Rata-rata semuaaa komentar nya sama yaaa. Misuaa yang datang wkwkkw..
Okelahh selamat menyaksikan ke uwuann mereka deh yaa!!
Btw di karyakarsa udah bab 41 ya gaess
****
Zara terpaku menatap sosok di hadapan nya. Ia sangat mengenali sosok tersebut walau dalam gelap sekalipun.
Bagaimana mungkin ia bisa datang ke sini. Di tengah cuaca hujan deras dan lampu mati.
" Kami nggak nawarin masuk?"
Zara mengedipkan mata.
Jelas suara barusan juga sangat di kenal nya beberapa minggu ini.
Djati.
" Abang?" tanya Zara masih tidak percaya.
" Ya. Abang datang," Suara Djati beradu dengan rintik hujan yang memantul di atas genting
Zara membuka pintu lebar memberikan akses untuk Djati masuk.
Cahaya masih berasal dari Senter handphone yang di pegang Zara dan lilin di atas meja di ruang tamu.
" Abang kesini sama apa?" Zara langsung menyusul Djati yang sudah masuk ke dalam rumah.
" Kamu nggak mau buatkan minum dulu. Ternyata di sini udara nya sangat dingin sekali,"
Zara mengangguk. Lalu meninggalkan Djati dengan penerangan lilin. Djati tidak bisa memindai tempat tinggal Zara saat ini karena gelap.
Djati duduk di atas sofa yang tidak seempuk di rumah nya. Ia meletakkan handphone dibatas meja. Tidak ada signal sama sekali. Mungkin inilah alasan kenapa ia tidak bisa menghubungi Zara beberapa hari ini.
Zara datang membawa secangkir teh panas. Bahkan air nya masih mengepul.
" Sekarang jelaskan bagaimana bisa Abang datang kesini?" tanya Zara setelah menghidangkan minum.
Djati sibuk mengusap rambut nya yang terkena rintik hujan.
" Menurut kamu?" Djati balik bertanya.
Zara geregetan. " Jawab aja!" Suara Zara terdengar gemas
Djati tersenyum tipis. " Terserah Abang lah. Tau rumah aku dari siapa?"
Dalam keadaan remang-remang begini, Djati masih bisa melihat wajah Zara yang di terpa cahaya lilin.
" Nggak ada yang nggak bisa Abang ketahui tentang kamu. Termasuk tempat tinggal kamu di sini," jawab Djati.
Zara menunduk. Sekarang ia seakan baru sadar dengan kekuasaan yang di miliki Djati. Sangat mudah untuk mencari tahu segala nya dengan jentikan jari Djati.
" Ya. Aku baru sadar. Harus nya aku nggak menanyakan ini. Apapun bisa Abang lakukan."
Djati mengangguk. Ia menyesap minuman yang di buat Zara. Perut nya langsung terasa hangat. Hawa dingin sedikit berkurang.
" Lalu Abang mengendarai mobil ke sini sendiri?"
Djati menggeleng. " Tidak."
Zara mengangkat alis nya. " Orang nya sudah Abang suruh pergi."
Zara menghela nafas. Ia segera menyandarkan badan nya ke sandaran sofa.
" Jadi, ini alasan kamu tidak kembali ke jakarta dan melewatkan hari dari batas yang Abang izinkan?"
Zara kembali menegakkan tubuh nya.
" Itu---- " Zara menggaruk kening nya. " Aku belum bisa balik ke jakarta kemaren. Di sini hujan terus nggak berhenti. Sudah empat hari sama hari ini. Signal juga hilang jadi, aku nggak bisa ngasih kabar. Kemudian kemaren usaha peternakan lele sedang mengalami musibah. Aku memutuskan untuk tetap stay di sini dulu sampai keadaan pulih," jelas Zara. Semoga saja Djati mau mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan luka
RomanceAda seperti tak ada Tampak seperti tak nampak Nyata seperti tak nyata. Hidup namun seperti bayangan. Entah memang pernah diharapkan atau tidak. Hadirnya terasa hampa. Tak di pedulikan, tak di perhatikan. Lalu apa gunanya dirinya di lahirkan. Ia t...