🌹40 🌹

7.6K 630 22
                                    

Selamat pagi...
Extra part 8 nya sudah update di kqryakarsa ya gaess

Djati merasa kenyang  selesai makan siang dengan bekal yang di bawakan Zara.

Ia sampai bersandar di punggung sofa.

" Kenyang sekali sayang," ujar Djati sambil menepuk perut nya.

" Alhamdulillah. Bagus dong. Habis semua nya." Zara tersenyum senang sambil membereskan peralatan bekas makan.

" lama-lama Abang bisa gendut kalau makan nya seperti ini terus."

Zara terkekeh. " Abang kan tiap hari olahraga. Ya terbakar lagi lah lemak nya."

Djati tertawa. " Harus dan wajib sayang. Kalau nggak olahraga bisa nimbun lemak."

Zara bangkit menuju kamar mandi. Ia harus membersihkan makan nya karena menyuapi Djati sebagai hukuman nya kata Djati. Harus nya Djati yang di hukum ini malah diri nya. Namun Zara pun dengan senang hati memenuhi keinginan Djati.

Djati sudah kembali berada di balik meja kerja nya.

" Abang aku langsung pulang ya. Kasian Pak Budi nungguin lama di bawah."

" Sini dulu!"

Zara menurut. Djati langsung mendekap pinggang Zara.

" Abang masih kangen loh sayang!" Zara menunduk mengusap rambut Djati.

" Kan tiap hari ketemu di rumah."

" Beda sayangku. Pokok nya Abang kangen."

" Iyaa Abangku."

" Terima kasih ya istri Abang. Sudah di bawain makan siang nya. Sering-sering ya!" Canda Djati mendusel perut Zara.

" Heheh. Siap kapten."

Mereka tertawa saling memandang. " Yaudah yuk turun! Abang antar ke bawah."

" Eh nggak usah. Aku bisa sendiri kok. Nanti Abang harus naik lagi." tolak Zara

" Nggak papa sayang. Ada lift kok ini. Yuk!"

Zara akhirnya mengangguk. Mereka keluar dari ruangan sama-sama.
Djati memeluk pinggang Zara posesif menandai kepemilikan.

Zayn sekretaris Djati terkejut menatap pemandangan tersebut.

" Zayn saya ke bawah sebentar. Kalau ada yang mencari kamu handle dulu."

" Baik, Pak!" Zayn membungkukkan sedikit badan nya.

Zara tersenyum tipis lalu mereka berlalu dari lantai tersebut.

Saat berada di loby. Semua mata pegawai memandang Djati dan Zara. Mereka tampak berbisik satu sama lain. Tidak ada yang berani menyapa.

Zara merasa sedikit risih. " Abang lepas ih. Malu!" Bisik Zara pelan. Djati malah tersenyum dan semakin mengeratkan tangan nya di pinggang Zara.

" Biarin aja. Biar mereka tahu kalau kamu itu milik Abang!"

Zara memutar bola mata nya. Ia bahkan bisa mendengar bisikan para pegawai yang berpapasan.

" Udah nggak usah di dengar. Mereka itu penasaran sama kamu."

Zara akhirnya membiarkan saja. Sampai di depan mereka ketemu sama Pak Budi. Zara dan Djati menunggu Pak Budi mengambil mobil.

"Abang nanti pulang jam berapa?"

" kemungkinan malam sayang. Abang banyak pekerjaan hari ini."
Djati mengusap rambut Zara.

" Yaudah kalau gitu aku pulang dulu ya."

" Iya hati-hati ya." Zara mengangguk. Djati tak lupa mengecup pelipis Zara.

Goresan lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang