Di Karya karsa juga update Goresan luka lebih cepat ya.
Yang penasaran mau lanjut cepat bisa nongkrong disana. Oke?
Selamat pagi teman-teman semuaa. Informasi terbaru nih GORESAN LUKA sudah ada PDF nya ya gaes.
Harga 60k gaess..murce yaa..
Buruan yang mau. Wa 085271367230. Waktu terbatas!!!Promo 250k dapat 11 judul termasuk goresan luka.
Promo 150k dapat 5 judul termasuk goresan luka
Promo 100k dapat 3 judul termasuk goresan lukaGercep ya. Promo tidak selalu ada.
Sedjati baru pulang dari kantor. Ia melangkah ke dalam rumah.
" Selamat malam Tuan!"
" Zara dimana Bi?"
Sedjati melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher nya." Nyonya berpesan kalau pulang kampung tadi siang, Tuan!"
Sedjati terdiam. Ia baru ingat kalau Zara akan ke padang.
" Ada pesan lain, Bi?"
Bibi menggeleng. " Tidak Tuan,"
Sedjati mengangguk lalu naik oe kamar. Zara benar-benar tidak tahu tata krama. Bahkan perempuan yang sudah di nikahi nya itu tidak minta izin atau sekedar menelpon nya. Zara juga tidak bilang kapan akan kembali kesini saat pembicaraan mereka tadi pagi.
Sedjati melempar tas kantor nya. Ia butuh air dingin untuk menyegarkan kepala nya. Sedjati segera masuk ke dalam kamar mandi membersihkan tubuh nya setelah seharian beraktifitas di luar.
*****
" Eh Uni Zara baru nampak. Kemaren kemana neng? Rumah nya tutup,"
Zara menatap Ibu-ibu yang sedang berjalan berombongan menuju ke ladang.
Zara memang tinggal di pedesaan. Bukan di kota nya.
" Iya, Buk. Saya kemaren ada urusan ke jakarta. Baru semalam balik ke sini!"
" O oh. Kami kira kemana. Biasanya pagi-pagi udah bersih-bersih halaman atau bunga-bunga mekar nya Uni Zara,"
" Iya, Buk." Zara mengangguk dan tersenyum kecil. " Ini Ibuk-ibuk semua mau ke ladang?"
" Iya, Uni. Kami kerja di ladang nya Pak Broto. Mau menggali ubi madu."
" Wah. Udah panen ya. Enak itu buat di kolak." sahut Zara. Di desa Zara memang di kenal dengan sosok yang baik dan ramah kepada setiap orang. Berbeda dengan sikap nya terhadap keluarga dan orang asing. Zara akan berubah menjadi sosok dingin dan tidak ramah.
" Ho oh. Uni mau pesan Ubi nya? Mau saya belikan sekalian?"
" Nggak usah, Bu. Terima kasih. Biar nanti saya yang beli. Takut ngerepotin."
" Ah begitu. Ya sudah. Kami berangkat dulu ya,"
"Mari, Buk,"
" Mari Uni,"
Gerombolan Ibuk-ibuk itu sidah pergi. Zara kembali melanjutkan menyapu halaman rumah nya. Banyak daun-daun yang berserakan.
Di perkarangan rumah memang banyak pohon. Ada pohon jambu bowl yang sudah berbunga. Ada pohon ceri yang rindang. Ada jambu biji juga.
Setiap pulang sekolah atau sore-sore anak-anak suka ke sini dan Zara membiarkan nya dan malah senang dengan kehadiran anak-anak tersebut. Ia juga terkadang membuat cemilan buat mereka. Maka nya anak-anak di desa suka main ke rumah Zara.
****
" Ma,"
Reana tersentak saat suara Zia memanggil
" Iya sayang. Kenapa?" Reana tersenyum.
Zia menatap Mama nya. " Mama ngelamunin apa?" Pandangan Zia menelisik. Reana menggeleng.
" Nggak kok. Mama nggak melamun." Elak Reana. Namun Zia tidak percaya.
