🌹11🌹

8.6K 700 21
                                    

Goresan luka di karya karsa udah episode 23 yaa.

Yukkk ke sanaa duluu kalau terlalu lama menunggu

Zara menatap halaman belakang rumah. Ia sedang memantau apa yang harus di lakukan nya terhadap halaman belakang ini.

" Sudah berapa lama halaman ini nggak pernah di isi, Bi?"

" Mungkin sejak rumah ini ada, Non. Sejak pertama saya bekerja di sini halaman nya memang kosong seperti ini. Jika rumput nya udah sedikit tinggi. Tuan akan mempekerjakan orang untuk membersihkan nya,"

" Saya akan menyulap halaman belakang ini menjadi cantik. Bibi setuju nggak?"

" Setuju sekali, Non. Padahal kalau sore-sore halaman ini bagus untuk duduk santai lho Non."

" Saya mikir juga begitu, Bi. Bibi ada kenalan tukang nggak?"

" Ada Non."

Zara mengangguk senang. Ia akan membuat gazebo di tengah tengah halaman untuk bersantai.  Djati juga sudah memberi izin kalau ia boleh melakukan apapun  di rumah ini.

Ia membuat taman bunga yang indah dan lampu hias gantung. Pasti suasana halaman belakang ini akan hidup.

" Kayaknya saya pakai jasa home decor saja deh Bi. Biar sekalian di tangani sama mereka dari awal sampai selesai."

" Wahh pasti nanti halaman belakang ini bakal bagus banget ya, Non. Bibi rasanya udah nggak sabar melihat hasil nya Non. Padahal belum mulai pengerjaan nya."

Zara tertawa pelan. Yaudah saya masuk dulu ya Bi. Saya mau cari tahu jasa home decor yang bagus  dan recomended."

" Baik, Non!"

*****

" Saya mau nya gazebo ada di tengah halaman ini, Pak. Lalu semua pembatas beton  itu di kasih batu pualam. Namun dari sudut sampai ke tengah ini saya mau di kasih tanaman hijau menjuntai." Ujar Zara.

Orang jasa home decor mencatat semua keinginan Zara.

" Dari pintu ke gazebo saya mau ada jalan bebatuan di kasih batu pualam kecil kecil. Nah, di depan gazebo ini saya juga mau kolam ikan kecil dengan gaya modern. Untuk di sudut kanan ini saya mau ada ayunan gantung, Pak. Nanti di bagian-bagian sudut dan kosong itu di tanam bunga dalam pot besar saja."

" Baik, Bu. Saya sudah mencatat keinginan ibuk. Nanti saya dan tim akan buat rancangan nya nanti akan saya kirim ke email ibuk secepat nya."

" Boleh. Saya tunggu! Satu lagi saya mau ada hiasan lampu gantung juga ya Pak. Di setiap sudut nya  nanti juga ada  lampu tiang ,"

" Siap, Bu!"

Zara mengangguk dan mengantar laki-laki tersebut keluar.

" Kalau begitu saya pamit dulu, Bu,"

" Iya. Terima kasih Pak hamid."

" Sama-sama, Bu!"

Zara kembali masuk ke dalam rumah. Namun baru dua langkah ia kembali berbalik saat mobil masuk ke dalam.

Zara memperhatikan si pengemudi turun dari mobil yang ternyata Sedjati Nusantara.

Zara menatap jam besar yang ada di dalam ruangan. Masih pukul tiga sore. Kenapa Djati sudah pulang.

" Barusan siapa?" tanya Djati saat mereka sudah berhadapan

" Itu orang jasa home decor. Aku mau decor halaman belakang. Aku lihat halaman nya kosong begitu kalau di renov dikit bisa kelihatan bagus dan enak buat santai santai.

Djati mengangguk.

" Abang!"

" Ya," Djati masih di buat bergetar ketika mendengar panggilan abang untuk dirinya. Sesuatu yang terasa nyaman menyelip di sudut dada nya.

