pada malam itu juga, Mark dan Haechan jatuh sakit. Demam tinggi, hingga Yeji dan Shin Yee memutuskan untuk mengurung diri di kamar bersama anak mereka. Dengan mata kepala mereka sendiri, melihat proses perubahan wajah Mark dan Haechan mirip Minhyung dan Donghyuck. Perubahannya tidak semudah itu, Mark dan Haechan harus berteriak kesakitan setiap malam, merintih dan meminta tolong.
Baik Yeji maupun Shin Yee sedih, cemas dan lelah dengan musibah ini. Mereka terbawa emosi frustasi dengan apa yang menimpa mereka. Meledak emosi mereka, saat bertemu berdua saja. Menyalahkan satu sama lain atas kematian Minhyung dan Donghyuck.
Perang panas pun berkobar, bendera merah dikibarkan. Persahabatan hancur berubah menjadi musuh. Bahkan Yeji dan Shin Yee tega mengendalikan Mark dan Haechan untuk memuaskan ego tinggi keduanya. Bersamaan dengan itu juga, menutupi sekuat mungkin keberadaan Chenle. Karena takut jika akan ada hal buruk menimpa Mark dan Haechan.
Benar-benar sengaja meninggalkan janji mereka pada Donghyuck
"Donghyuck!"
"Apa? Sekarang aku disini, aku mau menagih janji kalian. Aku juga membela Mark dan Haechan. Tak sepantasnya kalian bertindak seperti itu, aku pun meninggal karena takdir bukan salah kalian. Apa kalian masih takut ada sisa efek sihir? Makanya menjauhkan mereka bertiga? Bodoh! Kalau berniat menjauhkan mereka kenapa tidak sekalian bawa anak kalian ke luar negeri. Bukan malah menempatkan di sekolah milik orang tua Minhyung?" marah Donghyuck bengis.