Done ya. Triple update.
Baca di karyakarsa juga. Udah bab 48 di sana.
" Abang yakin mau ikut masuk ke dalam?" Zara menatap tidak yakin kepada Djati. " Atau Abang tunggu di sini aja ya. Aku bakal sebentar belanja nya. Itu juga ada ada bapak-bapak. Kayaknya lagi nungguin istri nya juga. Abang bisa bergabung sama mereka,"
Djati menatap segerombolan bapak-bapak yang duduk berjajar. Ia langsung menggeleng.
" Lebih baik Abang temani Kamu saja."
Zara mendesah. Akhirnya ia mengangguk.
" Yaudah. Abang ikutin aku di belakang ya!"
" Nggak. Abang harus berada di samping kamu. Abang ini suami kamu bukan bodyguard."
Zara memijit kening nya. Tidak akan selesai jika berbicara kepada Djati kalau begini. Akhirnya Zara mengangguk. Mereka masuk ke dalam pasar.
Djati berusaha mengimbangi langkah Zara. Benar kata Zara. Pasar becek. Namun orang-orang berdesakan. Suara bising dan teriakan penjual memenuhi pasar.
Djati baru kali ini melihat penampakan begini dan merasakan nya langsung.
Djati berusaha menahan nafas saat diri ya bersentuhan dengan orang-orang yang berdesakan.
Zara membawa Djati membeli daging.
" Abang suka daging kan?" tanya Zara di tengah suara sahut-sahutan yang terdengar memekak.
Djati mengangguk. Ia berdiri di samping Zara. Beberapa orang yang berpapasan dengan nya meneliti Djati dari atas ke bawah. Djati sampai risih. Namun ia bersikap tenang.
Pikirnya mungkin orang-orang tersebut baru pertama kali melihat laki-laki tampan seperti nya di pasar ini.
" Sudah?" Zara mengangguk setelah membayar. Kita beli cumi dulu Bang!" ujar Zara.
Djati memegang pinggang Zara sehingga badan mereka berdempetan.
" Abang lepasin. Di lihatin banyak orang!" bisik Zara tak enak. Pasal nya saat ini ia merasa dirinya dan Djati jadi bahan tatapan orang-orang yang melihat mereka di pasar ini.
" Biarin. Abang nggak peduli. Cepet, mau beli apa lagi?"
Zara berhenti. " Pak ambilkan cumi-cumi nya sekilo ya!"
" Baik, Buk!"
Zara mengeluarkan uang. " Berapa Pak?"
" Dua puluh lima ribu saja, Buk. Suami Ibuk ya?"
Zara menatap si Bapak penjual cumi-cumi.
" Iya. Saya suami nya!" Jawab Djati tegas.
" Ooh. Pantes posesif sekali kalau kata anak jaman sekarang," si bapak tertawa. Zara mengangguk malu.
" Terima kasih, Pak!" ucap Zara setelah menerima kembalian uang nya.
Tiba-tiba rintik hujan kembali turun. Pasar semakin becek dan air masuk ke dalam pasar yang masih bertanah.
Djati ingin sekali menggerutu. Ia mengikuti Zara belanja sampai satu kantong besar sudah di tenteng nya.
" Kita ke bagian pakaian dulu, Ya!"
" Mau beli apa?" tanya Djati ingin segera keluar dari pasar ini.
" Beli kaos buat Abang. Baju rumahan. Memang harga nya sangat murah. Beda sama baju Abang yang harga nya jutaan itu. Tapi pake yang beli di sini dulu. Nanti kita cari ke kota."
Djati tidak menolak. Zara sibuk mencari kaos dan celana yang cocok buat Djati.
" Ambil ini saja ya? Abang suka nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan luka
RomanceAda seperti tak ada Tampak seperti tak nampak Nyata seperti tak nyata. Hidup namun seperti bayangan. Entah memang pernah diharapkan atau tidak. Hadirnya terasa hampa. Tak di pedulikan, tak di perhatikan. Lalu apa gunanya dirinya di lahirkan. Ia t...