" Mama nggak usah bohong. Mama lagi mikirin Abang apa Mbak Zara?" Tembak Zia langsung. Ia duduk di depan Reana. Mereka duduk di pisahkan meja.
Reana sedikit gugup. " Kamu mau kemana? Kok udah rapi?" Alih alih menjawab Reana malah balik bertanya.
Zia menghela nafas. " Mama di tanya apa malah jawab apa. Jujur aja kenapa? Mama harus bisa mengikhlaskan Abang. Dia udah tenang di surga, Ma."
" Iya. Mama lagi berusaha sayang. Tapi semua nya butuh proses kan. Nggak segampang itu. Zidan itu anak Mama. Satu-satu nya anak laki-laki di rumah ini. Gimana Mama nggak sedih. Rasa nya sakit sekali di tinggal sama anak selama nya." Suara Reana terdengar parau.
" Aku tahu, Ma. Aku paham. Tapi hidup kita harus berlanjut. Kita nggak bisa stuck di tempat begitu aja,"
" Mama nggak cuma kehilangan Abang. Tapi Mama juga kehilangan Zara," lirih Reana pelan.
Zia menipiskan bibir. " Mama masih punya aku. Jadi, Mama nggak boleh sedih,"
Reana menatap Zia. " Beda, Zia. Beda. Kamu dan Zara berbeda. Walaupun ada kamu tapi Mama kangen sama Zara. Sepuluh tahun bayangkan waktu yang lama. Dan Mama terlambat sadar saat sudah kehilangan,"
Zia terdiam. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. " Mama percuma membuang waktu untuk merindukan Mba Zara. Mama nggak lihat gimana angkuh nya Mba Zara ngomong. Gimana nggak hormat nya Mbak Zara sama Mama dan Papa. Mama nggak sadar. Mbak Zara nggak pernah berubah, Ma. Mbak Zara tetap anak yang nggak mau nurut sama orang tua."
Zia memang tidak suka terhadap Zara. Karena orang tua nya selalu membicarakan dan memikirkan tentang Zara, Zara, dan Zara. Padahal ada Zia di rumah ini.
" Nggak .Mama merasa Zara sudah banyak berubah. Mungkin Zara sedang melindungi diri nya sendiri."
" Melindungi dari apa Ma? Dari kita yang keluarga nya sendiri? Memang kita akan melakukan apa. Aneh kalau kayak gitu alasan nya,"
Reana terdiam. Zia mulai kesal. Ia bangkit dari duduk.
" Aku nggak mau mikirin tentang Mbak Zara. Terserah dia mau ngapain atau gimana. Aku harap Mama juga begitu. Aku keluar dulu, Ma!"
Zia meninggalkan Reana yang duduk sendirian mengenang masa lalu nya. Ia memang tidak pernah ada untuk Zara. Baik dirinya maupun suami nya Marganda. Mereka terlalu sibuk memikirkan pekerjaan dan kesehatan Zia yang waktu kecil memang sering sakit-sakitan. Ia dan suaminya juga sering membangga banggakan Zidan kemana pun dan di mana pun karena ia merupakan anak laki-laki dalam keluarga Marganda. Dan pewaris bisnis Marganda. Sedangkan Zara sering tersisihkan karena kala itu Zara sering membuat onar dan mempermalukan mereka sebagai keluarga dan mencemarkan nama baik. Mereka Lebih mementingkan citra keluarga dari pada anak sendiri.
Ketika sudah pergi dan tumbuh dewasa. Reana sangat merasa kehilangan sekarang. Penyesalan memang selalu datang nya di akhir. Dan Itu lah yang di sesali Reana sampai detik ini.
Tbc!
26/10/23
Vote dan komen yang banyakk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan luka
RomanceAda seperti tak ada Tampak seperti tak nampak Nyata seperti tak nyata. Hidup namun seperti bayangan. Entah memang pernah diharapkan atau tidak. Hadirnya terasa hampa. Tak di pedulikan, tak di perhatikan. Lalu apa gunanya dirinya di lahirkan. Ia t...