" Abang memang jam segini pulang kantor atau bagaimana?"
Zara memberanikan diri untuk bertanya.

" Nggak. Tadi ada urusan di luar. Karena nggak ada pekerjaan penting lagi di kantor, Abang putuskan untuk pulang saja!"

Zara mendekat sehingga jarak mereka sangat dekat. Djati menahan nafas saat tangan Zara sudah berada di dada nya.

" Ini baju nya kenapa? Kotor."

Djati gelagapan. Ia melihat tempat dimana tangan Zara berada. " Oh ini tadi ada orang nggak sengaja nabrak. Dia bawa makanan. Jadi ya gitu tumpah,"

Zara mengangguk. " Yaudah, Abang segera ganti aja. Baju nya di masukkan ke dalam keranjang kotor aja,"

" I...iya," jawab Djati gugup. Djati berbalik tanpa bicara lagi. Ia segera menaiki tangga menuju kamar.

Zara mengangkat sudut bibir nya dengan geli

Ternyata seorang Djati Nusantara bisa gugup juga saat berada dekat nya.

Zara menyusul Djati ke kamar. Ia  akan menyiapkan pakaian untuk Djati. Dua kali kena tegur untuk menyiapkan pakaian. Zara rasa sudah cukup. Dia tidak mau kena tegur untuk yang ke tiga kali nya.

Ponsel Djati berdering. Namun ia tidak berani untuk mengangkat nya. Jadiz Zara membiarkan saja selagi ia menyiapkan pakaian.

Djati keluar dari kamar mandi. Zara langsung berbalik badan saat tidak sengaja menatap Djati yang hanya memakai handuk sebatas pinggang saja.

Wajah Zara merah dan ia sedikit gugup. Harus nya ia bisa bersikap santai saja.

Handphone Djati kembali berdering.

Letak handphone tersebut persis berada di samping Zara di atas meja nakas.

Zara menatap handphone tersebut. Harum  sabun yang menguar dari tubuh Djati tercium. Zara meneguk ludah.

" Siapa yang nelpon?" tanya Djati mendekat. Rambut nya masih basah dan air menetes dari rambut nya.

Zara tidak bisa lagi berkilah atau berpaling. Ia bakal ketahuan dan akan di ejek. Ia tidak mau. Jadi ia harus bisa bersikap biasa saja. Seperti Djati yang juga bersikap biasa-biasa saja.

" Oh, Mama," Djati melirik Zara. Bola mata mereka bertemu. Djati berdiri di depan Zara sembari mengangkat telpon nya.

" Hallo  Ma,"

Zara gemas melihat badan Djati yang masih basah karena tetesan dari rambut nya. Ia paling tidak suka melihat air masih menempel di tubuh saat selesai mandi. Ia paling tidak suka kalau menyeka badan tidak sampai kering.

Zara segera berlalu dan mengambil handuk baru dalam lemari.

Djati terkejut saat sebuah handuk menutupi punggung nya.

Ia berbalik untuk bisa melihat. Zara mendongak menatap Djati seraya mengucapkan basah tanpa suara.

Djati terkesima dengan perlakuan Zara. Ia semakin di buat tertarik.

" Hallo Mas. Kamu dengar Mama kan? Mass!" Ujar suara di seberang sana agak kuat.

" Hah. Oh ya, Ma. Nanti aku kesana. Bye Mama,"

Djati segera mematikan panggilan dan kembali berhadapan dengan Zara.

" Pakaian ganti nya udah aku siapkan. Mas seka dulu badan nya sampe kering. Aku keluar dulu," Zara segera berbalik dan menghilang di balik pintu.

Djati masih berdiri sembari menatap punggung Zara yang sudah menghilang.

Djati tertawa sehingga mata nya sedikit menyipit.

" Nice," gumam Djati pelan.

Tbc!
6/11/23

Senang kan hati mu Bang. Di layani begituuu samaa Zaraa.

Ada ada aja lah kemauan si abang inii

Goresan lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang